Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Guru

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Madrasah Ramadhan yang Menggerakkan

7 April 2022   16:30 Diperbarui: 7 April 2022   16:33 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Madrasah Ramadhan yang Menggerakkan
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bersyukur pada saat tahun ini kita dipertemukan kembali bulan suci Ramadhan. Kita bisa merasakan kehangatan  beribadah di dalam bulan suci Ramadhan yang selalu dinantikan dalam kehidupan. Walaupun Shaum Ramadhan ditahun ini masih dalam suasana pandemic covid 19. Sejuta harapan dan makna memasuki Shaum Ramadhan di tahun ini bisa lebih baik dari tahun lalu.

Kehadiran bulan suci Ramadhan selalu dinantikan oleh setiap kamu muslimin dipenjuru dunia. Bulan suci yang menggerakan seluruh potensi yang ada dalam kaum muslimin untuk dikeluarkan dan digerakkan dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. 

Menggerakan ibadah wajib dan ibadah sunnah yang akan mendapatkan ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Shaum Ramadhan yang menggerakkan dan membangkitkan semangat keberagamaan dalam memahami haikat perjalanan kehidupan.

Apalagi Shaum Ramadhan di tahun ini ada perbedaan pandangan pemahaman dalam menentukan awal Ramadhan. Pandangan yang memahami akan datangnya "hilal" sebagai bulan baru dalam kalender Islam. Karena melaksanakan ibadah bulan suci Ramadhan dengan melihat hilal menandakan adanya bulan baru dan kewajiban melaksanakan ibadah shaum Ramadhan.

Ada dua pandangan berkaitan melihat posisi hilal yang dianjurkan oleh Rasullah yaitu dengan menggunakan  wujudul Hilal atas dasar Hisab (bulan sudah berada di atas ufuk) dan ada juga yang merujuk pada pendapat Rukyatul hilal (bulan berada di atas ufuq dengan ketentuan Imkanu  ar- rukyah. Kedua ketentuan yang menjadi rujukan dalam mengambil dasar dalam menentukan datangnya bulan baru.

Diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Salam al-Jumahi, dari alMuslim), dari Muhammad (yaitu Ibn Ziyad), dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Berpuasalah kalian karena melihat Hilal (bulan sabit Ramadlan) dan berbukalah (berhari raya)  kalian karena melihat Hilal (bulan sabit Syawwal), jika  kalian terhalang mendung maka sempurnakanlah hitungan  Syaban menjadi 30 hari". (HR. al-Bukhari dan Muslim  serta Ashhab as-Sunan).

Firman Allah SWT: Artinya: "Matahari dan bulan  (beredar) menurut perhitungan." [QS. ar-Rahman (55): 5].

Kedua dasar itu yang mewajibkan bagi kita untuk berpuasa dalam bulan Ramadhan. Momentum Ramadhan datangnya Ramadhan memiliki perbedaan dalam praktek keagamaan tapi harus disikapi dengan saling asah, asih dan asuh sesame umat Islam. Pada dasarnya ketika kita melakukan keyakinan beragama menggunakan dasar ilmu dan rujukan yang sesuai dengan tuntunan. Serta momentum perbedaan merupakan sunnah Rasullah yang setiap manusia atau insan memiliki perbedaan satu sama lain dan perbedaan itu rahmat untuk kehidupan manusia di dunia.

Perbedaan pandangan dalam memahami jatuhnya bulan suci Ramadhan justru menggerakkan keyakinan untuk memperdalam ilmu pengetahuan, memperdalam sikap social dan toleransi dalam mewujudkan hubungan kemanusian. Menggerakkan untuk meraih keberkahan dalam suci bulan Ramadhan dengan menundukkan pandangan dan egoism. 

Kehadiran Bulan Suci Ramadhan tanpa kita minta, tanpa kita mau serta tanpa kita undang karena bulan suci Ramadhan dengan sejuta makna dan pesona serta sangat istimewa menghampiri jutaan umat islam dipenjuru dunia atas dasar rasa kasih sayang dan ketentuan dari Allah SWT.

Madrasah dan Training Manajemen Diri.

Ramadhan merupakan bulan tarbiyah atau bulan pendidikan bagi umat muslim. Bulan dijadikan sebagai madrasah kehidupan yang dituntun secara langsung oleh Allah SWT melalui ketentuan di dalam Al Quran dan Hadist. Manusia dilatih secara khusus dan dibina serta dituntun secara langsung oleh Allah SWT. Puasa Ramadhan merupakan rangkaian rukun Islam yang wajib kita lakukan.

"Dari 'Abdullah r.a. (diriwayatkan  bahwa) ia berkata: Rasulullah saw bersabda:  Islam dibangun di atas lima dasar, yakni  bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan  Allah; mendirikan shalat; menunaikan zakat;  mengerjakan haji; dan berpuasa pada bulan  Ramadhan." [HR al-Bukhari, Muslim, atTurmudzi, an-Nasa'i, dan Ahmad, dan lafal ini adalah lafal Muslim].

Ramadhan disebut juga dengan bulan tarbiyah (syahru tarbiyah), ia  bagaikan madrasah dimana kaum muslimin di dalamnya dididik kesungguhan dalam hal ibadah, berjuang melawan  hawa nafsu, membiasakan berlaku sabar dan menahan hawa nafsu serta membiasakan untuk tidak melakukan ghibah, gosip atau membicarakan hal-hal yang tidak berguna yang dapat mengurangi pahala puasanya . 

Puasa juga mendidik untuk selalu bersyukur, setelah berpuasa seharian,  menahan lapar dan haus, merasakan apa yang biasa dirasakan oleh  orang yang tidak mempunyai makanan, setelah waktu berbuka tiba alhamdulillah rasa syukur terucap setelah merasakan segarnya air yang  masuk membasahi kerongkongan,

Rasullullah SAW bersabda, "Puasa itu bukanlah sekedar menahan  diri dari makan dan minum. Akan tetapi sesungguhnya puasa itu  adalah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi  perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji." (Hadist Riwayat Bukhari).

Ibadah Ramadhan merupakan ibadah yang menggerakkan potensi kebaikan yang ada dalam diri manusia secara masif dalam kehidupan sehari-hari. Jika digerakkan secara masif dalam pribadi muslim maka akan terjadi kematangan jiwa dalam membersamai gerak kehidupannya. Maka gerak madrasah Ramadhan dalam membangun manusia yang taqwa dapat berjalan secara maksimal dalam kehidupan di dunia.

Di dalam Madrasah Ramadhan dalam momentum pembinaan diri ada beberapa hal yang perlu digerakkan untuk menjadikan kehidupan yang bermakna. Pertama Menumbuhkan sikap spiritual parenting dalam keluarga yang dibangun dan dibina secara akhlak islami. 

Dimana orangtua  mengajarkan  kepada anaknya, bahwa Allah selalu memperhatikan gerak-gerik kita, ajarkan anak-anak kita berbicara dengan menggunakan  kata-kata yang baik, bagus, indah dan dorong mereka mengungkapkan  cita-cita akan masa depan dengan menggunakan imajinasi mereka, , jadilah orang tua pendengar yang baik bagi anak-anaknya.  Perhatikan setiap anak kita berbicara sehingga kita dapat melatih mereka  berpikir dan mengatur emosi dengan tertib dan jernih. 

Kedua. Madrasah Ramadhan membangun dan melatih serta mengendalikan Jiwa yang sehat secara Rohani dan Jasmani. Artinya Ramadhan mengendalikan untuk makan makanan yang tidak sehat serta mengatur pola hidup konsumtif, membangun untuk bersikap jujur dan amanah dalam bersikap.

Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah  menjelaskan: "Seorang yang berpuasa adalah orang yang anggota  badanya berpuasa dari perbuatan-perbuatan dosa, lisannya berpuasa  dari kata dusta, kata keji, dan ucapan palsu, perutnya berpuasa dari  makanan dan minuman, kemaluannya berpuasa dari bersetubuh. Bila dia  berbicara, tidak berbicara dengan sesuatu yang merusak puasanya, bila  berbuat, tidak berbuat dengan suatu perbuatan yang merusak puasanya,  sehingga seluruh ucapannya keluar dalam keadaan baik dan manfaat (M. Nurdin Zuhdi:62)

Ketiga. Madrasah Ramadhan merupakan menahan diri dari segala perbuatan dosa. Secara bahasa kata puasa berasal dari kata Shaum, yang bermakna imsak (menahan). ash shiyaam artinya: beribadah  kepada Allah Ta'ala dengan menahan diri dari makan,  minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Rasulullah saw bersabda: "Berapa banyak orang yang puasa, bagian (yang dipetik) dari puasanya hanyalah lapar dan  haus (semata)" [HR. Ibnu Majah).

Dalam hadis lain, dari Abu  Hurairah ia berkata, Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya puasa

itu bukan menahan dari makan dan minum saja, puasa yang sebenarnya  adalah menahan dari laghwu (ucapan sia-sia) dan rafats (ucapan kotor),  maka bila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan kebodohan  kepadamu katakanlah: 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." [HR. Ibnu  Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim]

Menggerakkan Keberkahan dan Kegembiraan

BERKAH adalah salah satu kata --selain salam dan rahmat-- yang terkandung dalam salam Islam Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan selalu menyertai Anda (kalian). Berkah dalam arti kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan tercantum dalam ayat berikut ini: "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raf: 96) https://www.researchgate.net/publication/321527001

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Berkah merupakan karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Menurut bahasa, berkah berasal dari bahasa Arab barokah, artinya nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997 : 78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk. menurut  istilah, berkah (barokah) artinya "bertambahnya kebaikan" Imam AlGhazali, Ensiklopedia Tasawuf. Berdasarkan pengertian ini,  dapat dipahami bahwa Ramadhan bulan penuh berkah bermakna bulan yang isinya penuh dengan tambahan kebaikan (Andy Putra Wijaya:52).

Keberkahan madrasah shaum Ramadhan menggerakkan kaum muslimin untuk bergegas dan bergerak menuju masjid, musholla, surau untuk melaksanakan sholat berjamaah Isya dan sholat sunnah qiyamul ramadhan. Rasa kesadaran ini merupakan rasa cinta umat muslimin kepada Sang Pencipta Allah SWT dan rasa gembira bisa dipertemukan kembali oleh bulan yang mulia. Keberkahan yang begitu banyak didapatkan dari melaksanakan ibadah shaum Ramadhan sehingga menuntun kita untuk dapat melaksanakan seluruh kewajibannya tanpa paksaan.

Shaum Ramadhan dijalankan dengan rasa ikhlas akan membangun rasa keberkahan. Karena berkah adalah karunia Allah SWT yang telah mendatangkan ketentraman, kebahagiaan, kenikmatan dan kebaikan yang bersifat kekal baik kebaikan itu berupa bertambahnya harta, rizki, maupun kesehatan, ilmu atau amal kebaikan. Hanya saja, kita memahami bahwa karunia Allah itu tidak selamanya bersifat konkret tetapi terkadang bersifat abstrak.

Rasa kegembiraan menjalankan shaum ramadhan hadits riwayat Ahmad No-6877 yang menjelaskan bahwa orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan. Dalam suatu riwayat dijelaskan dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail telah menceritakan kepada kami Dlirar -yaitu Abu Sinan- dari Abu Shalih dari  Abu Hurairah dan Abu Sa'id, keduanya berkata; Rasulullah Shallallahu  'alaihi wa Salam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: 'Sesungguhnya  puasa itu adalah milik-Ku dan Aku sendiri kelak yang akan membalasnya.'  Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan, Jika  berbuka ia akan gembira, dan jika ia bertemu dengan Allah lalu Dia  membalas ibadah puasanya maka ia akan merasa gembira. Demi Dzat  yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang  yang sedang berpuasa itu di sisi Allah lebih wangi daripada bau minyak misik

Pada hadis yang lain digambarkan rasa keberkahan menjalankan ibadah puasa yaitu hadits riwayat Bukhari No-2628 Artinya : Telah bercerita kepada kami Ishaq bin Nashr telah bercerita  kepada kami 'Abdur Rozzaq telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij  berkata telah bercerita kepadaku Yahya Sa'id dan Suhail bin Abi Shalih  bahwa keduanya mendengar an Nu'man bin Abi 'Ayyasy dari Abu Sa'id  Al Khudriy radliallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu  'alaihi wasallam bersabda; "Barang siapa yang shoum (berpuasa) satu  hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka  sejauh tujuh puluh tahun"

Berdasarkan hadits hadits riwayat Ahmad No-6877 di atas kegembiraan  pertama yang akan diperoleh adalah saat ia berbuka. Tentu saja orang  yang berpuasa akan bergembira saat berbuka karena ia dapat melepaskan  rasa lapar dan dahaga setelah berpuasa. Kegembiraan yang kedua  adalah saat bertemu dengan Allah SWT karena Allah sendiri yang akan  membalas (baca: memberi pahala) ibadah puasanya. Sungguh berkah  yang luar biasa apabila saat kita bertemu Allah SWT dan secara langsung  kita menerima pahala dari-Nya. Dan ketiga pada hadist hadits riwayat Bukhari No-2628 yang kita pahami bahwa Allah  memberikan keberkahan bagi orang-orang yang berpuasa meskipun  satu hari saja di jalan Allah akan dijauhkan dari api neraka sejauh tujuh  puluh tahun. (Andy Putra Wijaya:52).

Pentingnya mencari keberkahan dalam bulan Ramadhan merupakan hal yang sangat penting untuk kita ummat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Mencari keberkahan pun merupakan dambaan kita semua dalam menjalani rutinitas kehidupan tapi terkadang dalam menjalani dan mencari keberkahan ada hal yang berbeda antara ucapan dengan apa yang dikerjakan. Sehingga sering terjadi kesalahan memaknai kata keberkahan dan bahkan sering menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan giat kehidupan. Maka dalam Ramadhan ditahun ini kita berupaya menggapai keberkahan Ramadhan dengan menjalankan sesuai dengan perintah Allah dan Rosulnya serta selaras antara kata dan perbuatan.

Pada sisi yang lain pancaran rasa keberkahan dalam melaksanakan ibadah Ramadhan kita mampu melaksanakan ibadah shaum ramadhan dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah. Rasa syukur dengan senantiasa mampu mengucapakan rasa terimakasih yang begitu mendalam ketika kita dapat berbuka puasa bersama dengan keluarga, taraweh bersama di masjid, sahur bersama serta kegiatan sholat sunnah diluar sholat wajib dan sholat Taraweh.

Rasa ungkapan kegembiraan dan keberkahan diwujudkan terus dalam bulan Ramadhan tahun ini akan kita rasakan kehadiran Allah dalam kehidupan kita sangat dekat. Rasa syukur perlu dipupuk setiap saat dalam menajamkan suasana hati yang nyaman dan hati yang ikhlas. Fokus kepada pelaksanaan ibadah dalam bulan suci Ramadhan sambil bekerja seperti biasanya dengan mengurangi hal-hal yang mendatang dosa.

Smoga keberkahan Ramadhan dapat terus kita bina dan kita pupuk dalam diri kita sehingga mendapatkan gelar taqwa. Taqwa dalam arti melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Serta meningkatnya rasa keimanan kepada Allah dengan bersungguh beribadah dalam bulan suci Ramadhan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun