Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Konsultan

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Melanggengkan Silaturahim dengan Melupakan Utang

20 April 2022   16:25 Diperbarui: 20 April 2022   16:31 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melanggengkan Silaturahim dengan Melupakan Utang
Uang tidak dibawa mati, tapi bermanfaat di akhirat jika digunakan untuk membantu sesama. (Foto news.ddtc.co.id)

Lain lagi kisah tentang utang Rasulullah dengan jaminan baju zirahnya pada seorang Yahudi. Utang dengan jaminan itu akhirnya dibayarkan oleh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu sepeninggal Rasulullah. Sehingga baju zirah Rasulullah yang dijadikan jaminan itu kembali pada menantunya tersebut.

Kisah utang juga diketahui dari Sultan Abd-ul-Hamid II. Dia sultan ke-34 Kesultanan Utsmaniyah dan sultan terakhir yang menerima kekuasaan absolut itu di dalam hidupnya kerap meminjam atau berutang uang pada seseorang sebesar 800 Lira. 

Sultan Abd-ul-Hamid II berutang uang karena pernah mendengar hadist Rasulullah bahwa selama seseorang berutang untuk sesuatu yang tidak disukai Allah, maka Allah Yang Maha Kuasa selalu bersama orang yang berutang itu sampai dia membayar utangnya. Demikian besarnya cinta Sultan pada Rasulullah dan Tuhannya sehingga tanpa malu sedikitpun dia mengamalkan utang sebagaimana sabda Rasulullah.

Keutamaan "Menyedekahkan" Utang Orang Lain

Jika Allah Yang Maha Kuasa membersamai orang yang berutang hingga orang itu membayar utangnya, maka dapat disimpulkan bahwa utang bukanlah hal yang buruk. Utang sebenarnya justru merupakan sesuatu yang baik selama untuk tujuan yang baik pula. Namun, ancaman Allah juga demikian besar bagi orang yang berutang dengan niat tidak akan membayar utang itu. Allah secara khusus membersamai seseorang yang berutang agar dapat segera mampu melunasinya.

Tapi sebaliknya, bagi orang yang berutang namun berniat tidak melunasinya, Allah mengancam orang tersebut dengan neraka di akhirat dan kehidupan yang tak nyaman di dunia. Orang demikian pantas dihukum di dunia dan akhirat karena telah melakukan kejahatan secara tidak langsung. Orang yang berutang namun tak berniat melunasi disamakan dengan pencuri.

Namun, untuk orang yang berutang dan berniat melunasi namun belum mampu, Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 280. Yang tafsir artinya: "Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui".

Pada ayat ini Allah sesungguhnya memerintahkan pada umat Islam agar memberikan penangguhan waktu pada orang yang berutang padanya. Bahkan, Allah sesungguhnya memerintahkan seorang muslim untuk menyedekahkan utang orang lain padanya. Meski tidak diwajibkan melakukan hal yang itu, Allah telah memberikan keutamaan dalam membebaskan seseorang dari sebagian atau seluruh atas utang kepadanya dengan nilai sedekah.

Bahkan jika seorang muslim tidak mau menyedekahkan utang orang lain padanya, Allah akan mengganti piutang seseorang dengan pahala sedekah sepanjang waktu penundaan pelunasan diberikan. Jika telah lunas piutang, maka terputuslah pahala sedekah pada di pemberi utang.

Setelah Memberi Utang, Lupakan Saja

Anjuran melupakan utang ini khusus untuk mereka yang memberikan pinjaman atau utang pada orang lain. Sebagaimana disclaimer di atas. Dan anjuran ini tidak boleh dipakai orang yang berutang kepada pemberi utang dengan maksud agar terbebas atau tidak perlu membayar utang. Peringatan ini diperlukan, karena sekarang banyak orang menyalahgunakan nasihat hanya untuk kepentingan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun