Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Guru

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Tradisi Menyambut Bulan Ramadan

2 April 2022   11:59 Diperbarui: 2 April 2022   15:39 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Menyambut Bulan Ramadan
Sumber foto: Shutterstock/Armankara 19 Via Kompas.com

Awal bulan Ramadan tahun ini berdasarkan keputusan Pemerintah yang telah disampaikan oleh Menteri Agama tadi malam yaitu jatuh pada hari Minggu tanggal 3 April 2022.

Ada sebagian umat islam yang melaksanakannya hari ini, tetapi perbedaan tidak akan mempengaruhi terhadap nilai ibadah puasa yang akan dijalankan.

Tradisi Menyambut Datangnya Bulan Ramadan

Menjelang datangnya bulan Ramadan, ada beberapa tradisi yang dilakukan oleh umat islam termasuk saya dan masyarakat yang ada di kampung kami.

Pertama melakukan papajar. Papajar berasal dari kata mapag fajar artinya menyambut datangnya fajar bulan Ramadan.

Tradisi papajar merupakan tradisi masyarakat Sukabumi, Cianjur dan beberapa daerah lainnya di Jawa Barat. Dilakukan dengan cara mengunjungi tempat rekreasi dengan membawa bekal makanan, bisa juga melakukan botram ataupun makan bersama dengan keluarga, teman ataupun kerabat.

Pada saat hari Sabtu minggu kemarin, anggota pengajian ibu-ibu di masjid yang dekat rumah mengadakan botram bersama setelah kajian dari ustadz selesai.

Kegiatan ini rutin diadakan setiap tahun di minggu terakhir bulan Sya'ban. Panitia menyediakan makanan di teras masjid untuk ibu-ibu yang hadir. Dananya diambil dari infak yang dikumpulkan oleh anggota pengajian setiap minggunya.

Selesai salam-salaman, ibu-ibu langsung dipersilakan untuk mengambil makanan dan dimakan bersama di teras masjid. Saya langsung pulang karena sebelum berangkat ke masjid sudah sarapan terlebih dahulu.

Di tempat saya mengajar pun sama, pada hari Rabu tanggal 30 Maret 2022 selesai KBM semua warga sekolah melakukan botram di tempat wisata tengah sawah Leuwi Ereng (tempat wisata ini pernah saya tulis, bisa dibaca di sini).

Papajar keluarga besar SMPN 2 Cibadak di Leuwi Ereng (dokumentasi pribadi Pajar)
Papajar keluarga besar SMPN 2 Cibadak di Leuwi Ereng (dokumentasi pribadi Pajar)
Saya dan tim literasi tidak ikut botram ke sana karena sedang mempersiapkan pameran untuk kegiatan Monev oleh tim dari Provinsi yang akan dilakukan keesokan harinya.

Tak kalah dengan orang tua, anak-anak pengajian yang ada di kampung kami mengadakan botram selesai sholat Jum'at kemarin. Botramnya dilakukan di rumah guru ngaji yaitu kakak ipar yang lokasinya bersebelahan dengan rumah saya.

Botram anak-anak pengajian (sumber foto: dokumentasi pribadi)
Botram anak-anak pengajian (sumber foto: dokumentasi pribadi)
Tentu saja yang melakukan persiapan adalah kakak ipar yang dibantu oleh 3 orang ibu-ibu yang merupakan orang tua anak-anak pengajian. Sedangkan anak-anak perempuan hanya membantu memotong-motong sayuran.

Menu yang disajikan adalah nasil liwet, sambal, ikan asin, lalap mentimun, telur yang diolah 2 macam yaitu ada yang dibuat dadar dan telur balado, tahu, tempe  sayur kangkung serta kerupuk.

Selesai sholat Jum'at, anak-anak langsung berkumpul. Karena jumlah anak-anak pengajian cukup banyak sekitar 37 orang, botramnya di bagi di dua tempat yaitu di teras dan di dalam rumah.

Makannya menggunakan alas daun pisang, dan makanan semua disajikan di situ. Sebelum makan dilakukan doa bersama terlebih dahulu.

Acara botram anak-anak pengajian baru dilakukan tahun ini, itupun berdasarkan permintaan dari mereka dengan membayar iuran Rp. 5.000, 00 setiap anaknya. Usia anak-anak bervariasi, mulai usia anak SD, SMP dan beberapa anak yang sudah duduk di bangku SMA.

Kedua adalah pembagian bubur ayam dan nasi kuning gratis. Lokasi rumah saya dekat dengan pabrik garmen milik pengusaha Korea.

Di sepanjang jalan dekat pabrik banyak pedagang makanan, antara lain pedagang gorengan, nasi padang, masakan sunda, bubur ayam dan nasi kuning. Bila mencari sarapan ataupun untuk makan siang tidak akan susah.

Ada kebiasaan salah satu pedagang bubur ayam di kampung kami yaitu membagikan bubur gratis sehari menjelang bulan Ramadan.

Pedagangnya bernama Mang Puloh, yang lokasi jualannya di pinggir jalan dekat sebuah bengkel. Tradisi ini sudah dilakukan beberapa tahun, dan tahun ini pembagian bubur ayamnya dilakukan pada hari Jum'at pagi kemarin.

Selain Mang Puloh, ada juga yang membagikan nasi kuning graits. Tadi pagi sepulang dari pasar saya mampir ke warung tetangga ingin membeli nasi kuning yang sudah dibungkus menggunakan daun pisang dengan ukuran kecil. Harganya murah Rp. 2.000,00 per bungkus.

Nasi kuning hanya ditaburi bawang goreng saja dan dimakan dengan gorengan dan sambal kacang. Makan satu bungkus tidak akan kenyang, jadi minimalnya harus membeli 2 bungkus.

Tetangga saja menjualnya tidak banyak, setiap hari hanya memasak 2 liter beras untuk dibuat nasi uduk karena harus bersaing dengan dua pedagang nasi kuning yang lainnya.  

Saat saya membeli, yang tersisa hanya 2 bungkus lagi. Ketika saya mau membayar, kata pedagangnya tidak usah dibayar karena hari ini nasi kuning dan gorengannya gratis. Pedagang ini belum satu tahun berjualannya, dan baru membagikan nasi kuning gratisnya sekarang.

Saya mengucapkan terima kasih, dan dalam hati berdoa semoga berkah rezekinya dan jualannya semakin maju.

Ketiga melakukan ziarah ke kuburan orang tua yang sudah meninggal. Tradisi ini dilakukan oleh sebagian besar umat islam di seluruh tanah air.

Saya dan suami sudah melakukan ziarah ke makam orang tua saya minggu kemarin. Hari ini suami bersama dengan anak pergi ke Cianjur untuk berziarah ke makam mertua dan berkunjung ke rumah kakak ipar yang ada di sana. Saya tidak ikut, karena akan memasak untuk sahur pertama nanti.

Keempat silaturahmi ke rumah saudara. Kebiasaan saya menjelang bulan Ramadan yaitu mengunjungi saudara-saudara dari ayah yang berada di Kecamatan Cisaat. Kisahnya pernah saya tulis setahun yang lalu (baca di sini)

Untuk tahun ini ada yang berbeda, yaitu kami semua berkumpul di rumah sepupu yang memiliki sebuah pesantren di kampung Cipancur Cisaat.

Sudah lama ada rencana untuk mengumpulkan saudara-saudara keturunan kakek dari pihak ayah dan baru bisa dilaksanakan pada hari Minggu kemarin.

Semua yang berkumpul adalah cucu dan cicit dari kakek, sebenarnya masih ada 2 orang adiknya ayah yang masih ada tetapi keduanya sudah sakit-sakitan sehingga tidak kuat untuk bepergian.

Silaturahmi bersama dengan keluarga kakek (dokumentasi pribadi)
Silaturahmi bersama dengan keluarga kakek (dokumentasi pribadi)
Sebelum berkumpul di tempat ini, saya dan suami mengunjungi rumah kedua bibi yang berada di kampung lain sekaligus ziarah ke makam kakek dan nenek.

Kakek sudah meninggal sejak saya lahir, sedangkan nenek meninggal ketika saya duduk di bangku SD. Seingat saya nenek itu perawakannya kecil serta selalu mengenakan kain dan kebaya.

Pada saat keluarga besar berkumpul, kami melakukan doa bersama untuk kakek, nenek dan anak-anaknya yang sudah meninggal termasuk ayah dan ibu yang dipimpin oleh kakak sepupu.

Setelah berdoa, kakak sepupu yang merupakan pimpinan pondok pesantren menceritakan riwayat tentang kakek, anak-anaknya termasuk ayah.

Saya sangat terharu mendengar kisahnya. Kakek seorang petani, dan ayah adalah satu-satunya anak yang tidak diperbolehkan untuk membatu kakek mencangkul di kebun ataupun sawah.

Ayah disekolahkan dari SD sampai SGB (Sekolah Guru Bantu) hingga diangkat menjadi PNs guru di Cibadak, dan akhirnya bisa bertemu dan menikah dengan ibu.

Setelah selesai acara, kami langsung makan bersama yang disediakan oleh tuan rumah. Kami tidak dikenakan iuran sedikitpun, karena hari itu di Pesantren masak banyak untuk acara munggahan bersama dengan para santri.

Wasana Kata

Banyak tradisi yang dilakukan oleh masyarakat muslim menjelang datangnya bulan Ramadan sebagai bentuk rasa syukur dan rasa gembira terhadap datangnya bulan suci ini.

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi umat islam yang melaksanakannya.  Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga bisa menjalankan ibadah puasa sebuan penuh dengan khusu dan bisa meraih kemenangan.

Terima kasih telah membaca artikel ini.

Cibadak, 2 April 2021

Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun