Hadi Santoso
Hadi Santoso Penulis

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Empat Target yang Bikin Kita Semangat Menjalani Ramadan Kali Ini

16 Mei 2018   14:45 Diperbarui: 16 Mei 2018   14:58 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Empat Target yang Bikin Kita Semangat Menjalani Ramadan Kali Ini
Ilustrasi: kfk.kompas.com

Perlukah membuat listing alias daftar target dalam menjalani bulan puasa Ramadan tahun ini? Ataukah cukup menjalani Ramadan dengan sebaik-baiknya tanpa perlu memasang target?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari sejenak mencermati persiapan tim putri bulutangkis Indonesia yang tengah bersiap tampil di Piala Uber 2018 yang akan digelar di Bangkok, Thailand mulai 20 Mei nanti. Lho, apa kaitannya antara target puasa Ramadan dengan tim Piala Uber Indonesia?

Begini, dalam dunia perbulutangkisan dunia, untuk sektor putri, Indonesia kini bukanlah negara superior. Meskipun, tahun ini tim putri Indonesia memperlihatkan progres bagus. Kali terakhir Indonesia juara Piala Uber terjadi pada 1996 saat Susy Susanti masih menjadi atlet. Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan adalah negara raksasa di Piala Uber. Belakangan, India juga muncul sebagai kekuatan baru.

Meski begitu, Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) telah menetapkan target minimal bagi tim putri Indonesia, yakni setidaknya lolos ke semifinal. Apakah tidak terlalu muluk-muluk target itu?

Menurut saya, target itu dibuat tidak sekadar dibuat. Karena kejuaraan beregu, ada hitung-hitungan kemampuan tiap pemain dan juga peluang menang. Tapi yang jelas, dengan adanya target, diharapkan tim bisa lebih termotivasi. Daripada sekadar turun ke turnamen dengan niat "yang penting tampil bagus" tanpa ada tujuan pencapaian yang ingin diraih.

Nah, analogi itu kiranya juga tepat bila dikorelasikan dengan puasa Ramadan yang akan kita jalani. Bahwa kita akan menjalani sebuah "kompetisi" yang cukup panjang. Dengan periode yang cukup panjang, perlu persiapan matang dan target hebat yang ingin direalisasi.

Target inilah yang akan memotivasi kita untuk tetap bersemangat menjalani puasa Ramadan dari awal hingga akhir. Sebab, bila hanya sekadar berniat 'pokoke' berpuasa dari awal hingga akhir tanpa ada target yang dibuat, rasanya hasil yang dicapai juga akan "biasa-biasa" saja. Padahal, berpuasa bukan hanya sekadar dimaknai menahan lapar dan haus.

Lalu, bila harus membuat target, apa saja target yang perlu dibuat. Setiap dari sampean (Anda) pastinya punya target masing-masing yang ingin dicapai selama Ramadan tahun ini. Menurut saya, ada empat target yang bisa kita kejar sekaligus memotivasi agar "batere" kita selalu terisi penuh dalam menjalani puasa Ramadan dari hari pertama hingga hari terakhir.

Target Kualitas Puasa Lebih Baik dari Tahun Sebelumnya

Ramadan adakah bulan ibadah. Bukan untuk ranah yang lain. Karenanya, target utama yang berada di daftar nomor satu, sudah seharusnya adalah target ibadah. Dalam skala makro, sampean dan saya tentunya ingin Ramadan kali ini bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Lebih baik kualitas puasanya dalam artian tidak sekadar menahan lapar dan haus. Namun, juga ada keinginan untuk lebih rajin sholat lima waktu di awal waktu. Ada kemauan untuk menahan lisan agar tidak mengucapkan ucapan tidak perlu yang bisa menyakiti sesama. Kualitas puasa yang lebih baik juga bisa diwujudkan dengan menahan diri untuk tidak menyebar berita yang belum jelas kebenarannya ataupun menuliskan status-status jahat di media sosial serta mengumpat di laman komentar yang didasari kebencian.  

Karena memang, dalam Islam, ibadah tidak sekadar dimaknai ibadah yang berada di dalam masjid saja. Niat ibadah juga bisa dilakukan di lingkungan tempat tinggal,  lingkungan kerja, di tempat kuliah atau di sekolah. Termasuk juga di wilayah "dunia maya" alias media sosial dengan ikut membagikan kabar baik.

Target Mengurangi Tidur

Kita seringkali mendengar bahwa tidur di bulan Ramadan itu berpahala. Berpahala bila memang tidur ternyata lebih baik untuk mencegah kita dari melakukan hal-hal yang bisa merusak puasa kita. Namun, bukan berarti kita cukup memperbanyak tidur demi mendapatkan banyak pahala.

Justru, bila ingin kualitas puasa lebih baik dari tahun sebelumnya, target mengurangi tidur dalam artian cukup tidur secukupnya, menjadi penting. Sebab, ketika kita memperbanyak tidur, tentunya ada banyak kesempatan beribadah yang lewat begitu saja. Terlebih, bagi sampean yang bekerja, berpuasa tentunya bukanlah alasan untuk menjadi malas dan "mencuri waktu" untuk tidur-tiduran di tempat kerja ketika siang hari

Perihal target mengurangi tidur ini, dari pengalaman yang telah saya jalani, kuncinya adalah tidur jangan terlalu malam. Dengan tidur lebih cepat semisal jam 21.00 WIB ataupun jam 21.30 WIB, kita akan bisa bangun lebih cepat. Dan ternyata, bangun pagi tanpa kembali tidur, itu justru akan membuat kita bisa lebih fresh seharian dibandingkan bangun telat dan berangkat kerja terburu-buru.   

Target Lebih Banyak Belajar    

Tidak hanya target beribadah, puasa Ramadan juga menjadi kesempatan untuk memasang target lebih banyak belajar. Bukan hanya belajar dalam konteks demi menambah pengetahuan ibadah, tetapi juga belajar memperbaiki sikap. 

Bila kita memaknai Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan haus (bahkan inipun juga harus bersabar), kita akan sampai pada pemikiran bahwa salah satu esensi Ramadan adalah belajar bersabar.

Salah satu belajar sabar yang bisa kita praktekkan di bulan Ramadan karena hampir setiap hari kita lakukan adalah bersabar di jalanan. Semisal biasanya bila di jalanan kita nggak sabaran untuk menerobos lampu merah karena dalih terburu-buru ataupun melintas di atas pedestrian ketika sedang macet parah, kita bisa mulai untuk belajar woles dan taat aturan.

Kalaupun ada yang bilang hanya sabar musiman, tidak masalah. Terpenting, belajar sabar yang dilakukan selama Ramadan, tidak lantas hilang begitu Ramadan usai. Namun, bisa terus membekas dalam sikap kita.

Target Mengendalikan Pengeluaran

Nah target ini yang biasanya rada susah. Padahal, puasa seharusnya menjadi media tepat untuk mengikis budaya konsumtif. Namun, yang terjadi justru tidak seperti itu. Seringkali, yang terjadi kebalikannya. Tingkat konsumsi masyarakat malah cenderung tinggi selama Ramadan.

Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi itu bisa dilihat pada tradisi setiap sore jelang berbuka puasa yang seakan berlomba memburu berbagai makanan dan aneka minuman siap saji, ataupun antre berbuka di rumah makan dan restoran sampai pedagang musiman yang berjualan di sepanjang emperan trotoar jalanan. Memang, situasi ini bisa dipahami. 

Setelah seharian penuh menahan lapar dan dahaga, masyarakat tentu menginginkan bisa menikmati berbagai jenis makanan dan aneka minuman enak. Hanya saja, keinginan itu malah seperti "balas dendam".

Lalu, bagaimana cara untuk mewujudkan target mengendalikan pengeluaran selama Ramadan? Bagi sampean yang sudah berkeluarga, berbuka puasa di rumah selama memang memungkinkan, menjadi cara terbaik yang bisa dilakukan. Percayalah, dengan berbuka puasa di rumah, selain masakan istri terjamin sehat, juga pasti lebih murah. Kalaupun sesekali mengajak keluarga menikmati berbuka puasa di luar rumah, tidak masalah (asalkan jangan tiap hari).

Bagaimana untuk yang masih belum punya pasangan? Cara idak lazim ini bisa sampean lakukan. Yakni, membuat jadwal "road show" berburu takjil di masjid-masjid yang menyediakan takjil selama Ramadan. Asalkan niat awalnya memang ingin sholat maghrib berjamaah, dan takjil gratis adalah bonusnya. 

Pesan penting dalam merealisasi target ini adalah, kita tidak lantas menjadi "pelit pada diri sendiri" dengan memilih mengonsumsi makanan seadanya dan mengabaikan nilai gizi. Targetnya adalah mengendalikan pengeluaran untuk tidak over konsumtif. Selamat membuat target di Ramadan kali ini dan semangat merealisasikannya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun