H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Wiraswasta

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Pasar Tradisional Mencegah Fenomena Kalap Belanja

2 Mei 2020   00:25 Diperbarui: 2 Mei 2020   20:19 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Tradisional Mencegah Fenomena Kalap Belanja
Ilustrasi: Pasar Tradisional Daya Makassar. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN

"Dahulukan kebutuhan daripada  keinginan. Sederhananya, butuh selalu perlu, sedangkan perlu tidak selalu butuh. Jadi, kebutuhan memiliki 'derajat' yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya sekadar keinginan"

Fenomena konsumtif dalam bulan Ramadan bagi masyarakat Indonesia itu menjadi biasa atau tradisi dari masa ke masa. Tapi bisa jadi pandemi Covid-19, manusia dipaksa merubah tradisi belanja makanan dan lainnya dalam menghadapi kebutuhan buka puasa atau hari-hari selama dan sesudah Ramadan.

Dalam bulan suci Ramadan pada tahun ini, tentunya mengharuskan kita di rumah saja. Namun sekaligus menjadi kesempatan untuk lebih sering memasak makanan sendiri untuk dinikmati bersama keluarga, baik untuk menu buka puasa maupun menu sahur.

Disamping juga dalam menghadapi menu buka puasa, tentunya terpaksa kita harus siapkan sendiri di rumah. Karena disamping pedagang takjil hampir pasti sangat susah ditemukan dalam masa Covid-19. Tidak seperti biasa di setiap pojok jalan ada pedagang dadakan jual makanan dan takjil untuk berbuka puasa.

Rasanya tidak pantas pula mencari pedagang takjil kemana-mana, apalagi masa darurat PSBB Covid-19. Setidaknya bila tidak biasa menyiapkan takjil sendiri. Bisa menghubungi sahabat atau pedagang takjil terdekat yang bisa mengantarnya dengan ojek online (ojol).

Karena di beberapa kota besar tentu ada yang masih berpikir untuk menjual takjil secara online. Atau kalau tidak ada, ini merupakan peluang atau kesempatan belajar bisnis jual makanan atau takjil. Iseng-iseng mengisi waktu luang selama #diRumahAja.

Calon pelanggan bisa dari sahabat sendiri yang mungkin malas menyiapkan menu makan buka puasa dan menu sahur, mereka menjadi target penjualan. Bisa menjadi sasaran konsumen dalam bisnis dadakan tersebut. Tapi bisa jadi sebagai awal mula sebuah bisnis makanan, yang bisa dilanjutkan pasca Covid-19.

Covid-19 Mengajari Efisiensi

Mengingat ritme makan yang hanya dua kali, berbuka dan sahur, akan lebih mudah untuk menyiapkan dan memasak makanan sendiri di rumah saja. Jadi sebaiknya masak sendiri saja, perbanyak menu sayuran dan buah-buahan, biar sehat dan bugar dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan pada suasana Covid-19.

Selain mudah, sayuran dan buah juga tanpa banyak menghasilkan sampah. Jangan lupa, sampah organik sisa memasaknya jadikan kompos di rumah saja. Mau tahu olah sampah organik dapur jadi pupuk kompos padat dan cair bisa klik di Belajar Gratis Kelola Sampah dalam Masa Work From Home. Penulis bisa membantu bagaimana mengolah sampah dapur menjadi pupuk kompos. 

Belanja Kebutuhan di Pasar Tradisional 

Menghindari inefisiensi alias kalap belanja makanan di bulan puasa. Mulai saat ini belajar bikin sendiri, dengan cara belanja bahan-bahanya di pasar tradisional. Karena bisa dengan mudah menemukan kebutuhan bulan Ramadan yang segar dan umumnya tidak punya kemasan plastik kecuali kantong plastik belanjaan.

Banyak keuntungan berganda yang bisa didapatkan bila belanja di pasar tradisional. Disamping menghindari kalap belanja atau
lapar mata saat Ramadan, karena kita kurang menemukan kebutuhan sekunder. Juga di pasar tradisional bahannya segar. Misalnya sayur, ikan dan daging yang belum melalui lemari pendingin atau ruang pembekuan.

Karena tidak semua barang belanjaan di pasar rakyat dikemas dengan plastik seperti di ritel atau pasar modern. Maka dari itu bisa menghindari produksi sampah plastik secara berlebihan. Sekaligus juga menghidupkan pengusaha atau pedagang kecil. Istilahnya, mari kita belanja di warung tetangga.

Ilustrasi: Pasar Modern atau Ritel. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ilustrasi: Pasar Modern atau Ritel. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN

"Pakar keuangan menyarankan, jangan memiliki kartu kredit lebih dari dua. Selain membingungkan, Anda pun cenderung berbelanja lebih banyak"

Sungguh luar biasa pengaruh atau perubahan yang terjadi terhadap hidup kehidupan, yang seharusnya umat muslim mengambil hikmah dibalik musibah pandemi Covid-19 agar bisa menahan diri dari segala bentuk aktifitas yang keluar dari norma agama yang menghendaki keseimbangan.

Dengan tidak berbelanja banyak selama Covid-19, apalagi menghindari berbelanja berlebihan. Setidaknya bisa menghindari produksi sampah, menghemat uang lebaran Idul Fitri, dan terhindar dari kemacetan dan tumpah ruah di pusat perbelanjaan modern.

Buat Daftar Belanjaan

Menghindari belanja diluar kebutuhan, kiatnya buat daftar belanjaan sebelum ke pasar. Daftar belanjaan tersebut akan persingkat waktu berada di pasar. Selain itu juga belanja lebih terarah karena hanya berpatokan pada daftar yang telah disiapkan sebelumnya.

Juga untuk lebih terjadi efisiensi, buat rencana menu berbuka puasa. Tempel daftar menu itu di dekat dapur, biar keluarga bisa membaca dan saling mengingatkan. Pedomani secara disiplin dan wajib dijalankan dengan konsisten. Salah satu cara yang paling jitu mencegah belanja berlebihan dan mengajari anak-anak hidup disiplin. 

Perencanaan menu berbuka puasa dan sahur tersebut, baik dengan membeli atau masak sendiri, rencanakan semua menu mulai dari takjil sampai hidangan utama terlebih dulu. Setelah itu baru menu tambahan, seperti kurma atau buah-buahan dan lainnya. Maka santapan berbuka akan lebih terkontrol dan sehat. 

Mari kita merubah pola atau gaya hidup konsumtif yang telah lama tertanam dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Hanya gemar mengonsumsi daripada memproduksi sendiri berbagai barang yang dibutuhkan dengan alasan kepraktisan kita lebih memilih membeli apa yang sudah ditawarkan pasar.

Pandemi Covid-19 bisa dimaknai pesan moral untuk merubah mental kita sebagai individu yang harus di restorasi atau ditempa agar tidak hanya jadi generasi pekerja. Lebih senang bekerja tanpa melihat peluang untuk berkarya. Mari menjadi pelopor pencipta lapangan kerja, dimana pembelajarannya di mulai dari rumah.

Penting dipahami bahwa kebutuhan tidak sama dengan keinginan dan keperluan. Dahulukan kebutuhan. Sederhananya, butuh selalu perlu, sedangkan perlu tidak selalu butuh. Jadi, kebutuhan memiliki 'derajat' yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya sekadar keinginan.

Semoga bermanfaat, selamat menikmati sahur Ramadan bersama keluarga dan menanti buka puasa di hari ke-9, terima kasih.

Surabaya, 9 Ramadan 1441 H | 2 Mei 2020 M

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun