Cintaku Tertinggal di Kaki Menoreh
Pernahkah Kau merindukan kampung halaman?
Aku selalu dan setiap waktu.
Bagiku, kampung halaman adalah kesatuan jiwaku.
Hampir separuh umurku berhiaskan hari-hari manis di kampung halamanku.
Kampung yang damai di kaki Bukit Menoreh.
"Pak, itu gunung apa? " Tanyaku pada Bapak, saat berjalan-jalan pagi di bulak dekat rumahku, bersama Bapak.
"Itu bukan gunung, tapi Bukit, " Kata Bapak.
"Bukit Menoreh, " Lanjut Bapak.
Aku hanya manggut-manggut, tapi jawaban Bapak terpatri dalam ingatanku.
Bahkan meresap ke dalam jiwaku , sehingga hingga kini tak pernah terlupa.
Menoreh.
Entah kenapa, kata itu seperti mempunyai daya magis bagiku.
Seperti suatu masa yang menginspirasi dan penuh misteri.
Ada kebanggaan tersendiri saat menyadari, Bukit Menoreh adalah kata yang berkaitan erat dengan kampung halamanku.
Yang setiap katanya sanggup menggugah acuhku, dan memberikan getar istimewa dalam setiap penyebutannya.
Pegunungan Menoreh adalah kawasan pegunungan yang membentang di wilayah barat Kabupaten Kulon Progo di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Terletak di sebelah timur Kabupaten Purworejo, dan sebagian Kabupaten Magelang di Provinsi Jawa Tengah.
Pegunungan itu sekaligus menjadi batas alamiah bagi ketiga kabupaten tersebut (Wikipedia)
Purworejo adalah nama Kabupaten tempat aku dilahirkan.
Nama yang setiap terucap atau tertulis membawa kenangan dan cerita tersendiri.
Di sini semua cintaku bermuara.
Bapak, Ibu, saudara-saudaraku.
Kenangan indah bersama teman-teman masa kecil dan masa lalu.
Kenangan indah menghabiskan hari-hari di sini.
Di sawahnya.
Di kolamnya.
Di bentang pegunungannya.
Kenangan akan keramahan warganya.
Kehalusannya.
Kesantunannya.
Kerukunannya.
Semua bermain di pelupuk mata seperti kaleidoskop yang beriringan menampilkan semua memori dan kenangan.
Ada banyak alasan untuk merindukan kampung halaman.
1. Di sini Aku dilahirkan.
Di sini, di desa yang aman tentram dan damai ini aku dilahirkan.
Eh, tidak. Sejujurnya aku lahir di sebuah RSB swasta di Kota Purworejo yang kini menjadi salah satu RS rujukan BPJS.
2. Di sini Aku dibesarkan.
Di kampung halaman inilah aku dibesarkan dalam pengawasan dan kasih sayang bapak dan ibu.
Bapak yang logis dan ibu yang romantis melankolis mencetak karakter dalam jiwaku.
Tapi mungkin justru bapak yang mendominasi dalam pembentukan karakterku.
Cenderung logis dan menggunakan pikiran daripada perasaan penuh drama.
Entahlah.
3. Kampung halaman adalah tempat penuh kenangan.
Kampung halaman adalah tempat penuh kenangan.
Bahkan tidak hanya di lingkungan sekitar rumah.
Tempat kenangan yang lain adalah tempat embah.
Sedikit banyak aku akrab dengan tempat dan keadaan di sana.
Sebuah desa di pinggir rel kereta.
Aku biasa terjaga saat terdengar lengkingan peluit dan suara kereta lewat.
Jes. Jes. Jes... Nguuung...!!!!
Sampai alam kembali dalam keheningan.
Saat pertama terjaga, Embah Putri udah sibuk di dapur sejak pukul 03.00 dini hari.
Sementara Mbah Kakung sudah melinting sigaret dan menikmati asapnya dengan pipa cangklong.
Di sampingnya radio tua yang setia bersuara, menemani Mbah Kakung menyesap kopi.
Embah Putri berjualan nasi penek. Nasi dengan beberapa sayuran seperti mie goreng, sayur nangka muda, opor ayam, telur,tempe dan tahu.
Masakan Mbah Putri sangat lezat. Waktu aku kecil, Mbah Putri adalah satu-satunya penjual nasi penek di pasar desa.
Dulu aku sampai hafal jadwal pasar desa.
Ada 3 pasar yang kuingat. Yaitu :
1. Pasar Sendhang, hari Kamis dan Minggu
Pasar ini paling dekat dengan rumah Embah. Ke arah timur, sebab bah tinggal di desa Bencorejo. Aku mengikuti Embah yang berjalan kaki sambil menggendong bakul berisi nasi.
Sedang lauk pauk, sayur dan pincuk daun dipikul oleh pakdhe.
Setiap pulang berjualan, Embah biasanya membelikan jajan pasar seperti grontol, lopis, cenil dan kucrut.
Kucrut itu semacam kupat tahu, tapi sausnya berupa larutan gula merah yang diwadahi botol, dan ditutup daun yang dilipat.
Terus dicrut. crut. crut ke bumbu cabe dan bawang putih yang sudah diulek.
2. Pasar Ngori hari Rabu dan Sabtu
Pasar desa ini juga mirip keadaan nya dengan pasar sendang. Tapi tempatnya sedikit lebih jauh ke arah utara.
Di dekat Pasar Ngori ini, dulu bapak dan ibu mengajar di sebuah SMP swasta yang kini sudah tutup.
Dulu ibu mengajar PKK dan bapak mengajar bahasa Inggris.
Selanjutnya, Bapak pernah menjadi kepala sekolah di SMP ini, sedang Ibu, setelah diangkat PNS mengajar di sebuah SMP negeri di Kutoarjo.
3.Pasar Ndhemplo, hari Senin(seingatku)
Pasar ini yang menurutku paling jauh. Sehingga aku hanya pernah sekali ikut bah berjualan di sini.
Arahnya ke barat dan berbelok ke selatan. Atau di pinggir jalan. Aku sudah agak lupa.
4. Kampung halaman adalah pembentuk karakter dalam pengaruh lingkungan.
Di kampung halaman inilah kita berinteraksi dan bersosialisasi.
Jalan hidup, etika, adat istiadat dan budaya yang mempengaruhi karakter kita terbentuk dan tertempa di sini.
Bagaimana bergaul dan berinteraksi di lingkungan sekitar akan mempengaruhi perilaku kita.
5. Kampung halaman adalah tempat di mana banyak hal kita kenal.
Kampung halaman tempat kita menghabiskan sebagian waktu atau bahkan seluruh hidup kita.
Sedikit banyak pasti sangat akrab dengan kehidupan kita.
Logat bicara, kuliner, busana, bahasa, dan tata cara kehidupan akan mudah kira kenali sekalipun kita berada jauh dari kampung halaman.
6. Kampung halaman adalah tempat cinta kita tertinggal.
Bapak, ibu, saudara, teman, tetangga adalah cinta kita yang tertinggal di kampung halaman.
Merekalah yang merupakan energi penarik magnet kita untuk kembali ke kampung halaman.
Menemui orang-orang tercinta adalah salah satu alasan untuk kembali ke kampung halaman.
7. Kampung halaman adalah tempat unik penuh kenangan yang tak tergantikan.
Kampung halaman tentunya unik dan istimewa. Kampung halaman tentu berbeda.
Kampung halaman adalah salah satu alasan bagi kita untuk kembali mengunjunginya.