riap windhu
riap windhu Sales

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jadi Traveler Bertanggung Jawab, Jaga Alam Agar Pariwisata Berkelanjutan

17 April 2023   23:58 Diperbarui: 18 April 2023   00:04 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadi Traveler Bertanggung Jawab, Jaga Alam Agar Pariwisata Berkelanjutan
Tebet Ecopark (dok.windhu)

Melancong ke destinasi wisata yang asri dan masih penuh dengan pohon-pohon hijau, saat ini semakin digandrungi. Selain mengusir penat, kedamaian  yang hadir saat menikmati keindahan alam sangat menyenangkan. Namun sayangnya, pergi ke lokasi wisata juga ditandai tindakan tidak mencintai alam oleh traveler tak bertanggung jawab yang meninggalkan sampah sembarangan. 

"Mbak, pergi lihat yang hijau-hijau, yuk," kata Ayu.Sudah beberapa kali kami memang berjanjian dan merealisasikannya. Beberapa taman dan hutan kota di Jakarta, yang tidak jauh dari tempat tinggal, kami datangi untuk menikmati keindahan dan pesona alam yang ada.

Kami bahkan bergabung dengan sebuah komunitas di Bogor yang juga kerap melakukan perjalanan wisata budaya. Salah satunya, pernah juga naik ke Gunung Gede Pangrango merupakan gunung yang terletak di kawasan Taman Nasional Gede Pangrango, Cianjur, Sukabumi, dan Bogor, Jawa Barat.

Melakukan perjalanan ke lokasi yang masih segar udaranya dan penuh pohon hijau, meskipun buat anak kota cukup melelahkan tapi membuat bahagia. Ada keindahan rasa tak terlukisakan dan pengalaman yang tidak bisa dibeli oleh apapaun. Ada pengalaman yang tidak bisa tergantikan sampai kapanpun.

Sejak pandemi dan adanya  PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), kegiatan mengunjungi destinasi wisata hijau ini sempat terhenti. Ketika PPKM telah dicabut, kami segera bergerak kembali untuk melakukan perjalanan-perjalanan wisata melihat yang  'hijau-hijau'.

Salah satunya yang langsung kami datangi saat Janari 2023 adalah Tebet Eco Park, Jakarta, yang lokasinya sangat terjangkau dengan kendaraan umum dan berada di pusat kota. Ruang terbuka hijau yang ada di taman seluas tujuh hektar itu memang asyik sebagai tempat piknik, bersama teman dan keluarga. Tebet Ecopark ini termasuk wisata ramah anak karena ada juga taman bermain disiitu.

Libur lebaran ini sebuah rencana juga sudah dibicarakan. Kali ini ke Wilayah Bogor, Tidak menutup kemungkinan ke daerah-daerah lainnya jika masih ada kesempatan waktu. Salah satunya adalah ke Kebun Raya Bogor (KRB), kebun botani yang berada di pusat Kota Bogor, yang didirkan sejak tahun 1817.

Ada sekitar 15.000  jenis koleksi pohon dan tumbuhan  yang bisa dikunjungi di Kebun Raya Bogor yang luasnya mencapai 87 hektar. Ada taman obat hingga griya anggrek, serta Museum Fauna. Belum lagi peninggalan bersejarah yang ada di KRB seperti Tugu Raffles, yang mengingatkan pada Thomas Stanford Raffles, pemimpin Inggris yang pernah memerintah saat itu.

Masyarakat suka wisata hijau (dok.windhu)
Masyarakat suka wisata hijau (dok.windhu)

Sampah, Salah Satu Permasalahan di Tempat Wisata

Salah satu yang saya suka adalah berjalan di bawah pohon dan melihat aliran sungai. Entah kenapa,saya suka mendengarkan gemercik air dan membayangkan kesegarannya meski pernah tersembul kecewa. Ada sampah-sampah yang terlihat pada aliran sungai  ada sampah di  KRB.

Itu ingatan terakhir saat mengunjunginya sebelum pandemi. Sudah cukup lama dan sudah bertahun-tahun. Namun, saya terkejut ketika ada pemberitaan media bahwa masih ditemukan sampah-sampah di aliran sungai yang ada di KRB. Tepatnya pada hari sampah nasioinal pada Februari 2023, relawan bahkan Walikota Bogor Bima Arya yang turun ke sungai menemukan berbagai sampah kemasan plastik.

Sampah plastik kemasan seperti mie instan dan berbagai sachet kemasan itu bisa merusak lingkungan karena tidak akan terurai meski sudah berusia ratusan tahun. Permasalahan sampah ternyata masih menjadi pekerjaan rumah yang tak pernah selesai hingga kini di berbagai destinasi wisata Indonesia. Termasuk di atas gunung, sekalipun!

Sebagai orang yang pernah ke Pangrango, saya tercengang ketika melihat pemberitaan di media akibat unggahan yang viral di media sosial Maret 2023, mengenai tumpukan sampah di jalur pendakian Gunung Gede Pangrango. Sampah-sampah itu  diduga disebabkan oleh ulah para pendaki yang tidak bertanggung jawab. Pengelola Gunung Gede Pangrango sendiri langsung membersihkan dan mengangkat sampah-sampah itu dan memasang tanda larangan membuang sampah.

Permasalahan sampah di jalur pendakian ternyata juga terjadi di lokasi lain. Salah satunya Tahura Raden Soerjo, yang  secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Malang, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Ratusan kilo sampah pernah diturunkan dari jalur pendakian di kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang berada dalam gugusan kompleks pegunungan Arjuno-Welirang-Anjasmoro. Sempat menjadi pemberitaan media.

Melalui media sosial instagramnya, @tahuraradensoerjo.official mengingatkan pendaki gunung dan pencinta alam. Seperti dikatakan, Khaerul Anam, petugas pengaman Tahura yang menyatakan untuk tidak melakukan pendakian ilegal. Selain itu, untuk selalu  menjaga alam dari sampah-sampah. semuanya Minimal bawa sampah sendiri Sampah wajib bawa pulang.  

Resposible Traveler Untuk Sustainable Tourism

Posting di suatu instagram untuk menandakan pernah ke suatu destinasi wisata memang membanggakan. Bisa menampilkan gambar-gambar indah dan mengundang banyak decak kagum karena tidak semua orang pernah sampai ke wilayah itu.

Namun sebaiknya tidak hanya sekedar untuk memenuhi story dan feed. Saat datang ke suatu destinasi wisata apapun, termasuk taman kota, hutam kota atau melakukan pendakian ke gunung tetaplah harus menjadi responsibel traveler. Menjadi wisatawan yang mampu jadi penjaga alam.

 Dengan menjadi responsible traveler alias wisatawan yang bertanggung jawab, maka dengan sendirinya telah mendukung dan menjadi bagian orang yang ikut menyukseskan pariwisata berkelanjutan (suistainable and green tourim).

Responsible tourism dapat dimaknai menjadikan wilayah menjadi lebih baik sebagai tempat tempat tinggal dan sebagai lokasi kunjungan wisata.Semua ini membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pengelola wisata, pengelola hotel, warga setempat, dan tentu saja para wisatawan yang bertanggung jawab dalam perjalannya.

Pandemi sempat disebut-sebut sebagai momentum yang dapat membuka peluang perubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab pada lingkungan. Saat pandemi, mulai terlihat burung-burung berseliweran di gunung-gunung Jawa Barat.  Dikemas dengan bingkai pariwisata yang berkelanjutan, tentunta aktivitas wisata yang dilakukan dapat memberikan dampak positif maksimal dan memberikan dampak negatif minimal pada lingkungan alam dan sosial.

Tips Agar Pariwisata Berkelanjutan

Supaya bisa semakin Bangga Berwisata di Indonesia, tentunya setiap wisatawan memiliki peran bertanggung jawab atas perilaku dan tindakan yang dilakukannya di setiap lokasi wisata. Jika mampu menjadi traveler bertanggung jawab yang mampu menjaga alam, maka melakukan Pariwisata di Indonesia Saja akan sangat membanggakan.

Lalu, apa yang bisa dilakukan agar dapat menjadi Sustainable and Responsible Travel? Berikut tipsnya :

1, Tidak membuang sampah sembarangan.

Bawalah kantong/ wadah untuk menyimpan sampah yang dihasilkan saat berwisata dimanapun. Jangan pernah meninggalkan jejak sampah karena akan membuat lokasi wisata tidak indah, membuat pencemaran lingkungan dan bisa berdampak pada warga sekitar. Hindari penggunaan kemasan sekali pakai karena memancing untuk segera membuangnya setelah selesai digunakan.

2. Memilih  penginapan yang ramah lingkungan

Tinggal di sebuah penginapan yang ramah lingkungan berarti termasuk ikut menjaga alam. Indonesia sudah memiliki sejumlah Green Hotel di lokasi pariwisata yang akan membuat betah  wisata Di Indonesia aja.

Green hotel adalah hotel atau penginapan yang mengusung konsep ramah lingkungan dan kelestarian lingkungan. Umumnya, suasana lingkungan green hotel  asri, hemat energi, menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang, dan memiliki pengelolaan limbah yang sudah baik.

3. Belanja produk lokal

Membeli produk lokal tidak hanya akan membuat ekonomis di suatu destinasi wisata bertumbuh. Belanja produk lokal dengan sendirinya juga lebih ramah lingkungan dan mengurangi kemungkinan polusi yang dapat timbul dari jarak angkut.

Dengan membeli produk lokal, sebagai wisatawan tentunya juga senang bisa membeli produk khas langsung di wilayah tempat membuatnya. Selain juga mendukung social enterprise (yang dilakukan seorang atau sekelompok entrepreneur yang menjalankan usaha atau bisnisnya demi kepentingan sosial atau masyarakat)

4,  Menggunakan transportasi umum

 Selama melakukan perjalanan ke destinasi wisata pilihan lebih baik menggunakan transportasi umum. Selain mengurangi jejak karbon, tentunya bisa lebih mengenali destinasi wisata. Bayangkan, andaikata keliling suatu destinasi wisata dengan sepedaan, pasti mengasyikkan.

5.  Mengenal lebih dekat destinasi wisata kunjungam

Sebagai wisatawan, hal yang menyenangkan adalah dapat menjadi bagian langsung dalam suatu kegiatan masyarakat. Tentu saja ini dapat memberikan pengalaman langsung yang tak terlupakan, seperti belajar mengukir, membatik, ataupun menari. Nah, seorang traveler yang bertanggung jawab harus mampu menjaga perilaku dan sopan santunnya.

Mulai Dari Diri Sendiri

Menjadi responsible traveler atau wisatawan yang bertanggungjawab agaknya tidak perlu dengan menunjuk orang lain. Lebih baik dimulai dari diri sendiri agar destinasi wisata Indonesia yang menjadi pilihan Di Indonesia Aja. Rasanya Bangga Berwisata di Indonesia dengan Sustainable Travel. Jadi traveler bertanggung iawab,jJaga alam agar pariwisata berkelanjutan

 

----Jakarta, dhu170423--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun