Mudik Bermotor, Rindu Keluarga Tak Terperi
Mudik Bermotor, Rindu Keluarga Tak Terperi
Oleh: Suyito Basuki
Mudik merupakan istilah khas Indonesia. Kata "mudik" berarti pulang ke kampung halaman setelah sekian waktu bekerja atau melakukan tugas di kota lain.
Kata "mudik" selalu bermakna positif karena terkait dengan upaya mempertahankan tali silaturahmi keluarga tetap terjalin, meski "jauh di mata tetap dekat di hati".
Dalam bahasa Jawa, mungkin kata ini sama dengan kata "bali ndeso", meski tidak persis benar maknanya, sebab ada juga orang yang mudik dari kota kecil, pulang di hari raya ke rumah orang tua atau keluarga yang bertempat tinggal di kota besar.
Mencari padanan kata "mudik" ini dalam bahasa Inggris, mungkin agak sulit. Barangkali kata bahasa Inggris yang hampir sama itu "back home" ya, tapi nuansanya tetap berbeda dengan kata "mudik".
Sebagai Oase
Mudik menjadi aktifitas yang tak bisa dielakkan manakala orang ingin merayakan hari raya, baik Idul Fitri, Natal Tahun Baru dan hari raya lainnya, bersama keluarga yang berada di "kampung".
Mudik menjadi sarana perjumpaan yang mendatangkan kebahagiaan bagi yang datang maupun bagi yang menerima kehadiran anggota keluarga yang tengah mudik.
Orang yang mudik biasanya banyak bercerita tentang kehidupan keluarga dan pekerjaannya di kota yang bisa jadi mencengangkan bagi orang-orang desa.
Sebaliknya, kesederhanaan kehidupan pedesaan dengan kesejukan alam lingkungan menjadi semacam oase bagi para pemudik setelah bertahun-tahun bergelut dengan kebisingan dan polusi udara kota serta masyarakat kota dengan segala sikap individualistisnya.
Oleh karenanya, mudik, adalah suatu aktifitas dan kesempatan yang dipersiapkan jauh hari sebelumnya dan kemudian diusahakan semaksimal mungkin dilaksanakan supaya dapat bertemu dengan keluarga di kampung.
Saat pemerintah membuka peluang mudik tahun 2022 ini, dengan dasar pertimbangan banyak warga yang sudah mendapatkan vaksin dan kurva statistik Covid-19 menurun, maka masyarakat antusias menyambut kesempatan mudik ini, setelah tahun lalu pemerintah melarangnya.
Seperti mudik tahun-tahun sebelum pandemi, para pemudik selain memanfaatkan kendaraan umum, seperti pesawat terbang, kapal, kereta api, pemudik juga menggunakan mobil atau motor pribadi.
Pulang ke Boyolali dan Ngawi
Pagi hari, jam 5 pagi, hari ini 29 April 2022, di SPBU Ungaran beberapa motor berjejer di depan ruang mushola SPBU dan toilet. Ada satu mobil jenis city car yang juga ikut parkir.
Rupanya sebuah keluarga muda yang menumpangi mobil tersebut dengan seorang anak kecil dalam gendongan orang tuannya. Beberapa orang melakukan sholat subuh dan beberapa orang lagi masih merebahkan diri di atas sebuah tikar, di teras bangunan SPBU. Dari barang bawaan mereka, saya yakin mereka sedang dalam perjalanan mudik ke daerah masing-masing.
Oleh karenanya saya mewawancarai salah seorang dari mereka. Namanya Tomy, seorang anak muda mengaku sebagai seorang karyawan sebuah pabrik softex di Tangerang.
Dia memanfaatkan masa cutinya, sejak hari ini, 29 April hingga 8 Mei 2022 dengan mudik ke kampung halamannya di kabupaten Boyolali Jawa Tengah.
Sudah setahun ini, Tomy mengaku bekerja di Tangerang. Tomy pulang bersama dengan seorang temannya yang akan mudik ke Ngawi Jawa Timur. Mereka berangkat dari Tangerang sejak Jumat, 28 April kemarin pukul 16.00.
Mereka sempat mengalami kemacetan di Cikampek, namun setelah itu perjalanan lancar hingga berhenti di SPBU Ungaran ini untuk istirahat dan melaksanakan sholat subuh.
Berhati-hati di Jalan
Sepanjang jalan antara Ungaran ke arah Bawen, menuju arah Salatiga, bisa dilihat pemudik yang menggunakan sepeda motor untuk mencapai tujuan kampungnya.
Hal ini bisa disaksikan dengan adanya motor-motor yang memiliki beban tas atau box di bagian belakang sadel motor. Beban tas atau box itu diikat dengan menggunakan tali supaya tidak jatuh. Mungkin tas atau box itu adalah tempat untuk pakaian, barang-barang kecil bawaan mereka.
Rata-rata mereka berboncengan, seperti pasangan suami istri. Kadang ada juga, anak di depan, ayah yang memegang kendali kendaraan dan kemudian ibu di belakang ayah.
Kalau mereka ini sedang dalam perjalanan jarak jauh, maka cara mengendarai motor seperti ini sangat berbahaya. Kelebihan kapasitas selain mengurangi performa laju motor, juga berbahaya untuk keselamatan pengendara karena penguasaan pemegang kendali kendaraan itu tidak bisa leluasa.
Akhirnya kita semua bergembira dengan kesempatan mudik di saat hari raya Idul Fitri tahun 2022 ini. Semoga para pemudik, khususnya yang naik mobil maupun motor pribadi, tetap harus berhati-hati.
Selain itu hendaklah tetap jaga jarak dan mematuhi protokol kesehatan. Semoga mereka bisa bertemu dengan keluarga dengan penuh kedamaian dan kesejahteraan; sebagai obat rindu yang tak terperi.