Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Freelancer

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Makna Ramadan selain Sepiring Lauk dan Semangkuk Sayur Bayam, Apakah itu?

6 April 2024   22:51 Diperbarui: 6 April 2024   23:09 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makna Ramadan selain Sepiring Lauk dan Semangkuk Sayur Bayam, Apakah itu?
Lauk dan sayur saat buka bersama di masjid (Dok.pri) 

Tidak seperti Ramadan tahun lalu yang cenderung boros, Ramadan tahun ini saya lebih mengerem pengeluaran. Alasannya bukan hanya soal harga kebutuhan yang mahal, tetapi juga soal belajar lebih sederhana. 

Bulan ini, melalui puasa, saya juga bermaksud untuk menurunkan berat badan. So, segala aktivitas di luar rumah akan saya ikuti, termasuk buka bersama di masjid. Lumayan kan tuh, jalan ke masjid bisa ngurangin kalori hihi. 

Seperti biasa, sore itu pukul 17.00 WIB saya sudah bersiap bersama adik ke Masjid Al Ihsan untuk bukber. Tas berisi mukena, tumbler dan dompet sudah berada di tangan. 

Langkah-langkah kaki kami cukup bersemangat menuju ke masjid. Meski perut kami belum terisi sama sekali karena berpuasa, tapi soal semangat harus tetap menyala, bukan? 

Ketika sampai di masjid, di sana sudah ada banyak orang yang hendak buka bersama. Bapak-bapak, para ibu dan anak-anak terlihat berjalan kesana-kemari.

Salah satu hal menarik berbuka bersama di masjid, saya bisa menemukan beragam cerita dari orang yang datang. Kadang, secara random mereka bercerita banyak hal mulai dari hal remeh-temeh hingga serius.

Seperti cerita hari ini yang datang dari seorang ibu paruh baya. Ibu tersebut datang ke Masjid sendirian untuk berbuka, setelah seharian bolak-balik ke tempat kerjanya. 

Ia belum mendapatkan THR dari tempat ia bekerja. Banyak sekali rekan-rekan di tempat bekerja si ibu yang melakukan demonstrasi pembagian gaji dan THR, namun tetap tak digubris. 

Menurut si ibu, sejak pemilik pabrik meninggal dan tak memiliki penerus yang mumpuni, kondisi keuangan maupun aktivitas pabrik cukup lesu. 

Hal itu pula lah yang membuat sebagian pekerja dirumahkan. Tujuannya untuk mengurangi pengeluaran. 

Seorang ibu yang berbagi cerita pada kami sebelum waktu berbuka (dok.pri) 
Seorang ibu yang berbagi cerita pada kami sebelum waktu berbuka (dok.pri) 

Mungkin, kondisi kolaps itu juga yang membuat gaji 4 bulan dan THR si ibu serta kawan-kawannya belum dibayar hingga sekarang. Mereka akan terus memperjuangkan hak THR dan gaji mereka ke depan. 

Jujur saja, saya dan adik cukup sedih mendengar curhatan beliau. Dalam hati, kami hanya bisa berdoa, semoga berita-berita baik untuk si ibu dan kawan-kawannya bisa segera muncul nantinya. 

Cerita tak hanya berasal dari ibu itu saja. Cerita kedua datang pula dari seorang ibu. Beliau bercerita tentang anaknya yang sakit ginjal dan harus cuci darah setiap beberapa waktu sekali. 

Kebetulan, masjid Al Ihsan memang berdekatan dengan Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan, sehingga orang yang berbuka di sana merupakan pengunjung RS. 

Sakit ginjal bukanlah perkara mudah. Selain membutuhkan biaya cukup besar, tenaga dan pikiran juga menjadi terkuras. Menurut si ibu, anaknya sudah lumayan membaik, tapi belum bisa pulang ke rumah. 

Kondisi itu membuat si ibu harus bolak-balik ke RS demi menemani si anak. Ibu tersebut berpesan kepada kami agar menjaga kesehatan. Sebab, bila terlanjur sakit parah, susah sekali sembuh. Apalagi bila sudah terjadi komplikasi. 

Dari cerita dua ibu saat bukber, saya jadi merasa beruntung masih diberi kesehatan dan kecukupan rezeki. Berbuka di masjid memiliki hikmah dan makna bagi saya. 

Ternyata, sepiring lauk dan semangkuk sayur bayam ketika berbuka, bukan satu-satunya benefit yang saya dapatkan ketika bukber di masjid

Tapi juga insight baru berupa cerita-cerita berharga dari orang lain. Entah itu melalui tausiah sebelum adzan maupun melalui pengunjung yang datang ke masjid. Sering kan, kadang ketemu orang gak dikenal, terus sharing-sharing random gitu. 

Saat ini Ramadan telah memasuki hari ke-26 dan besok merupakan hari ke-27. Itu artinya, sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri akan tiba. Jika begini, waktu berbuka di masjid semakin berkurang. 

Buka bersama, merekatkan kebersamaan (dok.pri) 
Buka bersama, merekatkan kebersamaan (dok.pri) 

Sedih rasanya. Saya merasa seakan ada sesuatu yang akan menghilang. Dengan demikian, sisa waktu sebelum lebaran tiba, akan saya manfaatkan tetap buka bersama di masjid. 

Harapan saya, di tahun depan, kita masih bisa merasakan makna Ramadan melalui kegiatan bukber dan lainnya, artinya masih diberi kecukupan usia oleh Tuhan. 

Akhir kata, semoga kita selalu diberi kesehatan, bahagia dan kecukupan rezeki untuk menyambut bulan suci selanjutnya. 

Sekian cerita singkat dari saya. Salam hangat dari Nurul Mutiara R A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun