RAMADAN Pilihan

Hasrat dan Nafsu: Akhir Nalar

12 Maret 2024   10:03 Diperbarui: 31 Maret 2024   12:23 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasrat dan Nafsu: Akhir Nalar
Ermansyah R. Hindi (DOK.PRI)

Mengapa sebagian orang bertanya tentang sang ayah begitu ngotot mempertahankan kuasanya? 

Mengapa sang ayah mewariskan politik kuasa negara pada anaknya? Kita adalah ayah.

Peristiwa anyar terjadi saat hiasan emas kubah masjid seharga 3 milyar rupiah dicuri. Ia bukan soal harga milyaran dan tidak pandang bulu apakah di masjid sebagai simbol suci atau tidak? 

Ini bukan pula soal hiasan emas kubah ternyata kembali ditemukan. 

Ia berada di luar nalar. Ini sulit dicerna oleh nalar. Peristiwa tersebut melampaui analisis karena hasrat tidak terbendung dan nafsu yang menggoda.

Di tempat lain, kita masih bisa bertanya pada suatu tanda ekspresif. Mengapa warga buruan belanja bahan makanan jelang bulan puasa Ramadhan? Antara kegembiraan dan eforia belanja di tengah harga melonjak?

Kita tahu, kegembiraan sebagai tanda ekspresif untuk menyambut Ramadhan. Patut kiranya hasrat untuk berbelanja dikendorkan dan nafsu dikekang untuk mengonsumsi jelang dan selama puasa Ramadhan, malah dijadikan momen terbaik. 

Ia bukan silau dan sok berbelanja. Kerap kali terdengar keluhan bukan karena capek, melainkan uang ingin dihabiskan kemana?

Belum lagi berbicara soal pengaruh hasrat dan nafsu. Mengapa orang risih atau menghindar ketika kita berbicara tentang perkara hasrat dan nafsu? Apa mereka tidak punya malu jika banyak korban dari hasrat yang buas atau nafsu gelap? 

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menghakimi hasrat dan nafsu. Kita tidak menguak seluruh kasus yang memalukan. 

Marilah kita memulai kata demi kata dari persfektif lain seputar hasrat dan nafsu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun