Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tips Mengatasi Ajang Pamer saat Bukber

14 Maret 2024   16:57 Diperbarui: 14 Maret 2024   16:58 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tips Mengatasi Ajang Pamer saat Bukber
Ilustrasi pembayaran menggunakan kartu kredit (sumber: pexel.com/photomix-company)

Bukber adalah kegiatan yang dilakukan saat puasa dengan tujuan menjaga silaturahmi agar tidak terputus. Walaupun acara buka bersama berlangsung paling lama 4-5 jam, banyak hal terjadi. Salah satunya momen unjuk diri dan adu nasib. 

Kok bisa sih? 

Fenomena paling mencolok saat bukber ialah pamer pencapaian serta sibuk membangun citra sebagai pribadi yang sukses dan memiliki positive vibes. Nyatanya, semua itu hanyalah upaya branding agar diri tidak terlihat "ngenes" semata. 

Bayangkan, lulus SMA 8 tahun yang lalu, begitu kumpul kembali ternyata hanya diri kita yang tidak berubah. Perubahan yang paling banyak disadari orang, selain berat badan adalah cara berpakaian. 

Oleh: @sitikus.nl

Welcome to Diary Ramadan Day 4!!

Topik hari ini yaitu Bukber sama Teman, Yes or No? Pas banget menjelang weekend pertama berpuasa, notifikasi chat sudah mulai bermunculan kalimat "Kapan bukber?". Entah dari teman waktu kuliah, rekan kerja, hingga di grup keluarga besar. Paling wajib sih bukber di keluarga sama ikut bukber kantor. Nah, kalo bukber sama teman, gimana?

Bukber atau Buka Puasa Bersama adalah kegiatan yang hanya berlangsung selama bulan suci Ramadan. Acara bukber termasuk bentuk selebrasi sekaligus momen silaturahmi dengan teman-teman yang biasanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Bukber bukan acara yang harus "wah", hanya perjamuan melepas dahaga rindu akan kenangan di masa lalu.

Tapiiii, banyak dari kita justru gak nyaman menghadiri bukber. Serasa akan muncul tekanan baru yang tidak kita undang. Memang sih, tujuan bukber untuk berjumpa dengan kawan lama. Nyatanya, tujuan itu seringkali bergeser jadi ajang pamer pencapaian dan mengunggulkan diri sendiri.

Sehingga, kalau nekat pergi bukber dengan tampilan sekadarnya. Sudah pasti, kita jadi bahan gunjingan hingga bukber yang akan datang. Padahal, kita hanya lelah berpura-pura jadi orang lain.

Baca Juga: Berprasangka Baik Pada-Nya, Semua Akan Baik-baik Saja 

Fenomena semacam ini yang membuat acara bukber menjelma bak ajang pencitraan dan pencarian bakat. Setiap orang merasa dituntut untuk menampilkan citra diri yang terbaik sambil berusaha menyembunyikan dirinya yang sejati. Makanya, gak heran kalau sebagian dari kita mendadak mager ke acara bukber dengan alasan yang hampir serupa. 

Yah, walaupun momen bukber cuma setahun sekali. Tapi, siapa sih yang mau dibanding-bandingkan hidupnya dengan mereka yang sudah wah

Sejujurnya tidak masalah jika penampilan mewah yang ditunjukkan sepadan dengan gajinya sebulan. Masalahnya, gara-gara momen bukber ini orang mulai konsumtif dan bergaya elit. Padahal untuk bayar menu makan yang dipesan aja sulitnya bukan main! 

Selain tampilan luar, orang juga gak nyaman ditanyain perihal privasi yang memang gak diceritakannya. Misalnya, kita mati-matian gak ngomongin progres kuliah karena kesulitan menyelesaikan skripsi. Ehh pas bukber teman kita menyentil dengan pertanyaan "Kapan lulus?". Hmm, pasti rasanya kesal bukan main.

Baca Juga: Demi Masa: Sesungguhnya Kita Berpacu dengan Waktu

Saking muaknya mendengar pertanyaan "kapan" dan "kapan" dari orang yang gak menemani "ups" dan "down" kita, yang akhirnya membuat kita berpikir untuk gak menemui mereka sama sekali. Buat apa menyambung silaturahmi yang malah memberikan sakit di hati? 

Anehnya, perilaku orang saat bukber mendadak bersikap "sok akrab" sehingga merasa berhak menilai kehidupan orang lain dari kacamatanya. Hal inilah yang membuat momen kebersamaan buka puasa menjadi acara yang canggung dan penuh kasak-kusuk. 

Tapiii, no worries!! 

Jangan hanya karena perilaku buruk orang lain, kamu memutus silaturahmi dengan temanmu yang lain. Tetaplah percaya diri dan yakin, sekalipun kondisimu tidak lebih baik dari zaman sekolah. 

Aku punya tips biar kamu gak mati gaya apalagi mati kutu di acara bukber. Kamu bisa mulai dengan menetapkan batasan (setting boundaries) dari orang-orang yang menurutmu toxic. Cara menetapkan batasan dari toxic people yang bisa kamu coba:

1. Cobalah berkata "TIDAK" (Try to saying NO)

Jangan berkecil hati dengan kondisimu saat ini. Yang kamu perlukan untuk menghadiri bukber adalah kepercayaan diri terhadap pencapaian dalam hidupmu. Kalau ada orang yang mencoba berkomentar atau memberikan pandangan yang subyektif, padahal kamu gak minta saran, cobalah berkata "TIDAK". 

Baca Juga: Kembali Tidur Setelah Sahur: Rugi Dong?

Ini bentuk penegasan yang kamu buat untuk melindungi harga dirimu. Katakan dengan sopan saat seseorang seenaknya mengatur kamu harus berbuat apa dalam hidupmu sendiri. Kalau kamu sudah punya tujuan hidup yang kamu yakini, ngapain mengiyakan saran dari orang lain yang gak relevan?

2. Jangan ceritakan tentang dirimu terlalu banyak (Don't explain yourself too much)

Ali bin Abi Thalib pernah berkata: 

"Jangan menjelaskan tentang dirimu pada siapapun,

karena orang yang mencintaimu tidak membutuhkannya. 

Dan orang yang membencimu tidak mempercayainya."

Simpan ceritamu pada orang yang tidak menilai hanya dari sudut pandang saja. Mengatasi kecanggungan saat bukber, kamu bisa membahas hal-hal yang lebih objektif. Misalnya, kenaikan harga bahan pokok menjelang lebaran atau progres pembangunan IKN.

Bicarakan topik yang memang berbasis data dan angka. Sebab, pencapaian tiap orang tidak bisa diukur melainkan oleh dirinya sendiri. Jadi, buat apa saling membandingkan?

3. Buatlah dirimu sibuk (Make yourself busy)

Tips terakhir dari aku yang bisa kamu terapkan kalau kedua tips sebelumnya tidak bekerja. Buatlah dirimu sibuk. Jangan terlarut dalam pembahasan "siapa lebih sukses" atau "sekarang jadi apa" karena membandingkan proses tiap orang itu tidak ada gunanya.

Alangkah lebih baik kamu fokus dengan pembicaraan yang objektif atau fokuslah dengan apa yang harus kamu lakukan. Bisa saja kamu membuat ilustrasi momen buka bersama dari iPad daripada sibuk bergunjing menjelang buka puasa. Atau, mungkin ada web novel yang belum selesai kamu baca akan lebih baik daripada mengurusi urusan orang lain.

***

Selamat! Kamu sudah membaca artikel ini sampai akhir.

Jangan lupa terapkan tips di atas supaya bukbermu tetap berkesan :)

Kalau kamu butuh tips lainnya seputar pengembangan diri boleh cek instagram aku: @sitikus.nl

#TerusBertumbuh jadi lebih baik, kamu siap??

Tinggalkan jejak berupa like, komen, dan share yaa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun