Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Penulis

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Artikel Utama

Tradisi Mengaji "Pusaro" Jelang Ramadhan di Piaman

1 April 2022   20:13 Diperbarui: 6 April 2022   13:14 1938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Mengaji "Pusaro" Jelang Ramadhan di Piaman
Mengaji pusara di Nagari Koto Baru, Kecamatan Padang Sago, Jumat sore tadi. (foto dok zulhendrayani)

Mengaji dan berdoa di komplek pekuburan jelang Ramadhan merupakan tradisi yang diadatkan di hampir seluruh kampung di Padang Pariaman, Sumatera Barat. 

Sejumlah urang siak membaca bacaan yang diwiridkan sejak dulunya. Sehabis mengaji, hidangan yang dibawa oleh ahli waris jadi santapan bersama.

Di daerah ini disebut dengan "mangaji pusaro". Ada juga sebutan "mendoa pusaro". Bedanya, kalau mendoa itu cukup seorang orang siak.

Sedangkan mengaji, butuh banyak atau sekitar lima sampai delapan orang siak. Dan mengaji itu biasanya diikuti banyak orang.

Hari Jumat tadi sudah mulai mengaji di pusara umum itu. Bahkan hingga Ahad diperkirakan masih berlangsung.

Sebab, melihat kondisi dan situasi saat ini, ada kemungkinan tiga tingkatan orang mulai puasa Ramadhan tahun ini.

Yang ikut jalur Muhammadiyah, satu Ramadhan mulai Sabtu. Sedang pemerintah menetapkan Ahad satu Ramadhan.

Kelompok Syathariyah Padang Pariaman, Ahad itu baru hari melihat hilal atau bulan.

Karena itu, Ahad masih ada masyarakat di sejumlah kampung yang menyelenggarakan mengaji pusara.

Sebab, ada di kampung tertentu kebiasaannya mengaji pusara itu saat hari melihat bulan.

Dan hari melihat bulan itu telah diumumkan, Ahad (4/3).

Mengaji pusara, tentu yang dikajikan orang yang sudah mendahului kita semua. Baik ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek, buyut dan lain sebagainya.

Yang punya pertalian dengan yang meninggal itulah yang disebut sebagai punya hajat untuk mengaji pusara.

Dan mereka membawa makanan dan minuman untuk yang ikut mengaji di pusara itu, sebagai hadiah yang pahalanya teruntuk bagi yang sudah meninggal.

Biasanya, pengurus masjid raya dalam kampung mengumumkan kepada masyarakat kapan hari mengaji pusara, dan kapan pula hari bergotong royong membersihkan rimba pusara.

Di sebagian kampung, mengaji pusara dilakukan dua kali dalam setahun, yakni jelang puasa, dan saat lebaran.

Namun, di sebagian kampung lainnya hanya sekali setahun, yakni lebaran saja. Dan itu dilakukan secara turun temurun.

Menurut para ulama kampung di Padang Pariaman, mengaji pusara bagian terpenting dalam mengingat kematian.

Sebab, setiap yang bernyawa akan merasakan yang namanya kematian. Kemudian, mengaji pusara juga bagian dari hadiah pahala kita yang hidup terhadap yang meninggal.

Apalagi yang sudah meninggal itu umumnya meninggalkan banyak jasa dan harta. Sebut tanah yang berbidang, yang dinikmati oleh kita saat ini.

Sangat patut rasanya dikajikan orang tersebut oleh yang masih hidup saat ini. Dan demikian mutlak adanya.

Kemudian, mengaji pusara juga bagian dari upaya menjalin hubungan silaturahmi antara masyarakat kampung.

Saling bermaafan jelang puasa, dan pusara tempat pertemuan. Kalau tak ada mengaji pusara, nyaris tak bertemu, lantaran kesibukan masing-masing.

Luar biasa hikmah dan faedah mengaji pusara. Sesuatu tradisi yang patut dilestarikan.

Dan untuk keberlangsungan kegiatan ini setiap musimnya, masyarakat pun membuat balai-balai untuk tempat mengaji di samping pusara itu.

Tiba teriknya panas, tak terasa karena dilindungi oleh atap balai-balai. Saat tiba musim hujan, mengaji pusara pun tetap diteruskan, lantaran ada tempat berteduh.

Yang tak kalah penting dari tradisi mengaji pusara, adalah ziarah kubur bagi yang hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun