Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Administrasi

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Mengubah Tradisi Lebaran Menjadi Lebih Hemat, Bagaimana Caranya?

15 Maret 2025   08:49 Diperbarui: 26 Maret 2025   12:08 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengubah Tradisi Lebaran Menjadi Lebih Hemat, Bagaimana Caranya?
ilustrasi mengatur finansial (Sumber: Pexels/olia danilevich)

Di setiap negara memiliki tradisi masing-masing untuk merayakan hari lebaran. Pun di Indonesia yang sarat akan tradisi selama bulan ramadan hingga lebaran tiba. 

Mulai dari tradisi menyambut datangnya bulan ramadan yang biasa disebut punggahan, tradisi berziarah, tradisi memasak daging, tradisi kue lebaran, tradisi beli baju baru untuk lebaran, tradisi pulang kampung atau mudik hingga tradisi bagi-bagi angpau atau amplop THR.

Tidak ada yang salah dalam sebuah tradisi, karena memang masing-masing memiliki esensi dan nilai budaya yang tinggi. Namun, apakah tradisi-tradisi di bulan ramadan itu masih relevan di era saat ini? Apakah tradisi-tradisi tersebut tidak bisa digeser mengikuti perkembangan zaman?

Tidak dapat dimungkiri, untuk bisa memenuhi tradisi-tradisi tersebut dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Memahami hal ini, salah satu upaya pemerintah dan perusahaan adalah dengan memberikan tunjangan hari raya atau yang biasa kita sebut THR pada setiap pekerjanya.

THR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai modal perputaran roda perekonmian pasar Indonesia. Geliat pasar akan berputar dengan sangat cepat dan tentu saja ini bisa menjadi salah satu indikasi perekonomian yang aktif dan sehat.

Namun, sekali lagi, jika ini tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran finansial yang tepat, bukan tidak mungkin pasca lebaran justru berbalik pada kondisi lesunya pasar akibat adanya ledakan tradisi konsumtif ketika ramadan dan lebaran.

Lantas bagaimana menyikapi hal ini? Bagaimana agar tradisi lebaran sebisa mungkin tetap dilestarikan namun tidak mengganggu stabilitas finansial yang ada?

Pertama, ubah pola pikir. Hal paling mendasar untuk bisa mengubah sesuatu itu ada pada kerangka berpikir atau pola berpikir seseorang. 

Mulai ubah mindset kita tentang makna dan nilai ramadan dan lebaran itu sendiri. Bulan ramadan itu adalah bulan yang penuh dengan ibadah sehingga harusnya fokus kita adalah ibadah, bukan mengikuti tradisi.

Kedua, berani skip tradisi yang memang tidak relevan. Ingat, tidak semua tradisi sesuai dengan keadaan kita. Jika demikian, kenapa tidak coba skip saja tradisi tersebut. 

Untuk apa memaksakan diri melakukan tradisi tapi sebenarnya diluar kemampuan kita. Tidak perlu mengedepankan gengsi untuk sesuatu yang tidak sesuai.

Ketiga, lakukan perencanaan finansial yang matang agar tidak terjadi pembengkakan biaya dari yang sudah dialokasikan. 

Tapi ingat, untuk hal ini kita harus konsisten supaya perencanaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Keempat, buat sesuatu yang berbeda. Coba buat sesuatu yang berbeda namun tetap memiliki nilai tradisi ramadan dan lebaran. 

Misalnya, jika menu lebaran identik dengan daging (yang harganya lebih mahal) ganti dengan menu lebaran ikan (yang harganya lebih murah), untuk tradisi kue lebaran, barangkali kita bisa mensiasati dengan mengurangi jenis kuenya, jika biasanya 6 jenis kue labaran kini menjadi 4 jenia kue lebaran.

Jika harus membeli baju baru, pilih beli baju di pasar atau melalui toko online yang jatuhnya harganya memang lebih murah ketimbang beli di mall atau jika ingin bagi-bagi angoau THR, silakan tukar uang baru di bank dengan nominal pecahan yang lebih kecil (disesuaikan kemampuan).

Dan jika mudik terasa berat di finansial, masih bisa kok memanfaatkan teknologi modern saat ini melalui video call atau live video untuk bersua dengan keluarga besar.

Dengan membuat sesuatu yang berbeda, kita tetap bisa bertradisi lebaran namun tetap bisa berhemat juga tentunya, menyesuaikan dengan kemampuan finansial kita. 

Semuanya tidak mengurangi esensi dari lebaran itu sendiri.

Kelima, sisakan dana yang disimpan terpisah. Ya, ketika THR sudah di tangan, jangan lantas menghabiskannya semua. 

Sisakan dana untuk keberlangsungan hidup selanjutnya pasca lebaran. Jangan sampai, ketika lebaran kita foya-foya, ternyata setelahnya kita mengalami krisis finansial. 

Setidaknya ini bisa menjadi dana jembatan menuju ke datangnya sumber penghasilan berikutnya. 

Jangan lupa untuk menyimpannya secara terpisah, misalnya di rekening lain atau dompet digital khusus agar tidak tercampur dengan dana lainnya.

Keenam, jaga kesehatan. Euforia ramadan dan lebaran sungguh luar biasa. Sering kita lalai dalam menjaga kesehatan saat momen-momen tersebut. 

Kita tidak menjaga makanan, tidak menjaga kondisi tubuh, kelelahan, kurang istirahat, dll. Tentu saja ini akan berbahaya bukan saja untuk kesehatan badan tapi juga kesehatan finansial kita.

Dengan selalu ingat untuk menjaga kesehatan, artinya kita juga turut menjaga stabilitas finansial kita, sebab sakit membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ketujuh, alokasikan lebih untuk bersedekah. Sering kita kurang tepat dalam mengalokasikan dana finansial kita. 

Tidak jarang kita lebih berat mengalokasikan dana untuk keperluan ibadah ketimbang tradisi. 

Contohnya, kita mudah membelanjakan uang untuk kebutuhan baju lebaran, makanan lebaran, dll tapi kita sering lupa atau berat untuk mengeluarkan uang untuk bersedekah atau membantu sesama yang membutuhkan.

padahal, ketika kita mengalokasikan lebih untuk niat bersedekah karena Allah, inshaaAllah ini akan menjadi tabungan dunia akhirat kita, penarik rezeki kita, berpahala dan menjadi keberkahan dalam kehidupan kita.

Kedelapan, manfaatkan momen lebaran untuk belajar berbisnis. Ya, ternyata agar finansial tetap sehat kala ramadan bukan melulu dengan trik berhemat ya, tapi perlunya juga kita belajar untuk bagaimana bisa menambah income.

Harus diakui, momen ramadan adalah momen yang sarat dengan kebaikan. Selain pahala ibadah dilipatgandakan, nyatanya momen ramadan juga bisa menjadi kesempatan manis untuk bisa menambah income atau cuan.

Maka tak heran, jika bulan ramadan datang, seketika menjamur para pebisnis dagangan kuliner maupun serba-serbi ramadan dadakan. 

Tidak mengapa, hitung-hitung bisa sembari belajar berbisnis, bukan? Bonusnya tentu saja kita bisa mendapat keuntungan atau cuan yang bisa untuk membantu menjaga stabilitas finansial kita.

Namun, tetap lagi-lagi kita harus melakukan perencanaan dan persiapan yang matang untuk memulai atau melakukan bisnis menambah cuan di momen ramadan. 

Lakukan dengan cermat dan serius serta tidak sekadar ikut-ikutan tren untuk meminimalkan kerugian atau dampak negatif lainnya pada kondisi finansial kita.

Nah itulah tadi 8 cara bagaimana menyikapi tradisi ramadan dan lebaran agar tetap bisa dilestarikan tanpa mengganggu stabilitas finansial kita. 

Kita tetap bisa berhemat, finansial tetap sehat, tanpa mengurangi nilai dan esensi ibadah maupun tradisi ramadan dan lebaran itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun