Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Penulis

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Artikel Utama

Tradisi Mengaji "Pusaro" Jelang Ramadhan di Piaman

1 April 2022   20:13 Diperbarui: 6 April 2022   13:14 1938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Mengaji "Pusaro" Jelang Ramadhan di Piaman
Mengaji pusara di Nagari Koto Baru, Kecamatan Padang Sago, Jumat sore tadi. (foto dok zulhendrayani)

Dan hari melihat bulan itu telah diumumkan, Ahad (4/3).

Mengaji pusara, tentu yang dikajikan orang yang sudah mendahului kita semua. Baik ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek, buyut dan lain sebagainya.

Yang punya pertalian dengan yang meninggal itulah yang disebut sebagai punya hajat untuk mengaji pusara.

Dan mereka membawa makanan dan minuman untuk yang ikut mengaji di pusara itu, sebagai hadiah yang pahalanya teruntuk bagi yang sudah meninggal.

Biasanya, pengurus masjid raya dalam kampung mengumumkan kepada masyarakat kapan hari mengaji pusara, dan kapan pula hari bergotong royong membersihkan rimba pusara.

Di sebagian kampung, mengaji pusara dilakukan dua kali dalam setahun, yakni jelang puasa, dan saat lebaran.

Namun, di sebagian kampung lainnya hanya sekali setahun, yakni lebaran saja. Dan itu dilakukan secara turun temurun.

Menurut para ulama kampung di Padang Pariaman, mengaji pusara bagian terpenting dalam mengingat kematian.

Sebab, setiap yang bernyawa akan merasakan yang namanya kematian. Kemudian, mengaji pusara juga bagian dari hadiah pahala kita yang hidup terhadap yang meninggal.

Apalagi yang sudah meninggal itu umumnya meninggalkan banyak jasa dan harta. Sebut tanah yang berbidang, yang dinikmati oleh kita saat ini.

Sangat patut rasanya dikajikan orang tersebut oleh yang masih hidup saat ini. Dan demikian mutlak adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun