Metafora Lailatul Qadar
Seseorang yang telah mencapai tingkatan seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an adalah mereka yang bersedekah dan memberinya nikmat dari Tuhan, tetapi hatinya masih malu untuk menghadap Tuhan. "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka" (Q23:60).
Aisyah, isteri Nabi, pernah merasa heran dengan ayat ini, lalu bertanya kepada Nabi, "Hai Nabi, ayat itu aneh. Orang itu beriman, bahkan rajin bersedekah, tapi kenapa ia malu bertemu dengan Tuhan, bagaimana maksudnya, apakah dia selain bersedekah juga berbuat jahat seperti mencuri, berzina dan sebagainya?" Nabi kemudian menjawab, "Tidak, Aisyah. Orang itu betul-betul baik, saleh, dan benar-benar ikhlas, tetapi justru karena keikhlasannya maka dia tetap malu kepada Allah, dan tidak melihat dirinya itu pernah berbuat baik."
Apabila kita telah mencapai fase itu, melalui puasa kita, melalui latihan selama tiga puluh hari, maka kebahagiaan akan menyebar ke seluruh masyarakat dan mampu mencapai semua cita-cita yang diletakkan oleh agama kita sebagai rahmat-an li l-'lamn (rahmat bagi seluruh alam).