Latifah Hardiyatni
Latifah Hardiyatni Buruh

Latifah, seorang wanita penyuka membaca dan menulis sederhana

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Menunggu Sahur dengan Membaca Buku Penyair, "Gema Tanpa Sahutan"

7 April 2023   11:05 Diperbarui: 7 April 2023   11:07 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu Sahur dengan Membaca Buku Penyair, "Gema Tanpa Sahutan"
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

  • Identitas Buku:

Judul: Gema Tanpa Sahutan

Penulis: Acep Zamzam Noor

Penerbit: DIVA Press

ISBN: 978-623-293-699-7

Tahun terbit: 2022

Tebal: 96 halaman

Peresensi: Latifah Hardiyatni

  • Sinopsis:

Kekhusyukan adalah gelombang

Yang mengendap jauh di balik dada

Hempasan ombak yang mengental

Pada lubuk hati. Adapun keheningan

Tak lain puncak tertinggi dari puisi

Yang dibangun seorang penyair

Menjadi doa. Sebuah menara sunyi

Yang tegak diantara kehancuran

Dan kebangkitan kembali kata-kata

  • Resensi

Buku Gema Tanpa Sahutan adalah buku kumpulan puisi karya Acep Zamzam Noor. Siapa yang tak kenal beliau? Seorang penyair dan pelukis asal Tasikmalaya yang masa anak-anak dan remajanya dihabiskan di lingkungan pondok pesantren Cipasung. Mungkin hanya peresensi saja ya yang telat mengenal nama beliau.

Dalam buku ini terdapat 75 puisi yang terbagi dalam tiga judul besar. Judul Tak Kunjung Sampai berisi 21 puisi. Terdengar Dari Jauh berisi 25 puisi. Dan Gema Tanpa Sahutan berisi 29 puisi.

Saat membuka buku ini, pada halaman awal pembaca sudah disuguhi dengan puisi singkat, tapi bermakna dalam.

Jadikan aku selembar daun talas

Bagi setiap tetes air matamu

Peresensi pribadi langsung merasa wah, buku ini berbobot. Belum apa-apa saja sudah diberi suguhan begitu.

Dalam judul Tak Kunjung Sampai semua puisi yang ada merupakan karya pada tahun 2019 yang terlihat dari titimangsanya. Pada bagian ini semua puisinya berkisah tentang perasaan seseorang yang tak tersampaikan. Alhasil dia hanya mencintai dalam diam.

Waktu membaca bagian ini, rasa-rasa bucinnya itu sangat terasa. Bagaimana perasaan seseorang yang memendam rasa juga nyeseknya. Puisi-puisi yang ada dalam bagian ini juga tak terlalu panjang. Lebih ke singkat, padat, maknanya dalam dan sangat terasa ke hati pembaca.

Seperti puisi judul Dimensi pada halaman 34.

Dalam bagian Terdengar Dari Jauh peresensi merasakan sakitnya tak bisa berdekatan dengan orang yang disayang. Entah karena dia yang disayang sudah berpulang atau sudah dalam pelukan orang lain.

Tatanan kata dan pilihan diksi yang pas dalam puisi yang keseluruhan ditulis pada tahun 2020 ini membuat pembaca turut hanyut dalam setiap puisi yang disajikan.

Pada bagian ketiga atau Gema Tampa Sahutan berisi puisi yang ditulis pada tahun 2020 dan 2021. Uniknya pada bagian ini terdapat puisi yang judulnya dari nama-nama daerah di Bali. Ada juga judul yang menggunakan bahasa asing.

Bagi Bapak Acep sendiri puisi dengan bahasa asing bukanlah hal baru. Sebab pada tahun 2015 buku kumpulan puisinya juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Jerman. Dan pada tahun 2016 Buku Kumpulan puisinya yang lain diterjemahkan dalam bahasa Prancis.

Gema Tanpa Sahutan sendiri adalah judul puisi dalam buku ini yang ada pada halaman 69. Puisi empat bait yang ditulis pada tahun 2021.

Buku Gema Tanpa Sahutan ditutup dengan epilog yang manis.

Halaman selanjutnya adalah tentang penyair dan segudang karyanya yang dijabarkan hingga 3 halaman. Wow banyak banget, ya.

  • Kesimpulan

Buku kumpulan puisi karya Bapak Acep Zamzam Noor ini sangat peresensi rekomendasikan untuk pencinta puisi. Dengan kelebihan pada pemilihan kata yang menjadikan kalimat padat penuh makna dan tak lewah juga pesan yang mendalam serta rasa yang terasa begitu nyata. Tak banyak kata-kata asing atau kata-kata sulit dalam buku ini. Namun, rangkaian kata yang disusun membuat peresensi membacanya secara pelan sebab bagi seorang awam puisi seperti peresensi membaca puisi sekali jadi sangatlah sulit. Jadi harus ada konsentrasi tinggi dan fokus agar paham makna yang ingin disampaikan.

Buku ini dapat dibeli dengan harga untuk pulau jawa 60.000. Kalau ingin meminjam juga bisa, seperti yang peresensi lakukan, meminjam di aplikasi Ipusnas.

Sekian resensi kali ini. Semoga bermanfaat.

Magelang, 7 April 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun