Raja Lubis
Raja Lubis Freelancer

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Sehat dan Fit Selama Ramadan, Enyahlah Wahai Asam Urat

6 April 2023   15:45 Diperbarui: 7 April 2023   18:30 4092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sehat dan Fit Selama Ramadan, Enyahlah Wahai Asam Urat
Ilustari perihnya menahan sakit asam urat. (sumber: ThamKC via kompas.com)

Alhamdulillah, kita sudah berada di setengah Ramadan tahun ini. Semoga senantiasa sehat selalu ya teman-teman semua.

Bicara tentang sehat dan puasa, sudah banyak penelitian dan jurnal yang menyampaikan dampak positif puasa terhadap kesehatan. Artinya, dengan puasa seharusnya kita bisa lebih sehat dari biasanya.

Tapi yang namanya sehat, akan selalu sejalan dengan sakit. Sudah semacam sunnatullah yang memang harus begitu jalannya.

Termasuk di Ramadan tahun lalu, saya juga merasakan sakit yang luar biasa dan untuk pertama kalinya.

(Katanya) asam urat

Setelah beberapa hari mudik di Mandailing Natal, di suatu malam, tiba-tiba saya merasakan kaki saya nyut-nyutan. Saking ngerasa sakit, sampai nggak bisa tidur dengan tenang. Yang akhirnya bikin kepala jadi ikut pusing.

Pagi harinya, saya lihat ada sedikit benjolan di dekat jempol kaki sebelah kanan. Akibatnya bikin saya susah jalan dan melangkahkan kaki. Setiap kali kaki kanan menapak (jalan yang menjauh tentukan arah yang kumau), aduh langsung kerasa sakitnya.

Belum tahu kenapa penyebabnya karena munculnya tiba-tiba. Siangnya saya pergi ke puskesmas pembantu yang ada di sana. Karena memang fasilitasnya kurang proper, saya hanya didiagnosa oleh petugas puskesmas berdasarkan pengalamannya. Katanya ada indikasi asam urat. Tapi perlu dicek lebih lanjut.

Karena sakitnya semakin terasa, dimulailah pengobatan tradisional. Warga sekitar menyebutnya 'ketempelan'. Saya lupa mereka menyebut istilahnya apa dalam bahasa Batak. Tapi intinya disebabkan karena saya sudah main ke sana ke mari sebelum ziarah ke makam leluhur.

Menurut mereka, ketika pulang kampung sebaiknya ziarah dulu ke makam leluhur sebelum main ke tempat lain.

Singkat cerita, karena saya harus segera pulang ke Bandung untuk urusan pekerjaan, saya terpaksa menempuh perjalanan panjang dengan masih membawa rasa sakit di kaki. Harapannya, kalau memang karena 'ketempelan' semoga yang nempel nggak ikut nyebrang pulau ya, hehe.

Dari semenjak pulang hingga tiba di Bandung, Jawa Barat, keadaan kaki sudah semakin membaik dan sudah bisa digunakan untuk jalan. 

Ah senangnya, berarti memang nggak ada yang ikut pulang dari Sumatera. Eitss.. tunggu dulu. Beberapa hari setelahnya malah kambuh lagi. Ya Allah...

Akhirnya berobat ke dokter. Dicek bagian kakinya yang sakit dan juga diminta untuk tes medical check-up terutama untuk tes kadar asam urat.

Sementara menunggu hasil tes medical check-up, dokter memberikan obat untuk menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu. Karena menurut dokter tersebut, pertolongan pertama untuk mengobati yang terindikasi asam urat adalah dengan mengobati rasa sakitnya.

Alhamdulillah, satu hari setelah minum obat yang diberikan dokter, rasa sakitnya menghilang. Bahkan hasil medical check-up pun belum diterima. Saya sangat bersyukur bisa beraktivitas kembali seperti biasa. 

Kondisi benjolan di kaki yang bisa pindah dari kanan ke kiri, hehe/Raja Lubis
Kondisi benjolan di kaki yang bisa pindah dari kanan ke kiri, hehe/Raja Lubis

Tips tetap sehat bagi yang pernah menderita asam urat

Bicara penyebab, kenaikan zat asam urat dalam tubuh memang disebabkan banyak faktor. Bisa dari pola makan, riwayat keluarga, kelebihan berat badan, atau juga mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Tapi apapun penyebabnya, dokter menyarankan beberapa hal agar asam urat tidak kambuh lagi di kemudian hari.

Berikut beberapa tips yang saya rangkum dari penjelasan dokter saat saya konsultasi dan berobat :

1. Perbanyak minum air putih

Sudah nggak perlu lagi didebat manfaat air putih bagi tubuh. Dengan memperbanyak minum air putih, bisa membantu tubuh mengeluarkan kelebihan asam urat melalui urine.

Jadi sekarang setiap kali berbuka puasa, saya suka memulainya dengan segelas air putih hangat. Begitu juga selepas salat dan ketika sahur.

2. Hindari minuman soda dan kurangi minuman manis kemasan

Menurut dokter memang lebih baik selalu minum air putih. Tapi dalam keadaan sesekali, dokter memperbolehkan minuman manis.

Bisa jadi minuman manis (terutama dalam kemasan) menjadi penyebab saya terkena asam urat. Pasalnya kalau sedang bepergian atau bekerja ke luar kota, dan mampir ke minimarket, pasti godaan untuk mengambil minuman manis kemasan dingin itu sangat tinggi sekali.

Sementara untuk minuman soda, sama sekali harus dihindari

3. Boleh saja kok konsumsi sayuran hijau

Sayuran hijau seperti kangkung, bayam, dan lain-lain seringkali ditengarai menjadi penyebab asam urat. Tapi menurut dokter, kalau apa-apa serba dilarang, kita mau makan apa. Menurut beliau, sayuran hijau boleh dikonsumsi asal dalam batas yang wajar dan tidak berlebihan.

4. Kalau jeroan wajib dihindari

Sementara untuk jeroan, dokter meminta untuk tidak makan jeroan. Karena jeroan salah satu makanan yang bisa memicu kadar asam urat naik lagi. 

Termasuk daging sapi pun sebaiknya dikurangi. Apalagi dalam momen silaturahim Idulfitri nanti sudah barang tentu banyak yang menyediakan masakan ini. Tahan..tahan...

Kesimpulannya dari sisi makanan, dokter hanya menekankan untuk tidak makan jeroan dan minum minuman bersoda. Sementara yang lainnya bisa dikonsumsi dalam batas yang wajar.

5. Perbanyak gerak

Bagi penderita asam urat, memperbanyak aktivitas gerak yang melibatkan sendi adalah hal yang mutlak. Yang dimaksud gerak di sini adalah bukan olahraga berat tapi aktivitas yang disesuaikan dengan kebiasaan dan kemampuan.

Jika sebelumnya jarang atau bahkan tidak pernah berolahraga, cukup perbanyak dan biasakan jalan kaki. Jika memang sudah terbiasa jalan kaki, tingkatkan dulu frekuensinya. Setelah itu bisa mencoba dengan olahraga jalan cepat.

Di bulan Ramadan ini, karena saya terbiasa jalan kaki untuk jarak-jarak pendek, jadi saya memperbanyak aktivitas gerak dengan jalan cepat. Biasanya saya lakukan sekitar jam 5 sore hingga menjelang berbuka puasa. Ya sekalian nyari takjil.

Ahamdulillah dengan mengikuti saran dari dokter, insya allah Ramadan kali ini dalam keadaan sehat dan fit. Dan berharap asam urat tidak lagi datang dan pergi untuk selamanya.

Saya ikhlaskan kepergian kamu wahai asam urat, sebagaimana saya ikhlaskan dia yang pergi tanpa permisi. Eeaaa...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun