Dua Wajah Kematian
Allahumm-ashlih li diniyalladzi huwa 'ishmatu amri, wa ashlih li dunyaya-llati fiha ma'asyi, wa aslih li akhirati-llati fiha ma'adi, waj'alil-hayata ziyadatan li fi kulli khair, waj'alil-mauta rahatan li min kulli sharrin
Ya Allah, mudahkanlah agamaku yang dengannya urusan-urusanku terlindungi, tetapkanlah bagiku duniaku tempat hidupku, jadikanlah bagiku akhiratku tempat kembaliku, dan jadikanlah kehidupanku sebagai tempatku kembali, dan jadikanlah kematian sebagai penghibur bagiku dari segala keburukan." (HR Muslim, Riyadhus-Shalihin 1472)
Atau, dalam riwayat lainnya, kita membaca bahwa 'Abdallah bin 'Amr meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
Tuhfatul mu'mini al-mawtu
"Kematian adalah hadiah bagi seorang mukmin." (Baihaqi dalam Syu'abil Iman, Misykatul-Mashabih 1609)
Namun, tentu saja sangat benar juga bila kita takut dijemput maut saat kita dalam keadaan tidak layak untuk bertemu dengan Sang Pencipta kita. Demi mencegah kelalaian dalam bersiap-siap berhadapan dengannya, diriwayatkan Rasulullah saw bersabda:
Aktsiruu min dzikri haadzimul-ladzdzaati
Perbanyaklah mengingat perusak segala kenikmatan (dunia, yakni maut). (HR Tirmidzi, Riyadhus-Shalihin 578)
Inilah dua wajah kematian yang oleh Rasulullah saw. digambarkan kepada kita. Meskipun Rasulullah saw sendiri di saat akan melepaskan hayat, beliau memilih wajah maut yang indah sebagaimana ungkapan terakhir beliau: "Allahummar Rafiiqal A'la." Yakni, Ya Allah (hamba memilih untuk bersama-Mu, Sahabat Tertinggi-ku) (Sahih al-Bukhari 4463).
Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun yang ruhnya dijemput kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga dan kemudian ia diberi pilihan (untuk tetap hidup atau meninggal). Saat beliau saw mengatakan Allahummar Rafiiqal A'la," Aku berkata (pada diriku sendiri), "Itu artinya, beliau tidak akan memilih kita."
Itu artinya beliau memilih maut yang dengannya beliau akan segera bertemu dengan Kekasihnya yang Sejati, Allah Subhanahu wa Ta'ala.