Berasal dari Keraton Solo, Sungkeman adalah Wujud Bakti dan Terimakasih kepada Orangtua
Dalam pernikahan, kedua mempelai memohon restu kepada kedua orangtuanya untuk membina rumah tangga kelak.
Sungkeman juga bisa menjadi wujud nyuwun ngapura.
Dalam bahasa Jawa nyuwun artinya meminta atau memohon. Ngapura yang berasal dari bahasa Arab ghafura maknanya tempat pengampunan.
Dari manakah asal mulanya tradisi Sungkeman ini berasal?
Dari beberapa sumber ditemukan jika tradisi menghormati mereka yang lebih tua itu berasal dari Mangkunegara ke I.
Mangkunegara ke I yang dijuluki dengan Pangeran Sambernyawa tersebut pada waktu itu menggelar pertemuan, mempertemukan raja dengan para prajuritnya di Balai Istana selepas sholat Ied.
Nah, pada saat itu mereka saling maaf memaafkan di antara mereka dengan Sungkeman kepada raja, Mangkunegara ke 1 dan antar punggawa.
Apa yang dilakukan Mangkunegara ke 1 itu lantas diikuti dan ditiru oleh organisasi-organisasi Islam.
Lantas tradisi itu dibarengkan dengan acara halalbihalal yang dilakukan antar kelompok atau komunitas, perusahaan, lembaga atau keluarga.
Jadi dengan demikian, tradisi Sungkeman sebagai simbol penghormatan kepada orang yang lebih tua itu adalah campuran dari budaya Jawa dan Islam. Menurut budayawan senior Universitas Gadjah Mada, Dr. Umar Khayam.
Mangkunegara ke 1 yang disebut-sebut di atas adalah pendiri dari Kadipaten Mangkunegaran. Oleh karenanya beliau disebut juga sebagai Adipati Mangkunegaran ke 1.