syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Penulis

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Risalah tentang Lailatul Qadr

29 Maret 2024   05:11 Diperbarui: 29 Maret 2024   11:06 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Risalah tentang Lailatul Qadr
Dokumen pribadi

Saban tahun di bulan Ramadhan, semua umat berbincang dan bertanya tentang lailatul-qadr. Sebagian serius menunggu dan berupaya memburunya.

Secara bahasa (etimologi), kata majemuk lailatul-qadr berarti malam takdir atau malam penentuan atau malam pamungkas.

Sementara secara terminologi, lailatul-qadr bermakna malam yang memiliki bobot keberkahan dan kemuliaannya di atas rata-rata, yang diturunkan atau dianugerahkan oleh Allah swt di salah satu malam pada bulan Ramadhan untuk siapa pun hamba yang dikehendaki-Nya.

*-*-*

Tujuh Hal yang Perlu Diketahui tentang Lailatul Qadr

Lazim diwacanakan di kalangan umat Islam bahwa malam lailatul-qadr akan atau berpotensi turun di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Risalah ini coba mengulas beberapa catatan yang mungkin perlu diketahui, sebagai berikut:

Pertama, lailatul-qadr adalah istilah abstrak yang bersifat sangat spiritual. Wujud dan obyeknya tak bisa dijamah oleh panca indera. Di dalam Quran, nilai atau bobot pahalanya disebutkan lebih baik dari 1.000 (seribu) bulan. Kalau dikonversi ke almanak Hijriyah berarti setara dengan 29.500 hari = 83,3 tahun. Atau sekitar 80,8 tahun berdasarkan almanak Masehi. Dan jarang-jarang di antara kita orang Indonesia, yang mampu mencapai usia lebih dari 80 tahun.

Ungkapan ayat Quran "lebih baik dari seribu bulan" juga bersifat abstrak dari segi maknanya. Apakah lebih baik dari semua ibadah yang dikerjakan oleh seorang Muslim selama seribu bulan; atau lebih baik dari semua ibadah yang dikerjakan oleh semua umat Islam selama seribu bulan.

Ungkapan ayat Quran "lebih baik dari seribu bulan" juga sekaligus menunjukkan bahwa membuat hitung-hitungan matematis ketika mengerjakan suatu amal saleh tidak bertentangan dengan faktor keikhlasan. Sebab penggalan ayat ini mengindikasikan Allah swt seolah menggoda, dalam pengertian targib (mendorong) hamba-hambanya untuk memaksimalkan upaya meraih pahala yang berbilang "lebih baik dari seribu bulan".

Kedua, lailatul-qadr adalah karunia, atau semata perkenan Allah kepada hamba pilihan-Nya. Pemberi karunia lailatul-qadr memiliki hak penuh yang bersifat mutlak dalam menentukan siapa yang berhak, dan siapa yang tidak berhak meraih lailatul-qadr di malam-malam Ramadhan.

Jangan pernah meremehkan siapa pun untuk mendapatkan karunia lailatul-qadr. Sebab boleh jadi orang yang kita anggap paling tidak pantas meraih lailatul-qadr, justru dikaruniai malam lailatul-qadr.

Ketiga, dari segi bahasa, lailatul-qadr bermakna "malam penentuan" atau "malam takdir" atau "malam yang sangat menentukan nasib seorang Muslim di dunia ataupun di akhirat".

Artinya seolah Allah swt menegaskan, bahwa siapa pun yang mendapatkan karunia lailatul-qadr, berarti ia sudah selesai dan sudah tamat sebagai seorang hamba.

Karena disebut turun di malam hari, berarti tidak mungkin lailatul-qadr didapatkan di siang hari. Dan pengertian "malam" dalam fikhi Islam adalah mulai dari sehabis shalat isya dan sunnat ba'diyah-nya (sesuai waktu isya) sampai masuknya waktu fajar (shalat subuh).

Keempat, bahwa tidak seorang pun yang bisa memastikan kapan persisnya terjadinya lailatul-qadr di bulan Ramadhan. Terkait waktunya, para ulama berijtihad tentang waktu turunnya lailatul-qadr, dengan mengacu pada beberapa hadits Nabi menyebutkan secara spesifik waktu lailatul qadr, dengan lima kemungkinan sebagai berikut:

  • Dimungkinkan Lailatul-qadr turun di salah satu malam dari 29/30 malam ramadhan, yakni sepanjang bulan suci Ramadhan.
  • Kemungkinannya dipersempit menjadi seluruh malam di sepertiga terakhir dari Ramadhan: mulai malam ke 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 dan 29/30.
  • Kemungkinannya dipersempit lagi menjadi malam-malam ganjil pada sepertiga terakhir: malam ke-21, 23, 25,27 & 29. Catatan: sebagian besar hadits Nabi yang menyinggung lailatul-qadr mengkonfirmasi bahwa lailatul-qadr turun pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
  • Kemungkinannya makin dipersempit menjadi dua malam ganjil terakhir: malam ke-27 dan 29.
  • Ini yang terakhir, kemungkinan besar turun/terjadi pada malam ke-27 saja. Karena itu, sebagian jamaah atau komunitas Muslim di berbagai negara, akan melakukan ritual dan rangkaian ibadah tertentu di malam ke-27 Ramadhan, baik secara berjamaah ataupun perorangan.

Karena tidak bisa dipastikan kapan waktunya, maka boleh jadi, Anda mengalaminya di malam ke-27, terus dia meraihnya di malam ke-23, dan saya mendapatkannya di malam ke-29. Atau kita barengan mendapatkannya di malam ke-21 dst. Atau bahkan sudah ada di antara kita yang telah meraihnya di salah satu malam Ramadhan yang telah berlalu.

Kelima, Karunia Lailatul-qadr adalah pengalaman spiritual yang bersifat sangat personal antara seorang hamba dengan Tuhannya. Maka jangan percaya kalau ada orang mengklaim telah mendapatkan lailatul-qadr. Sebab pengakuan & klaim itu justru bertentangan dengan karakter lailatul-qadr: tawadhu', rendah hati dan keikhlasan.

Sependek pengetahuan saya, tidak ada seorang ulama pun yang sesumbar mengklaim diri telah mendapatkan lailatul-qadr. Dan jika pun ada, lailatul-qadr boleh jadi justru menjadi bumerang bagi dirinya.

Bila Anda ditakdirkan meraihnya, cara terbaik untuk memperlakukannya adalah menikmatinya saja. Dan setiap Muslim, siapa pun dia, memiliki peluang meraih karunia Lailatul-qadr di bulan Ramadhan. Ya Allah, ya Rabbi, jadikanlah kami sebagai salah satu di antara orang-orang yang Engkau perkenankan meraih karunia lailatul-qadr-Mu di bulan Ramadhan tahun ini.

Keenam, jika waktunya tak dapat dipastikan, begitu pula tempatnya. Allah swt berhak penuh menentukan lokasi atau tempat pemberian karunia lailatul-qadr di mana pun. Bisa di masjid, di rumah atau di jalan-jalan.

Ketujuh, memburu Lailatul-qadr mungkin bukan bahasa yang tepat. Tetapi yang lebih tepat adalah mari memantaskan diri untuk dijemput dan ditemui lailatul-qadr. Dan bila Anda kebenaran dikaruniai kesempatan meraihnya, jangan lupa mendoakanku!

*-*-*

Memantaskan diri untuk meraih lailatul-qadr

Prinsip utama untuk meraih suatu keutamaan-kemuliaan dalam hal apapun, di mana pun dan kapan pun, adalah memantaskan diri untuk meraihnya.

Ilustrasinya: jika ingin dicintai, tak perlu mengemis dicintai, tetapi posisikan dirimu sebagai orang yang pantas dicintai. Dan cinta itu akan tiba pada saatnya.

Jika ingin dihormati, tak perlu risau mengemis penghormatan. Posisikan saja dirimu sebagai orang yang pantas dihormati. Dan penghormatan itu akan tiba pada saatnya.

Memaksimalkan penghambaan kepada-Nya
Mengakui keagungan-Nya yang tak terhingga
Bersangka baik pada kehendak-Nya
Ridha dengan segala bentuk takdir-Nya

Mengikhlaskan niat baik setulusnya
Membersihkan hati dan pikiran dari takabbur
Tidak membangga-banggakan keunggulan
Tak meremehkan kekurangan orang lain

Memaafkan segala laku kesalahan orang lain
Hati terbebas dari benih dendam kepada siapa pun
Menjinakkan hati dari segala jenis syak wasangka
Berdamai bahkan dengan orang yang dianggap musuh

Tidak menyimpan niat buruk kepada orang lain
Mensyukuri semua yang telah-sedang-dan-akan terjadi
Berdamai dengan masa lalu, kini dan yang akan datang
Tak pilih kasih saat mendoakan kebaikan untuk siapa pun

*-*-*

Biarkan Lailatul Qadr Menjemputmu

Para ulama klasik dan modern, telah berusaha mengidentifikasi ciri-ciri atau tanda-tanda alam ketika lailatul-qadr turun.

Ciri-cirinya disebutkan antara lain: udara sejuk. Intinya, alam akan ikut bersujud, sehingga tidak mungkin terjadi bencana alam - bagi orang yang mendapatkannya - di malam terjadinya lailatul-qadr.

" : " "

"Dari Al-Hasan yang berkata tentang malam lailatul qadr: adalah malam yang cerah, sejuk yang tak panas dan tidak dingin, pada pagi hari (esoknya), matahari terbit dengan lembut tanpa sinar terik."

Orang yang mendapatkan lailatul-qadr digambarkan akan merasakan kedamaian batin, puncak kebahagiaan yang utuh dan sempurna, puncak rasa syukur.

Dan yang terpenting, peraih dan penikmat Lailatul-qadr akan merasakan puncak penghambaan diri, dan itulah kenikmatan hidup yang tak mungkin digambarkan dengan kata dan kalimat dalam bahasa apapun. Yakni ketika jasmani dan segalanya menjadi nihil. Yang ada semata syukur dan tasbih atas ke-Mutlak-an Allah swt.

Ya Allah, ya Rabbi, jadikanlah kami sebagai salah satu di antara orang-orang yang Engkau perkenankan meraih karunia lailatul-qadr-Mu di bulan Ramadhan ini.

*-*-*

Lailatul qadr dan Keuntungan Materil

Sepanjang penelusuran melalui buku-buku klasik Islam yang membahas tentang lailatul qadr, saya tidak/belum menemukan satu pun hadits Nabi atau pernyataan sahabat Nabi atau penafsiran para ulama Islam, yang mengaitkan secara langsung antara lailatul qadr dengan keuntungan materil berupa rezki kekayaan.

Meskipun frasa "lebih baik dari seribu bulan" bisa saja dipahami dan dimaknai, misalnya, keuntungan yang bersifat materil.

Sebab, inti lailatul qadr adalah bobot pahalanya. Dan pahala adalah sebuah karunia. Dan karunia bisa dilimpahkan dalam beragam bentuk: kenyamanan, kebahagiaan, ketenangan jiwa, hidup tanpa menyesali masa lalu, menyambut hari depan tanpa kecemasan, dan juga keberlimpahan materil.

Namun saya cukup percaya diri untuk mengatakan begini: seorang hamba yang ditakdirkan mendapatkan lailatul qadr dapat diasumsikan mendapatkan peluang ilahiyah untuk dikabulkan apapun yang diinginkannya.

Jika Tak Bulat, Cukup Percikannya Saja

Secara pribadi, setiap bulan Ramadhan, saya berusaha meyakinkan diri bahwa saya termasuk orang yang Insya Allah mendapatkan setidaknya percikan lailatul-qadr. Dan keyakinan ini mengacu pada dua alasan:

Pertama, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa pada setiap Ramadhan, Allah swt pasti akan memilih paling sedikit satu orang hamba-Nya yang mendapatkan lailatul-qadr.

Kedua, sepanjang bulan Ramadhan, saya akan melantunkan doa seperti ini: Ya Allah, jika saya belum pantas meraih karunia lailatul-qadr, berkenanlah kiranya ya Allah, Engkau memasukkan saya ke dalam doa hambamu yang Engkau terima doanya dan Engkau pilih mendapatkan lailatul-qadr. Sebab saya yakin, orang-orang yang meraih lailatul-qadr adalah hamba-hamba pilihan, yang tentu tidak mungkin berdoa untuk dirinya sendiri saja.

Maka sekali lagi, Ya Allah, jika saya belum pantas meraih karunia lailatul-qadr, berkenanlah kiranya ya Allah, Engkau memasukkan saya ke dalam doa hambamu yang Engkau terima doanya dan Engkau pilih mendapatkan lailatul-qadr.

Dengan kata lain, jika aku tak pantas meraih lailatul-qadr secara utuh-dan-bulat, setidaknya saya-atau-Anda-atau dia termasuk hamba yang mendapatkan percikan berkah dan kemuliaan lailatul-qadr.

SELESAI

Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 29 Maret 2024/ 19 Ramadhan 1445H

Catatan: substansi utama Risalah ini pernah dimuat di akun Facebook saya pada 27 Juni 2015 (Mari Berharap Lailatul-Qadr) dan beberapa artikel di Kompasiana:

https://www.kompasiana.com/sabdullah/59426ef5dd0fa822bd737e22/biarkan-lailatul-qadr-menjemputmu

https://www.kompasiana.com/sabdullah/5b1d1f23caf7db371d7f4c64/yang-perlu-diketahui-tentang-lailatul-qadr

https://ramadan.kompasiana.com/sabdullah/626acd69ef62f612d2341cb2/memantaskan-diri-untuk-meraih-lailatul-qadr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun