Isur Suryati
Isur Suryati Guru

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Tata Hati di Hari Fitri Dimulai dengan Rapikan Rumah ala KonMari

1 Mei 2022   06:19 Diperbarui: 1 Mei 2022   10:51 1996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tata Hati di Hari Fitri Dimulai dengan Rapikan Rumah ala KonMari
ilustrasi bersih-bersih dengan metode konmari | Dok. Pribadi

Sebentar lagi, Ramadhan akan pamit. Ada rasa sedih dalam hati, terselip harapan dan kerinduan. Akankah kita dapat bersua kembali dengan Ramadhan di tahun depan? Selama satu bulan, tamu agung yang mulia menginap di rumah kita. Banyak pahala, hadiah, kebaikan, dan kemuliaan ia berikan kepada kita. Sekarang akan tiba saatnya Sang Tamu untuk pulang. Hati terasa berat untuk melepasnya. 

Tapi, pertemuan selalu harus diakhiri dengan perpisahan. Sudah takdir dari Illahi dan tertulis di Lauhil Mahfudz, kita harus merelakan Ramadhan dengan senyum keikhlasan. Lalu, kita sambut hari kemenangan yaitu hari raya Idul Fitri atau kita sering menyebutnya dengan istilah lebaran.

Kembali fitri

Idul fitri berasal dari kata iedul artinya kembali dan fitri dari kata fitrah artinya kesucian. Maknanya, setelah selama satu bulan penuh kita melatih diri mengosongkan perut, ikut merasakan bagaimana orang yang kekurangan. Agar timbul simpati dan empati dalam hati dan diri kita. Sehingga terbitlah rasa peduli dan mau berbagi kepada orang yang membutuhkan. 

Beragam persiapan dilakukan oleh umat Islam di Indonesia dalam menyambut hari penuh kemenangan ini. Dari mulai bersih-bersih rumah, cuci gorden, seprai, handuk-handuk dan selimut. Mencuci semua perabotan yang akan dipakai untuk wadah kue-kue, penganan dan masakan untuk menjamu keluarga dan tamu di kala lebaran. 

Ada juga yang sibuk shopping, belanja pakaian, hampers, dan mempersiapkan amplop yang berisi THR untuk karyawan, tetangga, sanak saudara, dan orang yang kekurangan. 

Para ibu yang jago membuat kue dan memasak, sibuk berkutat di dapur dengan loyang, blender, oven, tepung terigu dan lain-lain.

Nah, saya sebagai ibu yang tidak jago buat kue, anak masih kecil-kecil, mageran, males bersih-bersih,  apalagi harus mencuci gorden segala rupa sibuk dengan apa, ya? Kue sudah siap terhidang di meja, gorden, handuk, selimut sudah wangi dan bersih. Tentu saja hasil dari membeli dan jasa tukang laundry, ya. 

Untuk menyambut hari yang suci ini, saya memiliki ide untuk bersih-bersih dan menata barang-barang di rumah dengan metode Konmari. Hitung-hitung mengisi waktu sebelum berbuka puasa. Karena, setelah libur pada tanggal 28 April. Aktivitas saya seharian hanya di rumah saja. 

Metode KonMari

Tentang apa dan bagaimana cara menerapkan metode Konmari, saya googling dan menyimak beberapa tutorialnya melalui youtube, ternyata, asyik dan seru juga. 

KonMari merupakan metode merapikan, menata, dan mengatur isi dan perabotan rumah yang diperkenalkan oleh Marie Kondo. 

Saya yakin ibu-ibu Kompasianer semuanya sudah tidak asing lagi dengan metode ini. Apalagi bagi ibu yang hobi bersih-bersih dan atur-atur isi rumah.

Sebagaimana kita telah kita ketahui bersama bahwa, Marie Kondo adalah pakar beres-beres asal Jepang. 

Sebelum memulai acaranya di TV, di dunia internasional Marie Kondo sudah lebih dulu terkenal melalui buku yang ditulisnya berjudul The Life-Changing Magic of Tidying Up. 

Di dalam buku tersebut ia memperkenalkan metode KonMari sebagai sebuah metode tata atur perabotan rumah. Sehingga dengan hal tersebut mengantarkan Marie Kondo mendapatkan julukan tidying queen (Ratu Kerapihan).

Metode KonMari sejatinya memiliki tujuan utama untuk membantu membersihkan rumah dari barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi dan hanya menyimpan barang-barang yang menimbulkan kebahagiaan bagi penggunanya.

"Perubahan kecil bisa mengubah hidup kita seluruhnya."

Kutipan di atas menjadi sangat populer dan menjadi slogan khas dari Marie Kondo, selain slogan yang lainnya yaitu, "Does it sparks joy?" artinya, "Apakah barang tersebut mendatangkan kebahagiaan?" Saat membereskan dan merapikan perabotan dan semua barang yang ada di rumah. Dimulai dari pakaian, buku-buku, perabotan dapur, kertas-kertas tagihan, jepit rambut, dan lain sebagainya. 

Maka, langkah utama adalah kita harus fokus untuk memilah barang mana yang akan masuk ke keranjang disimpan, dan barang mana yang akan masuk ke keranjang donasi atau disumbangkan. Penentuan tersebut harus berdasarkan pertimbangan joy atau kebahagiaan sebagai penentunya. 

Inti dari metode ini menurut saya adalah memberikan tempat atau rumah bagi semua barang yang ada di rumah kita. Lalu, merapikan dan menata barang-barang itu agar teratur dan rapih di dalam tempatnya masing-masing.

Alasan beberes rumah

Setiap dari kita selalu memiliki satu alasan dalam melakukan dan tidak melakukan suatu hal atau pekerjaan, ya kan? Begitu pun dengan saya. 

Saat muncul the power of jorojoy ingin membereskan isi rumah. Hal itu tidak semata terbit begitu saja. Namun, ada alasan sebagai pemicunya. 

Hal sepele sebenarnya, yaitu saya sering sekali kesusahan menemukan barang kecil tapi penting. Dalam hal pakaian, umpamanya: kaos kaki, ciput atau dalaman kerudung, dan manset. Tiga hal tersebut selalu saja sukses membuat saya kalangkabut dan menghabiskan waktu serta tenaga untuk mencarinya. 

Barang kecil lainnya yang sukar ditemukan adalah alat pemotong kuku, alat pemencet jerawat atau komedo, pencabut uban, dan peniti atau bros kecil. Masuk pula dalam kategori ini, yaitu gunting dan alat tulis. Entah berapa kali saya membeli gunting. Dari yang ukuran kecil hingga besar. Begitu juga dengan alat tulis, saya selalu membelinya secara lusinan. Namun, di saat akan dipakai sudah jadi kebiasaan barang-barang tersebut seperti bersembunyi entah di mana.

Perabotan dapur yang membuat saya geleng-geleng kepala dan tidak habis pikir, karena jumlahnya selalu berkurang adalah sendok. Bahkan, hingga tulisan ini dibuat saya masih juga bertanya dalam hati, "Mengapa sendok di dapur sering hilang, ada misteri apa di balik peristiwa tersebut, dan apa penyebabnya?" 

Padahal, setiap beli sendok itu jarang beli sebiji dua biji, ya. Paling sedikit saya beli setengah lusin. Tapi, setelah beberapa hari di rumah. Nasib sendok satu lusin itu, yang nampang dan nongol ketika dibutuhkan paling cuma satu dua biji. Nah, lho ke mana yang lainnya? Mungkin Kompasianer semua punya jawabannya?

Satu lagi barang kecil tapi urgen yang sering hilang adalah sejenis obat-obatan. Ini penting sekali bagi saya, yaitu fresh care dan kayu putih. Karena, saya termasuk ibu-ibu yang tidak doyan minum obat. Sehingga, bila terasa ada gejala sakit perut, kepala cekot-cekot, badan pegal-pegal, dan terasa panas dingin. Pertolongan pertama adalah fresh care dan kayu putih. 

Nah, lantaran di rumah ada tiga anak. Satu anak masih batita, hobinya main masak-masakan dan anyang-anyangan kalau dalam bahasa Sunda. Semua barang-barang kecil yang tidak memiliki rumah tersebut jadi sasaran empuknya dia. Barang-barang tersebut dia ambil, dijadikan sebagai mainan. Setelah itu, hilang entah ke mana. Saya cari lagi dalam tumpukan harta karun mainannya, kok tidak ada. Yang paling mengenaskan adalah nasib lipstik kesayangan saya, berakhir jadi coretan indah di kursi, lantai, dan dinding. 

Itulah, beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa saya di satu hari sebelum lebaran, menyibukkan diri beres-beres dan merapikan isi rumah. Sahabat Kompasianer dapat melihat kekacauan isi rumah saya dalam video berikut:


Langkah-langkah atur rumah ala KonMari

Banyak referensi, literatur, dan sumber bacaan yang dapat kita jadikan patokan dan acuan dalam beberes rumah ala KonMari ini. 

Saya membaca beberapa di antaranya, lalu menarik kesimpulan bahwa beginilah langkah-langkah mengaplikasikan metode ini saat beberes di rumah.

Pertama, pilah barang ke dalam tiga kategori. Siapkan keranjang, karung atau wadah apa saja yang berukuran besar. Lalu, beri tulisan buang, simpan, dan donasi. Keluarkan semua barang yang akan dirapikan, umpama pakaian dulu. Bila, kita khawatir rumah akan berantakan. Apalagi, bila anggota keluarga di rumah lumayan banyak. Maka, per-individu saja. Umpama, milik kita saja dulu. Keluarkan semua pakaian dari lemari kita. 

Saat memilah pakaian untuk dibagi ke dalam tiga kategori tersebut. Sambil memegang pakaian, tanyakan pada diri sendiri, "Apakah baju ini memberikan kebahagiaan?" Jika hati kita mengatakan tidak, maka masukkan ke keranjang 'DONASI'. Jika baju tersebut sudah usang dan tidak layak, simpan di keranjang 'BUANG'. Namun, apabila hati mengatakan baju tersebut memberikan kebahagiaan saat dipakai, memberikan manfaat bagi kita, dan akan sering digunakan dalam setiap kesempatan. Maka, masukkan baju itu ke keranjang 'SIMPAN'.

Kedua, menyiapkan tempat atau rumah yang representatif bagi barang-barang yang akan kita bereskan. Karena, meskipun setengah mati kita atur dan rapikan. Apabila, belum ada rumah untuk barang-barang tersebut. Maka, potensi untuk kembali acak-acakan setelah dibereskan sangat besar. 

Oleh karena itu, pastikan kita sudah menyiapkan tempat atau rumah bagi barang yang akan kita atur dan rapikan. Umpama, jika pakaian maka kita harus sudah menyediakan lemari yang cukup. Kalau bisa dan tempat memungkinkan, simpan pakaian tersebut dalam sebuah ruangan khusus. 

Bila kita tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli wadah atau tempat bagi barang-barang tersebut. Maka, manfaatkanlah kardus bekas mie, kotak sepatu, dan lain-lain.

Ketiga, untuk pakaian lipat secara vertikal. Hal ini berguna agar baju tidak mudah berantakan, jika diambil secara sembarang. 

Contohnya saya, di rumah ada tiga anggota keluarga laki-laki. Mereka bila mengambil baju itu suka asal cabut saja. Tidak peduli ada hati yang hampa setelah proses itu. Baju yang sudah dirapikan emak seharian, ambruk begitu saja. Bahkan, berceceran. Padahal, sudah kita setrika selama seharian penuh. Nyesek sekali tuh, kalau begitu. 

Namun, bila kita melipat pakaian secara vertikal. Tatkala, diambil secara acak dan berantakan. Mudah bagi kita untuk membereskannya kembali.

 Sepanjang pengalaman saya, bila disusun secara vertikal potensi susunan pakaian yang ambruk di lemari lumayan bisa diminimalisir. Selain itu, dengan melipat pakaian secara vertikal dapat menghemat ruang penyimpanan, lho.

Keempat, simpan barang berdasar barang yang sering dipakai. Untuk barang-barang yang sering digunakan dalam keseharian, umpama, bila pakaian yaitu baju seragam dan daster. Perabotan dapur seperti piring makan, gelas, sendok, wajan, dan lain-lain. Maka, letakkan barang-barang tersebut di tempat yang mudah diakses, mudah dicapai, jangan di tempat yang terlampau tinggi atau tertutup benda-benda lain yang jarang dipakai. 

Kelima, satukan semua barang sesuai ukuran. Susun dari barang yang paling besar berurutan ke barang yang paling kecil. Ini berlaku untuk menata perabotan dan sepatu. Di rak sepatu, letakkan sepatu yang paling berat di bagian paling bawah dari rak. Semakin ringan, simpan di paling atas. Untuk pakaian, jaket, jas dan baju seragam yang sering dipakai digantung. Tas-tas kecil dimasukkan ke dalam tas yang ukurannya lebih besar. Untuk bra, celana dalam, kaos kaki, masker kain, dan ciput simpan ke dalam tas penyimpanan yang digantung.

Itulah, metode beberes rumah ala KonMari. Mari menata dan mengosongkan hati dari hal-hal yang sia-sia dan tidak berguna di hari yang suci ini. 

Dengan dimulai dari menata dan merapikan barang-barang di rumah kita. Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan bathin. Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1443 H. (*)

#Samber thr

#Samber 2022 hari 12

#Lebaran 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun