Sultani
Sultani Freelancer

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Refleksi Ramadan 2023 Untuk Target Ramadan 2024

12 Maret 2024   22:03 Diperbarui: 18 Maret 2024   23:47 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Refleksi Ramadan 2023 Untuk Target Ramadan 2024
Sumber: Wartakota.tribunnews.com

Refleksi Ramadan 2023 Untuk Target Ramadan 2024

Oleh: Sultani

Ramadan telah menyapa kita kembali. Bersamaan dengan ibadah-ibadah yang mulai kita jalani hari ini, ada baiknya kita memanfaatkan momentum ini untuk merefleksi perjalanan spiritual kita pada Ramadan tahun lalu. Bagi sebagian dari kita, Ramadan 2023 boleh jadi tidak berjalan sesuai harapan karena ada ibadah atau amalan-amalan mu'amalah yang belum dikerjakan secara optimal. Mari kita jadikan refleksi ini sebagai pijakan untuk menentukan target yang lebih baik pada Ramadan tahun ini, 2024.  

Kalu kita merujuk pada hadis Nabi dan pendapat para ulama, semua ibadah dan amal kebaikan yang dikerjakan selama bulan Ramadan akan diganjar dengan pahala yang berkali-kali lipat oleh Allah SWT. Karena itulah kita diperintahkan untuk mengerjakan dengan ikhlas dan sebaik mungkin semua ibadah dan kebaikan dalam bulan Ramadan.

Ibadah yang akan dihitung Allah selama Ramadan ini sudah jelas, yaitu puasa dan zakat fitrah sebagai perintah utamanya. Selain itu, shalat fardhu 5 waktu sebagai ibadah utama seumur hidup, ditambah dengan shalat sunah rawatib dan shalat sunah mutlak. Di dalam bulan Ramadan ada shalat sunah yang dikerjakan secara berjamaah, yaitu shalat tarawih dan witir.

Di dalam bulan Ramadan juga ada amalan ibadah khusus yang hanya ada di bulan suci ini, dengan kemuliaan yang luar biasa tinggi nilainya, yaitu i'tikaf yang jatuh pada 10 malam terakhir. Allah menjanjikan pahala yang sangat besar kepada siapa saja --orang-orang beriman -- yang bisa melakukannya dengan sempurna.

I'tikaf sendiri secara harfiah diartikan sebagai berdiam diri di masjid pada malam hari, yang dimulai setelah waktu shalat Isya hingga subuh. I'tikaf biasanya diisi dengan ibadah shalat malam atau tahajud, zikir, atau tadarus al Quran. Amalan mu'amalah selama bulan Ramadan seperti sedekah, menyantuni anak yatim dan orang miskin, menjalin silaturahmi memiliki nilai tambah dan dilipatgandakan pahalanya.

Semua ibadah dan amalan dalam bulan Ramadan sudah Allah tetapkan jenis dan cara melaksanakannya, sehingga tidak ada alasan untuk menambah atau menguranginya. Semuanya sudah diberi "template" oleh Sang Pencipta. Kita tinggal melaksanakan sesuai dengan template tersebut. Target yang bisa ditetapkan oleh manusia terhadap ibadah dan amalan tersebut bukan menambah, tetapi dengan memperbaiki yang belum optimal dikerjakan.

Sumber: Kaltim.tribunnews.com
Sumber: Kaltim.tribunnews.com

Setiap hamba berkewajiban untuk meningkatkan kualitas ibadah Ramadan secara terus-menerus sebagai manifestasi ketakwaannya kepada Allah SWT. Karena itulah target yang bisa kita lakukan untuk Ramadan tahun 2024 ini adalah memperbaiki kualitas ibadah yang belum optimal demi meraih derajat takwa yang menjadi tujuan utama puasa.

Apa saja ibadah atau amalan mu'amalah yang belum optimal atau sudah dikerjakan tetapi masih bolong-bolong? Tentu banyak. Sebagai manusia kita tidak akan bisa menjalani ibadah puasa secara sempurna tanpa bolong sedikitpun, meskipun kita sudah berusaha sekerasnya. Ada saja yang bolong sana-sini, entah puasanya, shalatnya, tahajudnya, it,tikafnya, atau malah amalan mu'amalah terhadap sesama makhluk.

Dalam edisi Ramadan Bercerita hari ke-2 ini, Saya akan memaparkan beberapa target yang sudah saya tetapkan untuk digapai Ramadan tahun ini. Target tersebut berdasarkan refleksi terhadap pengalaman menajalani puasa tahun lalu yang sudah pasti masih banyak bolongnya. Ibadah yang akan saya fokuskan sebagai target Ramadan 2024 dalam edisi hari ke-2 ini adalah i'tikaf. Ibadah dan amalan lain yang tidak menjadi fokus bukan berarti sudah sempurna dikerjakan, melainkan hanya menjadi pendamping untuk cerita tentang i'tikaf.

Tahun 2023 menjadi titik balik pengalaman Saya dalam menjalankan puasa Ramadan setelah perjalanan hidup saya berlansung setengah abad lebih lamanya. Titik balik tersebut saya rasakan ketika jiwa ini terpanggil untuk mencoba merasakan i'tikaf di masjid pada 10 malam terakhir Ramadan. Selain i'tikaf ada beberapa ibadah yang saya mulai coba untuk mengamalkannya meskipun tidak konsisten, seperti tahajud dan tadarusan bersama di masjid.

Waktu Ibadah yang Hilang

Dalam riwayat hidup Saya sebagai pekerja untuk menikmati waktu senggang khusus beribadah adalah hal yang paling mustahil untuk didapat. Setiap kali Ramadan tiba, Saya hanya bisa menghadapinya dari kejauhan, terhalang oleh tumpukan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga yang menggunung. I'tikaf, ibadah yang selalu menarik perhatian, terasa begitu jauh dari jangkauan.

Bertahun-tahun kesempatan untuk i'tikaf terlewat begitu saja karena badan sudah tidak sanggup lagi diajak begadang lebih lama akibat terlalu capek. Begitu juga dengan mata yang langsung sayu ketika istirahat.  Alhasil, kendaraan Saya berlalu begitu saja meninggalkan masjid dan orang-orang yang duduk dengan khusyuk di dalamnya. Tahun demi tahun pengalaman ini saya hadapi. Tidak terasa 20 tahun saya melewatkan begitu saja kesempatan untuk menggapai kemuliaan Ramadan dengan i'tikaf.

Sumber: Detik.com
Sumber: Detik.com

Setelah usia sudah melewati angka 50 tahun hidup ini mulai menjelma sebagai pintu gerbang buat Saya. Pensiun dari pekerjaan memberi Saya hadiah yang paling berharga, yaitu waktu. Dalam kekosongan pengalaman mengenai i'tikaf, Saya memutuskan untuk memulai perjalanan spiritual baru untuk menebus semua yang tertunda selama ini.

Maka pada Ramadan 2023 perjalanan spiritual baru tersebut Saya mulai. Saya memasuki awal Ramadan dengan satu resolusi, yaitu bisa ikut merasakan i'tikaf meskipun cuma sekali. Semua ritual ibadah Saya jalankan sesuai syariat dari hari ke hari. Dari sahur, shaum, berbuka, shalat 5 waktu secara berjamaah di masjid, hingga menutup malam dengan tarawi dan witir. Setiap beribadah saya memasuki masjid dengan hati penuh harap agar Allah menerima semua ibadah Saya sebagai kebaikan yang bisa dipancarkan kepada sesama.

Ibadah menjadi kegiatan rutinitas yang sudah dihafal dengan baik amalan dan bacaannya. Alhamdulillah, tidak satu pun yang terlewat yang membuat ikatan batin Saya dengan masjid menjadi begitu dekat. Semua gerak hidup Saya saat itu sudah mengikuti irama kegiatan di masjid. Suara-suara yang keluar dari masjid diterima oleh jiwa Saya sebagai sinyal kebaikan yang harus segera direspons dan ditindaklanjuti.

Waktu yang selama ini hilang seolah kembali melalui kekhusyukan dalam beribadah. Penanda-penanda ibadah ini menegaskan akan penantian yang panjang dan sunyi, bertarung dengan kenangan masa lalu yang abai untuk beribadah. Kekosongan di dalam hati yang ditutup oleh kesibukan kerja selama ini menjadi penuh terisi dengan kegiatan yang menghubungkan Saya dengan masjid.

Refleksi Kekosongan Jiwa

I'tikaf menurut Saya adalah ibadah untuk merefleksi keadaan jiwa kita selama kita hidup. Jika jiwa kita bersih dan tenang maka i'tikaf adalah ibadah yang menyenangkan dan dimudahkan pengerjaannya. Sebaliknya, kalau jiwa kita kotor maka i'tikaf menjadi ibadah yang paling berat dan sangat berat untuk dikerjakan.

Itulah pelajaran utama yang Saya petik dari pengalaman mengikuti i'tikaf di masjid kompleks. I'tikaf terlihat standar saja kegiatannya, yaitu datang ke masjid lalu baca Quran, shalat, dan duduk sambil berzikir. Itu bisa dilakukan secara terus-menerus, bisa juga diselingi dengan istirahat atau tidur sejenak di atas karpet masjid. Ta'mir di komplek kami mulai membuka kegiatan i'tikaf di masjid pada malam ke-21 hingga Ramadan selesai.

Malam itu menjadi malam pertama yang paling berat dalam perjalanan spiritual menuju i'tikaf. Tubuh yang menjadi sarang bagi jiwa, pikiran, dan iman paling berat menghadapi ujian-ujian tak terduga yang bisa melemahkan motivasi beribadah. Mata yang biasanya selalu segar untuk melakukan kegiatan malam hari tiba-tiba redup di malam ke-21 Ramadan.

Sumber: Tribunnews.com
Sumber: Tribunnews.com

Keputusan untuk i'tikaf sudah mantap sekali malam itu. Semua persiapan untuk ke masjid sudah dilakukan. Baju koko, sarung, dan kopiah sudah menempel semua di posisiya masing-masing. Anehnya, untuk mengambil langkah keluar dari rumah malam itu rasanya berat sekali. Mata tiba-tiba terasa ngantuk yang sangat berat. Kalau diikuti pasti langsung nyenyak begitu kepala mendarat di bantal.

Ngantuk ini sudah mulai menyerang dari jam 10 malam, sebelum Saya mempersiapkan diri. Makin malam mata ini semakin berat untuk dibuka. Padahal, malam-malam sebelumnya mata ini masih kuat untuk menahan beban kerja seperti membaca, menatap layar gawai, menonton televisi. Malam itu, jangankan membaca, sekadar membuka untuk melihat keadaan di sekitar saja sudah tidak kuat.

Untuk mengusir kantuk yang terus menggelayut di mata, Saya langsung bersiap-siap untuk segera berangkat ke masjid. Godaan lain untuk tetap di rumah saja muncul tidak terduga. Tiba-tiba saja Saya meras kehilangan mood untuk ke masjid. Mungkin karena mata ini terlalu mengantuk, akhirnya semangat yang tadinya menggebu-gebu tiba-tiba ikutan lemas.

Saat itu mulai muncul keinginan untuk menggeser agenda i'tikaf ke malam berikutnya saja. Di satu sisi pikiran Saya bisa membenarkan karena mata memang sudah ngantuk sekali, tapi di sisi lain keinginan untuk ke  masjid tetap kuat karena kalau tidak dimulai malam ini, maka rencana i'tikaf pasti gagal untuk selamanya. Dilema ini membuat posisi Saya terus terkunci di dalam rumah.

Saya memilih tetap berangkat meski jalannya agak terseok karena ngantuknya tetap nempel di mata. Perjalanan ke masjid dibawa santai aja mengikuti kondisi mata yang sayu. Tiba di masjid, emosi jiwa tiba-tiba berubah drastis ketika melihat jamaah menumpuk di area wudu karena pompa air masjid mati. Tidak ada yang bisa memperbaikinya sehingga air tidak bisa mengalir dari kran. Jamaah yang mungkin tidak sempat wudu di rumah terpaksa harus menunggu dulu sambil antri.

Perasaan yang tadinya biasa-biasa saja tiba-tiba berubah menjadi amarah yang dipendam sendiri. Emosi saya tidak langsung padam saat itu juga. Justru semakin membara setelah tiba di ruang i'tikaf. Saya benar-benar marah dan kesal ketika melihat jamaah tidur bergelimpangan di atas karpet, yang membuat ruang untuk orang-orang yang mau i'tikaf menjadi sempit.

Sulit bagi Saya untuk tetap tenang dengan kondisi tersebut. Amarah dalam hati yang belum padam menuntun keinginan saya untuk langsung balik badan dari pintu masjid saat itu juga. Namun, tekad untuk i'tikaf yang sudah bulat seperti memaksa Saya berdiri sejenak untuk mengendalikan amarah yang masih menggebu.

Saya terpaku beberapa menit di depan pintu masjid untuk mengamati lebih dalam situasi di dalam masjid. Dari balik pintu kaca Saya perhatikan beberapa jamaah terlihat duduk membaca Quran, ada yang wiridan, ada juga yang shalat. Jamaah lain tidur-tiduran sambil melihat gawai di tangannya. Pemandangan ini membuat amarah saya turun pelan-pelan. Setelah merasa nyaman, saya menuju ke pintu masjid yang sudah terbuka lalu masuk dan mengambil posisi yang agak lengang dan memojok.

Saya duduk sejenak seraya memikirkan ibadah apa yang akan saya kerjakan untuk mengisi i'tikaf pertama malam itu. Singkat cerita, Saya mulai dengan shalat sunat, lalu dilanjut dengan baca Quran, dan ditutup dengan zikir. Setelah itu saya ulangi lagi shalat sunah, baca Quran, dan wirid. Sampai akhirnya semua jamaah bergabung membentuk shaf untuk melakukan shalat tahajud secara berjamaah.

Saya meninggalkan masjid dengan perasaan yang campur aduk antara tenang, kesal, dan sedikit penyesalan. Meski demikian, saya tetap merasa lega karena sudah menggapai cita-cita yang belum pernah kesampaian selama ini. Saya lega karena berhasil mengarungi ujian dan cobaan, meskipun kurang optimal di ujungnya.

Saya sadar bahwa i'tikaf yang belum optimal selama Ramadan tahun lalu semata-mata bukan karena Saya tidak mampu untuk berkomitmen penuh, tetapi juga karena kurangnya perencanaan dan fokus yang tepat. Tanpa target yang jelas dan terukur, sulit untuk mengalokasikan waktu dan energi dengan efisien untuk melakukan ibadah yang "berat" seperti i'tikaf.

Target Ramadan 2024

Ramadan 2024 akan Saya isi dengan semangat untuk memperbaiki kekurangan Saya selama Ramadan 2023. Saya sudah merencanakan target Ramadan 2024 sebagai pedoman yang memiliki tujuan yang jelas dan terukur agar ibadah Saya memiliki arah yang tepat dan target yang jelas. Saya akan fokus pada target yang spesifik, yaitu manajemen waktu untuk i'tikaf dan kontrol emosi. Dari refleksi yang Saya lakukan, saya menyadari bahwa i'tikaf yang kurang optimal disebabkan oleh tidak adanya manajemen waktu untuk i'tikaf dan kontrol emosi yang buruk.

Sumber: idntimes.com
Sumber: idntimes.com

Menetapkan tujuan yang spesifik dalam beribadah bukan perkara mudah karena aktivitasnya terkait dengan tuhan yang gaib. Meski demikian, Saya merasa perlu membuat tujuan spesifik untuk mengukur target ibadah yang sudah Saya tetapkan secara subyektif. Misalnya saya ber-i'tikaf untuk meningkatkan kualitas ibadah, atau mendekatkan diri kepada Allah, atau memperdalam pemahaman agama. Dalam hal ini Saya lebih fokus pada target untuk meningkatkan kualitas ibadah.

Dengan target yang sudah ditetapkan tersebut Saya bisa tahu aspek-aspek apa saja yang harus saya kerjakan untuk mendukung peningkatkan kualitas ibadah. Misalnya, datang ke masjid setelah jam 12 malam, ketika anak-anak sudah istirahat semua sehingga ketika i'tikaf tidak diganggu dengan tingkah pola mereka di dalam masjid.

1. Fokus pada Target

Untuk meningkatkan fokus pada rencana i'tikaf pada malam ke-21 Ramadan nanti, kuncinya dimulai dari persiapan sejak di rumah, terutama dalam menghalau rasa ngantuk, malas, bad mood, hingga kesibukan-kesibukan yang tidak perlu. Caranya adalah dengan istirahat yang cukup di siang hari, mengurangi kegiatan fisik secara berlebihan, berbuka dengan makanan berserat, hingga memperbanyak minum air putih. Persiapan ini menjadi agenda utama dari target Ramadan 2024.

Untuk mendukung kenyamanan tubuh selama i'tikaf, saya memakai baju koko yang nyaman, sarung, dan membawa perlengkapan ibadah sendiri misalnya sajadah dan al Quran. Karena ruang i'tikafnya ber-AC, saya juga harus melengkapi diri dengan jaket atau sweater supaya tidak kedinginan. Handphone alat alat komunikasi pribadi yang lain ditinggal di rumah agar notifikasi pesan tidak membuyarkan konsentrasi. Selama di dalam masjid saya perlu mengontrol diri agar bicara seperlunya demi menjaga ketenangan di dalam masjid.

Langkah-langkah tersebut merupakan kenyamanan yang saya kondisikan sejak dari rumah agar bisa mendapatkan suasana khusyuk demi i'tikaf yang berkualitas. Selanjutnya, Saya tinggal mengatur ibadah-ibadah yang harus ditunaikan sebagai manifestasi dari i'tikaf yang berkualitas. Ibadah yang akan jadi prioritas dalam i'tikaf nanti adalah shalat malam dan membaca al Quran. Untuk menambah nilai i'tikaf, saya juga membuat agenda  refleksi untuk memikirkan perjalanan spiritual, mengoreksi diri, dan mengevaluasi pencapaian tujuan i'tikaf.

Untuk tahun ini, Saya membuat target i'tikaf secara penuh pada malam-malam ganjil yang dipercaya sebagai malam turunnya lailatul qadar (malam seribu bulan). Sedangkan malam-malam genap akan saya akan isi dengan tadarus, tahajud di rumah, dan beristirahat untuk memulihkan energi.

Target dan agenda i'tikaf ini meskipun sudah terjadwal dengan rapi, implementasinya tetap fleksibel mengingat situasi tidak terduga yang bisa saja terjadi. Fleksibilitas agenda ini membuat saya bisa merespons dengan bijak terhadap perubahan-perubahan yang terjadi tanpa harus kehilangan fokus pada niat untuk meningkatkan kualitas i'tikaf.

2. Kontrol Emosi

Mengontrol emosi pada malam hari saat i'tikaf, terutama ketika dihadapkan pada situasi yang memicu kemarahan atau ketidaknyamanan, merupakan tantangan yang tidak ringan. Belajar dari pengalaman Ramadan 2023, Saya mencoba untuk menerapkan beberapa teknik dasar dalam mengontrol emosi untuk mencegah masuknya pengaruh buruk ke dalam pikiran Saya sebelum menjalani i'tikaf.

Biasanya emosi negatif dipicu oleh kondisi yang tidak diduga sama sekali. Jika ini yang terjadi langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengambil nafas dalam-dalam ketika emosi mulai memuncak. Jika masih sulit dikendalikan dengan teknik ini, saya akan menjauh dari pemicu emosi untuk sementara. Misalnya berjalan-jalan sejenak di sekitar area masjid, atau berwudu.

Terkait dengan kebiasaan jamaah yang tidur di dalam tempat i'tikaf, sejauh tidak mengganggu secara langsung kekhusyukan beribadah lebih baik diabaikan saja. Saya tidak perlu tersinggung dan emosi karena situasi tersebut. Justru saya harus bisa menurunkan ego untuk mengontrol emosi dan menjaga kekhusyukan i'tikaf.

Dalam kondisi seperti ini, kontrol emosi yang paling efektif adalah berpegang pada prinsip kesabaran. Emosi negatif yang muncul ketika hendak i'tikaf juga bisa dialihkan dengan berdoa dan berzikir. Merenungkan ayat-ayat suci atau mengucapkan kalimat-kalimat tasbih dapat membantu menenangkan pikiran dan menjaga fokus pada ibadah. Teknik-teknik ini saya pelajari dalam rangka mengontrol emosi supaya tidak mengganggu kekhusyukan i'tikaf.

Depok, 12 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

04 March 2025
SEDANG BERLANGSUNG
Cerita Kocak Pas Sahur
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 2 
05 March 2025
Puasa Jalan Terus, Produktivitas Jangan Tergerus
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 3
06 March 2025

MYSTERY TOPIC

Mystery Topic 1
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 4
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Cara Seru Nunggu Bedug di Ketemu Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun