Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Penulis

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Memaknai Tradisi "Bukber" sebagai Simbol Solidaritas Sosial di Tengah Keterbukaan Multikultural

23 Maret 2024   22:13 Diperbarui: 24 Maret 2024   15:35 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaknai Tradisi "Bukber" sebagai Simbol Solidaritas Sosial di Tengah Keterbukaan Multikultural
Ilustrasi bukber sebagai simbol solidaritas sosial di tengah keterbukaan multikultral. (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Tradisi ini menjadi momentum yang tepat untuk menunjukkan kemurahan hati dan kepedulian terhadap sesama, terutama kepada mereka yang kurang beruntung.

Banyak komunitas, organisasi sosial, dan individu yang menggunakan acara buka bersama sebagai sarana untuk menyediakan makanan bagi mereka yang membutuhkan, baik itu kaum dhuafa, pengemis, atau anak-anak jalanan.

Kedermawanan yang terwujud dalam buka bersama tidak hanya terbatas pada pemberian makanan, tetapi juga meliputi berbagai bentuk bantuan sosial lainnya. Misalnya, ada yang menyediakan paket sembako, perlengkapan sekolah, atau bantuan medis bagi mereka yang membutuhkan.

Hal ini mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sesama yang telah menjadi bagian integral dari budaya Indonesia.

Selain itu, buka bersama juga menjadi ajang untuk memperkuat solidaritas antarindividu dan komunitas.

Melalui kegiatan ini, orang-orang dari berbagai latar belakang dan status sosial berkumpul dalam semangat persaudaraan, saling menghargai, dan saling menyayangi.

Tidak ada perbedaan di antara mereka saat mereka duduk bersama di meja makan, menikmati hidangan yang sama, dan berbagi cerita serta tawa.

Keberadaan solidaritas dalam buka bersama juga tercermin dalam upaya bersama untuk mempersiapkan dan menyajikan hidangan.

Setiap orang, terlepas dari usia, jenis kelamin, atau status sosial, berkontribusi dalam menyediakan hidangan, membersihkan meja, atau menyambut tamu. Hal ini menciptakan ikatan yang kuat antara peserta dan memberikan rasa memiliki terhadap acara tersebut.

Dengan demikian, buka bersama bukan hanya menjadi momen untuk menikmati hidangan lezat, tetapi juga untuk membuka hati dan tangan kepada sesama.

Kedermawanan dan solidaritas yang terwujud dalam tradisi ini mengingatkan kita akan pentingnya saling berbagi dan saling mendukung dalam menjalani kehidupan ini.

Pengalaman Kultural

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun