Jelajah Kuliner di Palembang yang Sulit Dibawa Pulang
Sebagai orang yang tidak pernah meninggalkan kota Palembang secara permanen, salah satu kegemaran saya adalah pura-pura menjadi turis di kota sendiri.
Palembang sebagai kota tua yang dulunya salah satu bandar tersibuk di Nusantara, juga sangat memberi pengaruh besar pada makanannya.
Perpaduan budaya Melayu, Arab, Cina dan Eropa berpadu pada ragam kuliner yang ada di Palembang. Demikian juga sebagai salah satu jalur dan penyedia rempah khususnya lada. Kuliner Palembang juga memiliki cita rasa tersendiri dengan aneka ragam yang dapat disesuaikan dengan selera dan kantong tentunya.
Mulai dari kaki lima hingga resto dapat dinikmati di sini, mau kaum mending atau yang terlahir dengan sendok emas berlidah qilin dapat memilih ragam kuliner yang jauh lebih nikmat makan di tempat, dan memang tidak direkomendasikan untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Dari ratusan kuliner Palembang yang dapat ditawarkan saat menjelajahi kota Palembang, berikut 7 Kuliner Nusantara beserta lokasi yang saya rekomendasikan.
1. Pindang
Palembang dikenal dengan negeri batanghari sembilan, ada 9 sungai besar yang berhulu dari Samudra Hindia. Membelah dan mengaliri seantero Sumatera Selatan, sehingga nama suku-sykunya pun mengikuti nama sungai dan nama-nama marganya mengikuti nama anak sungai.
Sembilan sungai ini mengalir ke hilir melalui kota Palembang. Bahasa lokal masih menyebut jika ke Palembang dengan pergi ke hilir dan jika menyebut wilayah pedalaman Sumsel dengan uluan.
Jadi, ulu dan ilir bukan sebatas apa yang disambungkan oleh jembatan Ampera. Penyebutan kawasan ulu dan ilir jauh lebih luas dari itu. Sepanjang 9 Sungai yang membentang di sumsel.
Salah satu kekayaan kuliner Palembang adalah Pindang. Olahan sup ikan dan udang sungai dengan kekuatan rasa pada perpaduan herbsnya. Karena makanan ini memang minim rempah.
Rasa kuahnya asam segar, seorang teman saya dari Korea yang datang saat jambore berkomentar " is it hang over soup?".
Entahlah, sebagai negeri Palembang Darussalam tidak mengenal apa itu mabok karena Khmr bukan?. Mungkin juga untuk mengurangi mabok perjalanan sungai atau laut. Oh..ok. saya tidak dapat menjelaskan lebih jauh karena memang minim sekali literasi saya tentang itu.
Ada banyak rumah makan pindang yang dapat menjadi tujuan jelajah kuliner. Jika suka goyang-goyang di atas kapal. Kita bisa mampir ke warung Mbok War. Pindang ini berada d atas kapal yang berada di atas sungai Musi.
Ya untuk membuktikan makanan ini penawar hang over bolehlah dicoba.
Sepanjang kota Palembang ada begitu banyak rumah makan pindang. Apalagi dekat kantor walikota. Jika ingin fancy ya seperti yang dipamerkan Jokowi di IG-nya, di RM. Sri Melayu. Teman saya yang punya darah Ogan Ilir lebih merekomendasikan Ibu Uca di Demang Lebar Daun. Lokasinya Amigos (agak minggir got sedikit) bisa memilih pindang Kuyung yang ciri khas Sekayu. Soal getok harga di sini udah jadi rahasia umum. Bahkan seringkali kami sengaja parkir agak jauh atau sembunyikan perhiasan saat makan di sini agar tidak kena getok harga. wkkk wkkk.
Gak suka ikan dan udang, oh gampang. Ada pindang tulang iga sapi yang sedap atau ingin yang terasa unik, dapat memesan pindang burung.
2. Martabak Telur Kuah Kari
Entahlah, meski ini kuliner yang termasuk baru. Makanan ini ngangenin, apalagi buat pedagang dari berbagai penjuru daerah di Sumsel. Pejabat yang paling suka makanan ini adalah H. Jusuf Kalla.
Martabak paling terkenal dengan merk HAR, akronim dari pemiliknya. Seorang muslim keturunan India. Makanya wong lamo menyebutnya Martabak Tambi. Sebagai pionir, bukan. Tetapi karena beliau berjualan di area pasar dan di dekat pusat kota tentu paling di kenal.
Telur yang dibungkus dengan kulit yang terbuat dari terigu tipis. Lembut di dalam tetapi crunchy di luar, disiram dengan kuah kari yang kental hangat nan gurih . Dinikmati dengan acar cabe hijau berkecap dengan sensasi pedas dan sedikit asam yang menetralkan rasa di lidah, memang sulit ditolak bagi penggemarnya.
Sepanjang jalan di Palembang ada saja yang menjual martabak ini. Ada juga yang menjual versi murah meriah.
Di sebuah cafe, Rumah Merdeka menawarkan martabak ini dengan gaya kekinian. Dengan tampilan yang lebih aesthetic dan dengan tambahan topping yang menarik buat anak muda.
3. Nasi Minyak
Ini adalah hidangan untuk kolega yang saya ingin jadikan sultan sehari. Nasi minyak adalah asimilasi budaya arab di Palembang. Ada dua tempat yang saya rekomendasikan H. Abuk di Kuto dan H. Saudi di Dempo.
Nasi minyak adalah nasi gurih yang dimasak secara khusus dengan bumbu kari dan minyak samin. Aromanya saja sudah menguar menggugah selera.
Dinikmati dengan ayam goreng sambal kecap, malbi atau kari kambing,uh... langsung pura-pura lupa dengan hasil tes lab. Apalagi dengan sambal nanas dan acar mentimun yang menetralisir rasa gurih yang kuat dengan rasa asam segarnya.
Dua warung ini bukan yang terenak, tetapi ini adalah yang menyediakan setiap hari. Oh ya Martabak HAR di Simpang Sekip juga menyediakannya.
Nasi minyak terenak justru saat acara pernikahan di beberapa wilayah yang dihuni oleh penduduk suku asli Palembang. Saya bukan penyuka aroma rempah yang kuat pada hidangan nasi, jadi hidangan yang dari kampung arab malah saya kurang menyukainya.
4. Mie Celor
Mie kesukaan Ibu Megawati ini memang ada yang doyan banget, ada yang gak suka sama sekali.
Mie basah dengan ukuran yang lebih besar dari umumnya ini sebelum dihidangkan dicelupkan di kuah mendidih, ini yang dinamakan dicelor. Jadi bukan mi telor.
Disiram dengan kuah kaldu udang yang creamy dan kental. Ya serupa dangan spageti carbonara gitu. Toppingnya taoge, udang, dan kucai dangan arom khas. Dinikmati dengan sambal cabe hijau.
Makanan ini ada dijual di kaki lima, biasanya dekat dengan sekola-sekolah sebagai makanan sarapan. Beberapa hotel di Palembang seperti Santika juga menyediakannya sebagai menu sarapan atau coffee break.
Paling terkenal mie celor 26 ilir, tetapi banyak yang rekomendasikan Mie Celor Cempako di Jalan Ahmad Dahlan, atau Mie Celor Poligon di Komplek Bukit Sejahtera, yang sudah ada cabangnya juga di kawasan Kenten, dekat rumah saya.
Soal harga memang cukup tinggi, tetapi tenang di Swiss (Seputar Wilayah Sekip dan Sekitarnya), dekat Yayasan IBA atau depan Xaverius Bangau ada yang jual mie celor dengan harga murah. Jual pinggir jalan dan gerobakan. Oh ada satu lagi yang cukup recommended di Pulo Mas, Jalan Kolonel Atmo.
5. Jajan Pasar
Palembang punya beberapa jajan pasar yang unik. Boleh jadi ada di beberapa daerah Melayu lain seperti ketan srikaya. Tetapi boleh jadi ada banyak makanan kecil yang unik, yang cukup premium seperti kue lapis dijual per potong sehingga lebih terjangkau. Penamaan yang unik yang buat kita penasaran untuk mencobanya.
Ada beberapa tempat jajan pasar sekaligus tempat sarapan yang dapat kita coba, seperti Sera-sera di pasar 10 ulu, Palembang Harum di dekat kantor Walikota.
Warkop H. Madina juga sering menjadi lokasi cari jajan pasar semacam ini.
Tetapi, jika ingin lebih seru dapat masuk ke beberapa pasar di kota Palembang dan berburu jajanan pasar juga terasa lebih seru. Ya mirip-mirip sensasi beburu takjil di bulan ramadan.
6. Pempek Tunu dan Lenggang Panggang
Ah... Palembang memang sulit lepas dari pempek. Tetapi ini berbeda, karena pempek ini bukan digoreng melainkan dibakar (tunu). Tidak semua warung pempek menyediakan.
Pempek ini memang banyak dijual gerokabakan dekat sekolah, sempat viral Pempek Panggang Dadang, Diding dan Dudung di 18 Ilir dan 23 Ilir, atau cari-cari saja dekat sekolah seperti di SMP Negeri 4 Palembang atau Yayasan IBA.
Oh..gak level makan gerobakan pinggir jalan. Baiklah, kita ke warung pempek Sudi Mampir dekat kantor walikota. Eh, kemahalan, baiklah kita bergerak sedikit di kawasan 26 ilir ada yang lebih murah di situ.
Buat yang kangen, bisa dicoba resepnya di sini : Pempek Tunu yang Bikin Kangen Palembang
7. Telok Ukan dan Telok Pindang
Sebenarnya ini makanan khas saat perayaan hari merdeka. Tetapi, dapat ditemukan di kawasan Klenteng 10 ulu. Sayasudah cerita panjang mengenai hal ini di tulisan saya sebelumnya. Makanan ini memanb sudah semakin langka, jadi memang unik sehingga menarik untuk dicoba setidaknya sekali seumur hidup.
Baca juga : Telok(b)Ukan Makanan Khas Palembang yang Langka
Masih banyak lagi sih aneka kuliner di Palembang yang siap dijelajahi. Akan lebih seru kalo kamu langsung ke sini. Ayo ke Palembang.