Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com
Mumpung Lebaran, Letakkan Gadgetmu, Yuk Main Games Offline!
Pemandangan apa yang rutin kita saksikan, di ruang keluarga saat mudik Lebaran? Yeah, tidak lain dan tidak bukan, anak-anak yang sedang menekuri gadget masing-masing. Sesekali berteriak penuh aroma kemenangan, di lain waktu tampak lungset karena kalah. MABAR alias Main Bareng. Itulah yang selalu kami temui saban Lebaran, dari tahun ke tahun. Cowok-cowok berkumpul di satu meja, bukannya ngobrol, ya itu tadi yang mereka lakoni: nge-game pakai handphone.
Salah-kah? Tentu tidak, dong. Who am I to judge? Nggak ada benar, nggak ada salah. Hanya saja, amat disayangkan kalau momentum "Ngumpul sekali dalam setahun" hanya diisi aktivitas online gaming belaka. Toh, di hari-hari normal lainnya, para bocah ini juga main game online kan?
Coba Letakkan Gadgetmu, Sebentar Saja
Saya jadi teringat kiprah Achmad Irfandi, pemuda asli Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Irfandi menginisiasi Kampung Lali Gadget (KLG) di wilayah tempat tinggalnya. Program ini dijalankan bermula dari rasa khawatir akan anak-anak yang mulai kecanduan gadget. Yap, Kampung Lali Gadget, yang secara harfiah berarti "Kampung yang Lupa akan Gadget", bukanlah sekadar tempat. Melainkan sebuah gerakan untuk mengembalikan kehidupan yang seimbang. "Program ini berusaha membantu masyarakat terutama generasi muda, untuk melepaskan diri dari kecanduan gadget dan menemukan kembali kehidupan sederhana yang sarat makna," demikian ujar Irfandi.
Maka dari itu, saya pun mengajak anak dan para keponakan untuk Taruh Gadgetmu, Sebentar saja. Ada beberapa games tradisional yang bisa kita kreasikan dan mainkan Bersama. Apa saja?
(1). MASTERCHEF versi Mudik, alias Memetik dan Memasak aneka sayur/buah di sekitar rumah
Di desa, tumbuh beberapa tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Ada kelapa, pepaya, dan sayur mayur lainnya. Kita bisa challenge anak-anak kota untuk memetik buah dan sayur. Pilih yang minim resiko dan tidak butuh keahlian khusus, ya. Sebaiknya jangan diarahkan untuk memanjat pohon kelapa, khawatir Lebaran nggak jadi makan lontong sayur, eh.. malah opname gegara kepleset ye kan.
Nantinya, bahan sayur buah yang terkumpul, diolah di pawon (dapur bagian belakang rumah). Anak-anak juga bisa dilibatkan untuk bantu mencuci, memotong, dan bikin masakan sederhana dari sayur-mayur yang mereka dapatkan.
Rasanya priceless banget! Seolah-olah kita sedang mengajak para bocah untuk berlatih ikutan kompetisi Masterchef!
(2). Membangun istana pasir
Banyaaaaak Pantai indah di Pacitan. Salah satunya Pantai Klayar. Kami alokasikan waktu lebaran Hari ke-3 berkunjung ke Pantai ini. Pengunjungnya membludak, untungnya anak-anak tetap bisa enjoy. Mumpung lagi mantai, yuk lah kita lakukan aktivitas untuk healing tipis-tipis, sekaligus merenggangkan otot bodi.
Banyak pilihan, mulai dari naik ATV, kulineran di warung dekat Pantai atau bisa juga main games membangun istana pasir. Yang penting, anak berinteraksi secara offline dengan saudara/ kerabatnya. Saling ngobrol, Kerjasama, mengandalkan teamwork. Ini pelajaran yang bisa mereka dapatkan tatkala mudik ke kampung halaman.
(3). Menebak "Ini silsilahnya bagaimana"?
Ibu saya delapan bersaudara. Masing-masing sudah punya anak dan cucu. Mayoritas berada di pulau Jawa, ada juga yang tinggal di pulau lainnya. Lebaran, momentum yang mempertemukan kami semua, dan.... Whaaatt? Ini siapa yaaa? aku terkaget-kaget demi mengetahui bocil yang imut di sebelahku adalah anaknya Piput (sepupu yang beda usia 20 tahun denganku).
"Piput udah punya anak tho? Ya ampun, how time do flies!"
Nah, ini games seru untuk semua umur. Yuk, tebak, ni bocil silsilahnya bagaimana? Jadi, para cucu diminta berjalan di depan (ala model catwalk) dan para sesepuh (ya ampun, eikeh masuk kategori sesepuh, dong) harus menebak, ini silsilahnya bagaimana?
Misal "Huud anaknya Putut, Putut anaknya om Ruslan, om Ruslan anaknya Eyang Kakung Shomad."
Lanjut, batch 2. Giliran para sesepuh yang jalan di depan, lalu anak-anak muda GenZ dan para bocil diminta untuk menebak, ini siapa?
Misal "Bude Nurul anaknya Uti Fat, Uti Fat anaknya Eyang Kakung Shomad."
Percayalah, pasti buanyaaakk yang gagal di awal! :)
***
Masih banyak ide-ide games offline yang bisa kita mainkan. Seperti main kelereng, congklak, dakon, gobaksodor, benteng-bentengan dan segabruk games lainnya. Pastinya generasi kolonial dan milenial lebih paham, ya. Kita bisa banget mewariskan games assoy itu, ke generasi muda. Karena manfaatnya sangat bejibun. Di antaranya:
(1). Mengembangkan kecerdasan sosial dan emosional
Dengan berinteraksi langsung, otomatis anak belajar untuk ngobrol, kerja dalam tim, bersosialisasi sekaligus mengasah emosi. Bahkan, bisa menjadi sarana belajar menemukan solusi Bersama.
Anak bisa memahami nilai dan hak orang lain, serta meningkatkan perilaku, nilai, dan norma di dalam dirinya yang juga bisa berpengaruh pada perkembangan sosialnya.
(2). Meningkatkan kreativitas
Kita bisa bermain dengan material yang ada di alam semesta. Nggak perlu bergantung dengan teknologi, apalagi AI (Artificial intelligence). Nemu kulit jeruk, bisa dijadikan mobil-mobilan. Nemu karet gelang, bisa untuk kreasi main lompat tali. Atau, mau kreasi resep ala masterchef ala-ala juga bisa kan?
(3). Mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar
Mayoritas permainan tradisional mengharuskan para pemain bergerak secara aktif. Ini bisa membantu meningkatkan perkembangan fisik anak yang nantinya juga bisa berpengaruh pada kemampuan motorik halus dan kasar. Dengan memiliki kemampuan motorik yang baik, artinya otot-otot anak terlatih untuk bisa melakukan banyak gerakan fisik dari yang ringan hingga rumit.
(4). Meningkatkan kemampuan kognitif
Dilansir dari International Conference Early and Elementary Education, permainan tradisional seperti ular tangga bisa meningkatkan kemampuan kognitif anak-anak.
Bahkan, ada penelitian yang menyatakan manfaat permainan tradisional bisa meningkatkan kemampuan berhitung pada anak ADHD sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam belajar matematika.
(5). Meningkatkan kesehatan fisik dan mental
Sering lihat anak teriak-teriak dan tantrum manakala kalah bermain games online, kan? Beda dengan permainan tradisional, amat jarang saya temukan bocah yang cranky ketika kalah bermain. Games tradisional melatih kemampuan fisik dan mental anak, karena cenderung bermain lebih aktif dan menggerakkan seluruh organ tubuh. Ini tentu akan turut meningkatkan kesehatan secara fisik maupun mental, dan terhindar dari penyakit fisik (obesitas) ataupun penyakit mental (depresi).
(6). Mengenalkan anak pada alam
Mayoritas permainan tradisional mensyaratkan kita untuk mengambil alam luar sebagai setting. Paru-paru makin sehat karena bisa menghirup udara segar di pedesaan. Anak juga makin akrab dengan alam. Dengan bermain bareng saudara-saudaranya, aura bahagia bisa datang seketika!
(7). Tidak membutuhkan biaya yang banyak
Salah satu manfaat permainan tradisonal karena harganya jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan permainan modern dan kekinian. Nggak perlu beli gadget atau game konsol. Cukup manfaatkan bahan yang tersedia gratis di alam.
Mau main lompat tali? Manfaatkan karet gelang yang ada di dapur.
Mau main egrang? Bisa pakai batok kelapa yang banyak juga di desa.
Semuanya GRATIS. Hanya butuh kreativitas dan ketelatenan. Anak juga bisa belajar kearifan lokal, dari berbagai permainan tradisional, kan? (*)