Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Lainnya

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Puasa Tidak Puasa

6 Juni 2018   21:22 Diperbarui: 6 Juni 2018   21:35 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Tidak Puasa
Dok.Pri | Ilustrasi seorang kakak

Bima melihat jam dinding kamarnya, "huufftt...masih jam 11.00.." ujarnya sambil menghela nafas panjang. Kenapa jarum jam dikamar terasa enggan bergerak ya?, jangan-jangan mereka puasa juga. Pikir Bima mulai berhalusinasi.

Untuk anak berumur 7 tahun, berpuasa saat liburan sekolah adalah perjuangan tersendiri. Waktu terasa lama karena tidak ada kegiatan lain selain bolak-balik kamar dan ruang keluarga untuk melihat televisi.

Tapi melihat televisi di jam siang seperti ini, malah membuat iman Bima lemah karena acaranya di dominasi kuliner atau minimal iklan minuman segar. Jadi Bima lebih baik memilih dikamar saja.

Menghabiskan waktu dengan bermain gawai sudah tidak mungkin, jatah waktu untuk bermain gawai hari ini sudah dihabiskan tadi pagi dan kini Bima menyesal karena sudah tidak punya kegiatan lain.

Bima memaksa matanya untuk dapat terpejam, namun sulit. Di sisi kamar lainnya, Wisnu kakak Bima pulas tertidur. Wisnu yang tahun ini baru saja masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah sangat terbiasa puasa satu hari penuh.

Jarak umur 5 tahun diantara mereka tidak membuat gap, bahkan dua kakak beradik ini terlihat kompak dan saling menjaga.

Pernah satu waktu, Bima yang masih sekolah TK tidak ada yang menjemput pulang. Biasanya ada mang Isnan tukang ojek langganan yang bertugas menjemput, tapi hari itu mang Isnan harus mengantar salah satu keluarganya berobat.

Mengetahui hal tersebut Wisnu menawarkan diri untuk menjemput adiknya.

Sekolah Bima tidak jauh, masih dalam kawasan komplek perumahan tapi ibu khawatir kalau dia pulang sendiri. Kalau saja Wisnu tidak menawarkan diri menjemput Bima, ibupun tidak akan tega menyuruh  anak sulungnya itu. Tapi Wisnu meyakinkan sang ibu.

"Nanti kita boncengan sepeda bu, terus nanti lewat jalan belakang, ngelewatin rumahnya pak RT biar nggak banyak kendaraan". Wisnu berkeras.

Sebenarnya Wisnu sudah dipercaya naik sepeda sendiri untuk pergi-pulang ke sekolah, tapi ini kali pertama dia menjemput  adiknya yang membuat si Ibu agak ragu walau akhirnya mengijinkan.

Sejak hari itu, Wisnu makin sering menjemput Bima. Terlebih kalau Wisnu dapat jadwal masuk siang di sekolah. Ibu tentunya bangga karena Wisnu sudah bisa diberi tanggung jawab dan Bima menikmatinya, melakukan tanpa paksaan.

"Dek,...bangun dek" Suara pelan terdengar di telinga Bima. Rupanya sang kakak membangunkannya dari tidur.

"Udah Dzuhur nih, ke Masjid yuukk..." Ujar Wisnu.

"Males kak, aku lemes nih nanti kalau di jalan aku batal puasa gimana?"

"Sama aku juga lemes, tapi kalau tidur terus makin tambah lemes. Mending main keluar yuukk.." Sambil menarik Bima dari kasur. Dan mau tidak mau si adik mengikuti kemauan keras Wisnu.

Setelah mengambil sarung dan pamit ke Ibu, dua kakak beradik ini menuju masjid komplek. Adzan Dzuhur baru saja selesai, cuaca siang itu sangat menyengat, matahari seakan tidak memberi kompromi.

Wisnu nampak memicingkan mata sesaat keluar dari pagar rumah, Bima melingkarkan sarung menutupi kepalanya agar bisa menghalau panas matahari.

Mereka berdua melangkah perlahan sambil sebisa mungkin berjalan dibawah bayang-bayang tembok rumah, pohon atau apapun agar tidak terkena sinar matahari langsung.

Tidak berapa lama mereka sampai di Masjid, muka mereka seketika cerah saat melihat anak-anak yang lain sudah tiba dimasjid lebih dahulu. Sedikit berlari melewati pelataran masjid, Wisnu dan Bima mengambil wudhu dan menyempatkan bersenda gurau sejenak sebelum shalat Dzuhur berjamaah.

"Wis, ke rumah dimas yuuk..?" suara dengan agak melengking mengagetkan Wisnu yang baru saja mau keluar masjid.

"Ngapain? Panas ahh.." Wisnu coba menolak, terlebih melihat adiknya yang sudah nampak tidak semangat.

"Kita main Xbox di rumah Dimas, kalau libur seperti sekarang dia di bebasin main. Tadi dia udah ngajakin kok". Ujar Damar meyakinkan. Damar dan Dimas adalah teman sekolah Wisnu, bahkan Dimas dan Wisnu satu kelas.

"Dimasnya mana?" Wisnu masih belum yakin.

"Tadi udah pulang duluan naik motor sama ayahnya, ayo dong temenin" Damar merajuk.

Wisnu agak ragu dan berpikir beberapa saat. "Mau main Xbox nggak..?" Wisnu bertanya ke Bima.

"Nanti aku boleh ikut main nggak?"

"Bolleehh lahh,.."Damar menjawab cepat.

Seketika mulut kecil Bima tersenyum dan tanpa harus mendengar apa-apa lagi, Wisnu langsung paham arti senyuman itu, sejurus kemudian Wisnu merangkul adiknya dan berjalan menuju rumah Dimas.

Keraguan Wisnu sebenarnya bukan penolakan Bima, Adiknya tidak pernah menolak kalau diajak main game. Yang paling dikhawatirkan Bima adalah tabiat Dimas yang sedikit urakan dan nyeleneh.

Sebagai teman, Dimas sangat baik dan toleran. Tapi kadang tingkah lakunya suka iseng dan dianggap nakal oleh orang yang belum dikenalnya.

Contoh sederhananya, di bulan Ramadan pernah 2 kali Wisnu mendapati Dimas sedang sembunyi-sembunyi minum di warung belakang sekolah.

Dan Dimas terlihat santai saat ketahuan oleh Wisnu sedang minum di tengah hari bolong bulan puasa. Bukannya malu, Dimas malah cengengesan sambil menawarkan minumannya ditangannya.

Semoga, hari ini Dimas puasa. Toh dia tidak mungkin tidak berpuasa dirumahnya sendiri kan, apalagi tadi dia shalat dzuhur bersama ayahnya. Pasti dia puasa, Wisnu coba meyakinkan hati disepanjang perjalanan.

Rumah keluarga Dimas merupakan type yang paling besar di komplek mereka, Dua buah mobil ada di garasi. Masuk lewat pintu samping, Wisnu, Bima dan Damar di sambut oleh Dimas dengan ramah.

"Kalian Puasa?" Tanya ayah Dimas yang sedang  berada di ruang tamu.

"Puasa om.."Jawab 3 anak-anak itu kompak. Setelah minta ijin dan cium tangan ke ayah Dimas, mereka langsung mengikuti Dimas ke kamarnya yang berada di lantai 2.

Masuk kamar Dimas seperti surga, perjalanan dibawah panas terik matahari ternyata menguras kadar air dalam tubuh mereka cukup banyak. Beruntung kamar Dimas dilengkapi pendingin ruangan.

Tawa riuh rendah  4 anak-anak dalam kamar itu tidak pernah sepi. Terkadang kompak teriak, sesaat kemudian saling menyalahkan dan tidak berapa lama kemudian mereka tertawa kembali. Benar-benar cara yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu di siang bulan Ramadan.

"Nihh gantian mainnya.." Ujar Wisnu sambil menyerahkan stick ke Bima. "Dimas mana?".

"Tadi keluar sebentar.." Bima menjawab sambil pandangannya tidak lepas dari layar LED TV 42 inch di kamar Dimas.

Tidak berapa lama yang punya kamar datang dengan santai. Dimas masuk membawa 2 kaleng minuman bersoda, yang satu kaleng berwarna merah dan satunya lagi minuman soda dengan kaleng berwarna hijau.

Wisnu, Bima dan Damar diam terpaku sambil melihat kearah Dimas. Sementara yang dilihatin seakan nggak peduli.

"Mauu..?" Tanya Dimas.

"Kamu nggak puasa?" Wisnu buka suara.

"Puasalah, tapi ini buka sedikit dulu. Nanti dilanjut lagi" Sambil menyerahkan kaleng soda berwarna merah yang sudah dibukanya itu ke arah Wisnu.

Wisnu mengambil kaleng itu dan menaruhnya di tengah-tengah. Butir air yang mengenai kulit telapak tangan Wisnu begitu menyegarkan, aroma sodanya sempat mampir ke hidung.

Pandangan Bima tidak lepas dari kaleng soda berwarna merah itu, butiran air yang turun dari kaleng seakan memanggil-manggil Bima untuk sedikit meneguk kaleng soda itu.

Sementara Damar sudah berhasil dibujuk oleh Dimas untuk meneguk sedikit soda yang dipegang damar.

"Kalau kamu haus minum aja. Kakak nggak akan lapor kok" Ujar Wisnu saat melihat Bima terlihat gelisah saat melihat dua temannya sedang minum dengan santai. Perlahan kaleng soda itu dipegang oleh Bima dan didekatkan ke mulut.

"Tungguu...!" Refleks Wisnu menahan tangan Bima. Nampak sedikit air soda berlompatan, sebagian kecil mengenai leher baju Bima.

"Jangan yang warna merah, minum soda yang warna putih saja. Nanti kalau lidahnya berwarna merah, kamu ketahuan tidak puasa oleh ibu".

Dimas, Damar dan Bima saling berpandangan sesaat, dan mengiyakan pendapat Wisnu. Akhirnya mereka bertiga berbagi soda dalam kaleng berwana hijau yang warna cairannya cenderung bening sehingga tidak meninggalkan residu warna dilidah mereka.

Wisnu hanya tersenyum kecil saat melihat Bima menikmati seteguk air soda yang menyegarkan di siang itu. Tidak berapa lama Dimas yang keluar kamar, kembali masuk membawa segelas air putih dan wafer, entah bagaimana caranya dimas bisa menyelundupkan semua itu kedalam kamar tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Menjelang adzan Ashar, Wisnu pamit pulang diikuti oleh Damar. Sebelum keluar kamar, mereka berjanji untuk tidak membuka rahasia yang terjadi di dalam kamar Dimas.

"Kak Wisnu kok nggak ikut batal?" Tanya Bima diperjalanan pulang.

"Kalo nggak haus dan lapar ngapain batal"

"Tapi, nanti jangan cerita ke ibu ya..?"Ujar Bima dan dijawab anggukan kecil Wisnu.

Sampai dirumah, aroma pisang goreng dan risol buatan ibu sudah mulai mengganggu indera penciuman Wisnu. Gejolak diperutnya makin terasa berat, suara yang keluar dari perutnya pun makin keras terdengar. Ibu hanya tersenyum melihat tingkah anak sulungnya.

"Sudah Kamu mandi dulu sana, daripada ngelihatin pisang di penggorengan terus" Ujar Ibu.

"Aku mau mandi duluan, biar seger" Sahut Bima cepat.

"Ya sudah, pakiannya di taruh di mesin cuci, kalau gitu kamu shalat ashar dulu aja.." Ibu memberi saran ke Wisnu. Tanpa membantah, Wisnu langsung ke kamar untuk shalat.

15 menit lagi menjelang berbuka dan jarum jam makin berat bergerak, Bima dan Wisnu sudah siap di meja makan. Di depan mereka sudah tersedia teh manis hangat, kurma, gorengan dan es buah untuk membatalkan puasa.

Bima dan Wisnu sedang asik bersenda gurau ketika tiba-tiba Ibu duduk di depan mereka dan tersenyum kecil lalu menatap lembut kearah dua anak lelakinya. Bima dan Wisnu menjadi kikuk.

"Adik tadi puasanya batal atau tidak..?" Tanya ibu pelan. "Kalau kakak gimana puasanya..".

Suasana jadi hening, hanya terdengar samar suara ustadz memberikan tausyiah di televisi. Bima dan Wisnu menunduk tidak berani menatap.

"Ayo yang jujur, nggak boleh bohong.." Lanjut Ibu masih dengan lembut sambil menaruh baju yang dipakai Bima siang tadi di atas meja makan. Sesaat Bima dan Wisnu saling berpandangan.

"Noda merah ini seperti bekas air soda ya..?" Ibu pura-pura bertanya sambil menunjukkan noda merah di baju Bima.

Nafas Bima dan Wisnu tercekat dan makin berat. Tidak ada pilihan untuk berkata jujur daripada harus menahan beban yang sangat berat ini, permasalahannya siapa yang mau berbicara lebih dulu.

"Iya bu, Bima tadi batal di rumah dimas.." Ujar Bima pelan nyaris tak terdengar sambil menunduk tidak berani melihat Ibu.

"Wisnu batal juga..?" Tanya Ibu.

"Nggak bu, kak Wisnu nggak batal.." Sahut Bima lantang setengah berteriak, sementara Wisnu hanya bisa terkejut melihat reaksi adiknya.

Ibu menatap bergantian kedua anak lelakinya yang masih salah tingkah di hadapannya. Suasana masih hening, nampaknya ibu sengaja membuat keadaan makin dramatis dengan tidak banyak bicara di waktu menjelang buka itu.

Tiba-tiba, Bima turun dari bangku lalu berjalan kearah ibu dan kemudian memeluk ibu yang masih terduduk dikursinya.

"Maafkan Bima ya Bu..." Ujar si bungsu. Tidak lama Wisnu menyusul memeluk ibunya dan meminta maaf.

Ibu tidak menjawab, hanya mengusap kepala mereka dan tersenyum. Sementara Adzan maghrib sudah terdengar di televisi, dengan anggukan kecil, ibu memberi tanda agar Bima dan Wisnu untuk berbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun