Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Guru

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Dua Wajah Kematian

30 Maret 2024   07:28 Diperbarui: 30 Maret 2024   07:30 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Definisi Kematian Menurut Medis

Dunia kedokteran, lansir Deutche Welle  dalam Definisi Kematian Menurut Medis, menetapkan tiga fase kematian: kematian secara klinis, mati otak hingga fase final, yakni  kematian secara biologis.

Fase pertama disebut mati klinis ditandai dengan berhentinya pernafasan dan detak jantung. Juga impuls dari otak memudar dan pancaindera tidak lagi bereaksi.Jika orang dipasangi alat kedokteran, akan terlihat di monitor bahwa kurvanya datar dan tidak lagi berdetak.  Fase kedua kematian disebut Mati Otak  . Pada tahapan ini semua fungsi otak berhenti. Pasien biasanya masih bisa "hidup" karena dibantu alat-alat kedokteran, seperti alat pernafasan alat pacu jantung dan lainnya. Dan, fase ketiga sudah final, yakni kematian biologis, organ tubuh yang diambil juga tidak ada gunanya lagi, karena sudah mati. Fase kematian biologis ditandai dengan kematian milyaran sel-sel tubuh. Karena tidak ada regenerasi sel, tanda-tanda kematian jelas terlihat.  

"Semua kehidupan suatu saat akan berakhir. Sains mencatat bagaimana setiap sel tubuh yang berjumlah ratusan trilyun itu memiliki tanggal kadaluarsa. Inilah fakta ilmiah di balik proses kematian tubuh manusia," lansirnya.

Lalu bagaimana sel tubuh kita bertahan dari kerusakan sebelum masa kadaluarsanya? 

Sebuah penjelasan menarik disampaikan Yoshinori Ohsumi dari Jepang dianugerahi hadiah Nobel Kedokteran tahun 2016. Ohsumi, dilansir Deutche Welle dalam tulisan lainnya, Kanibalisme Dalam Sel, mengajukan teori relasi antara autophagy alias penghancuran diri sendiri dengan recycling pada sel. Sel-sel melakukan penghancuran diri sendiri. Sebagian substansi dari sel ini kemudian didaur ulang oleh apa yang disebut lisosom. "Tubuh manusia terus menerus mengulang proses auto-dekomposisi atau bisa disebut kanibalisme komponen sel. Tapi ada keseimbangan antara kanibalisme dan formasi baru. Inilah mekanisme dasar dalam kehidupan," ungkap Ohsumi.  

Proses 'kanibalisme' sel ini dalam istilah biologi sel disebut autofagi.  

Autofagi, lansir Halodoc, merupakan proses detoks ketika tubuh membersihkan sel yang rusak, dan meregenerasi dengan sel yang baru dan lebih sehat. Autofagi dapat terjadi secara alamiah dalam tubuh, tetapi proses ini menjadi lebih cepat ketika sedang berpuasa. 

Kematian dalam Bincangan Filsafat  

Menarik sekali apa yang disampaikan Syahuri Arsyi dalam tulisannya Konsep Kematian Menurut Ibnu Sina dan Mulla Sadra

Dalam pandangan Ibnu Sina, menurut Syahuri, kematian ada kaitannya dengan konsep jiwa yang diwacanakan. Baginya, kematian itu terjadi karena jiwa sudah tak betah lagi dengan keadaan badan yang sudah tidak layak lagi untuk ditempati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun