Tety Polmasari
Tety Polmasari Lainnya

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Hikmah dari Gerhana Matahari di Akhir Ramadan

20 April 2023   21:14 Diperbarui: 20 April 2023   21:27 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hikmah dari Gerhana Matahari di Akhir Ramadan
Jamaah mendengarkan kutbah usai shalat sunnah gerhana matahari (dokpri)

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya (orbit). (QS Yaasin ayat 40)

Sebagaimana diketahui, Kamis 20 April 2023, terjadi gerhana matahari hibrida. Fenomena ini hanya bisa disaksikan di 11 wilayah Indonesia timur, terutama di Maluku dan Papua.

Dilansir dari laman Badan Meteorologi Klimatologi,  dan Geofisika (BMKG), gerhana matahari hibrida terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat berada segaris.

Dalam posisi seperti ini, di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil dari piringan Matahari. Sementara itu, dari tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi sama dengan piringan Matahari.

Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, Matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya. Sedangkan di tempat tertentu lainnya, Matahari seakan-akan tertutupi Bulan.

Peristiwa gerhana matahari ini disikapi oleh umat Islam dengan melaksanakan shalat sunah gerhana sebagaimana yang disunnahkan oleh Rasulullah Saw. Tidak terkecuali di Masjid Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. Wilayah tempat saya tinggal.

Dari kemarin hingga subuh tadi, pengurus masjid mengumumkan bahwa pada Kamis 20 April 2023 pada pukul 09.30 WIB akan dilaksanakan shalat sunat gerhana. Para warga pun diimbau untuk ikut melaksanakan shalat sunat ini secara berjamaah di masjid.

Saya termasuk yang ikut shalat sunat ini. Kebetulan saya juga ingin tahu bagaimana pelaksanaan shalat sunat ini. Seingat saya sih, saya belum pernah shalat sunat gerhana matahari . Entahlah, lupa. Kalau shalat sunat gerhana bulan sudah. Jadi,  ingin tahu juga apakah sama pelaksanaannya?

Pukul 09.15 WIB saya tiba di masjid, saya lanjutkan dengan shalat sunat tahiyatul masjid 2 rakaat lalu shalat sunat dhuha 4 rakaat. Jamaah sudah cukup ramai. Terutama jamaah pria. Jamaah perempuan ada juga tapi tidak sebanyak jamaah laki-laki.

Sebelum shalat sunat ini dimulai, pengurus masjid menyampaikan pengumuman mengenai tata laksanakan shalat sunat gerhana sebagaimana tuntunan Rasulullah. Shalat sunat ini sendiri diimami oleh Ustadz Nanang Buchori SP, yang juga memberikan kutbah.

Disampaikan, shalat sunat gerhana matahari ini sejatinya tidak berbeda dengan shalat sunat lainnya. Dilakukan sebanyak 2 rakaat. Perbedaannnya hanya terletak pada niat dan jumlah rukuk dalam satu rakaat sebanyak dua kali. Jadi, dalam dua rakaat terdapat empat kali rukuk.  

Sebelum shalat jamaah meniatkan shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat. Melafalkan niat di dalam hati diiringi takbiratul ihram. Jadi ketika mengucap takbir ketika takbiratul ihram dibarengi mengucapkan niat di dalam hati.

Selanjutnya membaca doa iftitah, surat Al-Fatihah, membaca surat Alquran dengan suara terdengar jelas atau jaher. Diutamakan surat Alquran yang panjang. Kemudian rukuk dengan membaca tasbih yang agak lama, lalu I'tidal dengan menaruh kedua tangan kembali di bawah dada.

Kembali membaca surat Al-Fatihah, membaca salah satu Alquran yang panjang tapi lebih pendek dari surat yang pertama dibaca dengan suara jelas.  Kemudian rukuk dengan membaca tasbih, I'tidal dengan membaca bacaan I'tidal.

Lalu sujud pertama diikuti membaca tasbih, duduk di antara dua sujud, sujud kedua sembari membaca tasbih, duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama.

Durasi pengerjaan rakaat kedua lebih pendek daripada pengerjaan rakaat pertama. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, duduk tasyahud untuk membaca tasyahud akhir. Salam. Karena dilakukan berjamaah, maka setelah shalat sunnah gerhana dilanjutkan dengan kutbah.

Setelah informasi disampaikan, baru dilaksanakan shalat sunnah gerhana dua rakaat dengan empat kali rukuk dan empat kali sujud. Tidak ada adzan dan tidak ada iqomah. Shalat sebanyak dua rakaat ini berlangsung selama 35 menit ditambah 30 menit kutbah dan doa.

Pada rakaat pertama dibaca surat Arrahman (setengah surat dibaca setelah alfatihah pertama,  setengah surat lagi dibaca setelah alfatihah kedua). Sementara itu, pada rakaat kedua dibaca surat Al waqiah (yang juga dibagi 2 "sesi"). Mungkin karena surat yang dibaca panjang-panjang jadi pelaksanaan shalat berlangsung selama 35 menit.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Hikmah peristiwa gerhana matahari

Setelah shalat, imam melanjutkan dengan kutbah dengan tema "Mengambil Hikmah dari Peristiwa Gerhana Matahari di Akhir Ramadhan". Disampaikan bisa jadi ini adalah hari terakhir kita mendapatkan bulan Ramadhan yang sebentar lagi berakhir. Karena itu, kita harus memperbanyak istighfar atas segala kesalahan dan dosa.

Ustadz menyampaikan gerhana adalah bukti kebesaran Allah. Gerhana bukan sebagaimana diyakini sebagian masyarakat dulu, bahwa itu peristiwa ditelannya bulan, atau penanda bencana bagi petani, peternak, dan lainnya.

Keyakinan seperti itu tidak benar. Gerhana adalah salah satu bukti akan Kemahakuasaan Allah Swt. Nabi Muhammad juga mengajarkan ketika gerhana terjadi, hendaknya kita menghadirkan rasa takut kepada Allah SWT.

Rasulullah bersabda, "Sungguh, tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan terkait kematian atau lahirnya seseorang, melainkan, keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Apabila kalian melihatnya, maka laksanakanlah shalat." (HR. Bukhari)

Sebab, peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat  atau azab yang Allah turunkan akibat dosa-dosa.

Dalam kutbahnya,  ustadz meminta seluruh jamaah untuk menyikapi fenomena alam gerhana matahari dengan cara yang tepat.
Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana terjadi adalah dengan menghadirkan perasaan takut dan khawatir akan terjadi kiamat.

Bukan sekedar menyaksikan dan mengabadikan peristiwa gerhana atau mengkaji dari sisi ilmiah saja tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi Muhammad SAW.

Menurutnya, ada 5 hikmah yang bisa dipetik dari terjadinya gerhana matahari. Pertama, sebagai salah satu tanda di antara tanda tanda kekuasaan Allah. Kedua, untuk mengingatkan manusia untuk kembali kepada Allah dengan berhenti dari berbuat maksiat serta mengisi hidup di dunia dengan amal shaleh.

Ketiga, keberadaan matahari merupakan benda yang tidak berhak disembah dan ada dzat lain yang lebih berhak untuk disembah yaitu Allah SWT yang mengatur matahari, bulan, dan alam semesta.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika Dialah yang kamu sembah." (QS. Fushshilat: 37)

Keempat, sebagai pemisalan terhadap hal yang akan terjadi pada hari kiamat bahwa hal itu mudah bagi Allah SWT. Kelima, menunjukkan kekuasaan Allah untuk menimpakan hukuman kepada orang orang yang kufur dan durhaka kepadaNya.

Nabi Muhammad SAW bersabda,  "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah." (HR Bukhari)

Terjadinya gerhana juga menjadi peringatan bagi umat agar bersegera melakukan taubat dengan taubat nasuha dari semua dosa dan maksiat. Begitu juga dengan musibah-musibah lain, semuanya adalah peringatan agar menjauhi maksiat dan bersegera bertaubat kepada Allah.

Hikmah utama terjadinya gerhana matahari, ialah diharapkan menjadi satu peringatan agar manusia menghindari seluruh wujud kemaksiatan dan bersegera melaksanakan baragam kebaikan, seperti shalat, dzikir, bersedekah.

"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (QS. Yunus: 5)

Demikian. Wallahu'alam bisshowab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun