Lebaran di Kota Buitenzorg
Hari ini (4/05/22) 3 Syawal 1443 H, saya kembali mengunjungi kota Buitenzorg sebutan lain Kota Bogor, mengantar Bambang dan keluarganya (istrinya Ani, dan anaknya Radit dan Liana) berburu souvenir khas Bogor di Botani Twon Square (BTS).
Upami Bogoh ka Bogor hayu atuh balanja produk IKM Kota Bogor, demikian bunyi kalimat promosi IKM di Kota Bogor. Dan saya Bogoh ka Bogor dengan membeli kaos bergambar dan bertuliskan Buitzenzorg di pojok IKM BTS.
Bambang merupakan ponakan saya, anak dari kakak saya almarhumah Sri Ika Lestari. Bambang bekerja dan tinggal di Kota Blitar, lebaran tahun ini di Pondok Rajeg sekaligus menjenguk Embah Uti dan silaturahmi dengan keluarga Soemarto.
Selama perjalanan saya ditemani oleh Afif, anak pertama saya yang baru saja bulan yang lalu lulus sidang skripsinya di Universitas Gunadarma jurusan Ilmu Komputer.
Mengutip dari portal Himateta IPB dengan judul Buitenzorg itu Bogor toh... merupakan sebutan nama Bogor pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van Imhoff tahun 1740, ditetapkan sebagai kota pada tahun 1745, dengan sembilan buah kampung digabungkan menjadi satu pemerintahan dibawah Kepala Kampung Baru yang diberi gelar Demang.
Merujuk dari berbagai sumber Kota Buitenzorg mempunyai arti kota tanpa kesibukan, kota kedamaian, kota bebas masalah, kota tanpa rasa risau, dan kampung baru.
Sejak tahun 1999 Bogor dibagi menjadi dua wilayah administratif, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Kota Bogor juga mempunyai julukan lainnya yaitu sebagai kota hujan dan juga kota sejuta angkot (angkutan kota).
Tempat wisata di kota Bogor yang sering dikunjungi diantaranya Kebun Raya Bogor, dan yang sering terlewatkan adalah museum Zoologi. Kota Bogor juga mempunyai berbagai macam jenis kuliner seperti Soto Bogor, Laksa Bogor, Kue Lapis, Roti Unyil, Talas Bogor, Toge Goreng, dan Asinan Bogor.
Koleksi Buitenzorg
Berdasarkan penelusuran di portal Indonesia One Search dengan kata kunci Buitenzorg, didapatkan hasil sebanyak 936 judul, dari hasil tersebut didapatkan 4 judul koleksi digital Batavia Perpustakaan Nasional yaitu : (1). Peta Batavia, Buitenzorg, dan Bantam terbitan tahun 1920. (2) Buitenzorg (Kota tanpa rasa risau) terbitan tahunn 1870 . (3)Istana dari Gubernur Jenderal di Buitenzorg terbitan tahun 1900. (4). Awal pembukaan Buitenzorg (Kota Baru) terbitan tahun 1687.
Mengenang kota Bogor
Kota Bogor dan sekitarnya termasuk Kebun Raya Bogor tidaklah asing lagi bagi saya. Masih teringat ketika SD kelas 5-6, bapak saya mengajak saya piknik ke Kebun Raya Bogor bersama kakak saya Toto Soeharto, dan adik saya Drajat Sulistyono dan Sulistyowati (keduanya sudah meninggal)
Almarhum Bapak dengan telatennya mengajak kami berlima jalan-jalan ke kota Bogor, berangjat dari stasiun kereta Depok ke stasiun Bogor, setelah itu kami berenam berjalan kaki ke Kebun Raya Bogor.
Kenangan berikutnya ketika saya SMP kelas 3 tahun 1986, bersama teman-teman kelas 3 B SMPN melakukan long mars, yaitu Gerakan jalan jarak jauh secara Bersama-sama dan dilakukan di malam hari dari Bogor ke Depok. Ketika SMA kelas 1, saya juga Bersama teman-teman kelas 1-4 SMAN 1 Depok berwisata ke Kebun Raya Bogor.
Tahun 1990-1992, kota Bogor menjadi pijakan awal karier kehidupan saya, baik secara pribadi dan keluarga juga di dunia kepustakawanan sampai saat ini.
Saya berkuliah di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu Perpustakaan. Awal perkuliahan di Kampus Baranangsiang, jalan Padjajaran. Menginjak semester 2, perkuliahan dipindahkan ke Kampus IPI Dermaga.
Selama 2 tahun itu pula, saya setiap hari berangkat kuliah dari Stasiun kereta Depok ke Stasiun Bogor dan dilanjut dengan angkot ke Kampus Dermaga.
Teman-teman yang sering berangkat ke kampus secara bersama-sama adalah Agus, Euis, Wiwiek, dan Hanita, kami menyebutnya sebagai Angker singkatan dari Anak Kereta.
Terkadang kalau ada tugas kampus, saya numpang di rumah kosnya Nazarudin (Aching, Doni, dan almarhum Hadi). Selama kurun waktu 2 tahun banyak cerita dan lika-likunya, namun akhirnya dapat diselesaikan juga kuliah D2 di tahun 1992, dan yang paling terkenang adalah ketika saat wisuda tanpa ditemani orang tua dan keluarga, bukan mereka tidak mau mengjadiri wisuda tapi pada saat itu Bapak, Ibu, dan semua keluarga kami sedang menghadapi pasang surutnya ujian kehidupan.
Setelah lulus IPB 1992-1996 saya tidak mengunjungi kota Bogor dikarenakan saya bekerja di Dili Timor Timur. Pernah waktu cuti dari kantor tahun 1996 saya berwista lagi ke kebun raya bogor bersama teman kantor, Yakup Hasan namanya.
Dari tahun 2000-2014 hanya sesekali saja ke kota bogor hanya untuk sekedar jalan-jalan bersama istri dan anak-anak, dan kadang untuk silaturahmi dengan teman kuliah.
Kembali lagi ke Kota Bogor. Di awal Tahun 2014 saya mendapatkan tugas dari Perpustakaan Nasional sebagai koordinator pengelolaan Perpustakaan Istana Bogor, jadi hampir setiap minggu saya ke Istana Bogor Bersama tin pengolahan untuk melakukan persiapan pembukaan Perpustakaan Istana Bogor.
Lima tahun kemudian di tahun 2019, saya berikhtiar melanjutkan kuliah S3 di Universitas Pakuan, jurusan Manajemen Pendidikan (sampai tulisan ini.dibuat belum diselesaikan kuliahnya)
Teryata Buitenzorg sudah menjadi bagian dari kehidupan saya. Mulai dari tempat tinggal di Depok tahun 1980 an (waku itu Depok masih menjadi bagian Bogor) , SD, SMP, SMA, D2, keluarga, dan pekerjaan selalu berada di Buitenzorg dan kini tinggal di Pondok Rajeg, Cibinong Kabupaten Bogor juga merupakan bagian dari perjalanan kehidupan di Kota Buitenzorg...
Jalan-jalan ke kota Hujan
Jangan lupa beli Asinan
Selamat hari lebaran
Mari kita saling maafan
Pergi ke Bogor singgah ke kebun Raya
Jangan lupan makan soto dan laksa
Mari kita bermaafan di Hari Raya
Menjadikan hati senang dan bahagia
Kota ogor kota hujan
Tempat wisatanya sungguh menawan
Kebun Raya jangan dilewatkan
Sambil wisata makan asinan
Sumber tulisan
Portal Himateta Institut Pertanian Bogor. Buitenzorg itu Bogor toh.... -- HIMATETA IPB. Akses 4 April 2022
Portal Indonesia One Search. Search Results - Buitenzorg - Indonesia Onesearch. Akses 4 April 2022