Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Penulis

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Daripada Nekat Mudik, Lebih Baik Fokus Menggapai Lailatul Qadar

16 Mei 2020   15:30 Diperbarui: 18 Mei 2020   10:43 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daripada Nekat Mudik, Lebih Baik Fokus Menggapai Lailatul Qadar
ilustrasi plarangan mudik membuat kita bisa fokus untuk memperbanyak ibadah dan mengejar Lailatul Qadar| Sumber: Abdul Qodir/AFP via Kompas.com

Ada yang untuk transpor harus membayar berlipat dari harga sebelumnya. Sejumlah mobil travel memberi semacam jaminan sampai ke tujuan tanpa hambatan. Ada yang mesti melalui jalan tikus (jalan-jalan kecil di luar jalan raya/tol). 

Ada yang harus berkompromi dengan petugas jalan raya. Ada pula yang berusaha mengelabuhi petugas dengan menaikkan mobil mereka ke atas truk towing (mobil khusus pengangkut mobil karena mogok atau rusak).

Itu sebuah perjuangan berat demi mudik. Padahal sudah dilarang, dan mengapa tidak dipergunakan untuk memperbanyak kegiatan beribadah di rumah.

Banyak mobil (aneka jenis kendaraan umum) yang dipaksa kembali ke kota semula (putar balik) dan tidak boleh meneruskan perjalanan mudik karena dinilai melanggar ketentuan. Biaya sudah terlanjur keluar, tetapi rencana mudik gagal.

Ramadan tinggal 10 hari terakhir. Kini saatnya justru untuk memperbanyak amal ibadah demi mengejar Lailatul Qadar. Sekali saja seumur hidup bisa mendapatkannya maka sudah sangat beruntung untuk bekal di alam akhirat kelak.

Kita harus menyadari ada hal yang berubah dan dengan keikhlasan harus mampu menyesuaikan diri. Barangkali inilah saatnya Allah memberi kesempatan pada siapapun yang belum pernah mendapatkan Lailatul Qadar untuk mendapatkannya.

*

Pandemi virus corona atau Covid-19 menyebabkan banyak hal berubah dan berbeda. Ketentuan untuk di rumah saja, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun berimbas pada ketentuan tidak boleh mudik.

Lebaran kali ini biar saja tidak seperti tahun-tahun lalu. Tidak harus mudik. Lebih baik fokus dan konsentrasi untuk mendapatkan Lailatul Qadar, atau malam kemuliaan yang lebih baik dari 1.000 bulan. Itu pilihan yang lebih baik, bahkan terbaik.

Bila tahun-tahun lalu para perantau, serta warga yang masih memiliki kampung halaman, disibukkan dengan urusan merayakan Hari Raya Idul Fitri, atau biasa disebut sebagai Lebaran, mengapa tidak sesekali seumur hidup mempersiapkannya dengan lebih baik, dengan cara berbeda.

Lebaran pasti datang. Tapi bukan mudik dengan segenap kerumitannya yang dipikirkan, tetapi ibadah dan amaliah yang diperbesar. Khusus untuk mengejar lailatul qadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun