UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Freelancer

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Khutbah Idul Fitri 1446 H Dampak Positif Habituasi Bulan Ramadan

10 April 2024   09:25 Diperbarui: 10 April 2024   09:33 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khutbah Idul Fitri 1446 H Dampak Positif Habituasi Bulan Ramadan
dok. pri

 

Habitus tersebut antara lain: Pertama, membiasakan diri untuk beribadah dengan berharap Ridho dan Rahmat Allah Swt. Memperbanyak amaliyah ibadah kepada Allah dengan mempertimbangkan kualitas merupakan bentuk dari sikap ini. Yang dimaksud dengan kualitas ibadah adalah ibadah dilaksanakan dengan benar atas dasar perintah Allah dan contoh dari rasul-Nya. Syaikh An-Nawawi al-Bantani, dalam kitabnya Maraaqil ‘Ubudiyah, menjelaskan bahwa Ibadah sabagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menjalankan ketaatan dari amalan yang diwajibkan oleh Allah atas dirinya baik secara individu (fardhu ‘ain), maupun secara kolektif (fardhu kifayah), dan amalan-amalan sunnah hingga Allah mencintainya. Dan apabila Allah telan mencintainya, maka Allah akan memelihara anggota badanya agar tidak berbuat apapun yang tidak di ridhoi oleh-Nya dan tidak berdiam diri tanpa melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Alhasil barangsiapa yang bermujahadah unruk mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan fardhu dan sunnah, niscaya Allah akan mendekatkan orang tersebut kehadirat-Nya, dan mengangkat derajatnya dari tingkat iman ke ihsan. Ia akan menjadi hamba yang menyembah Allah dengan sepenuh hati dan rasa rindu sehingga dapat melihat Allah dengan mata hati seakan-akan ia melihat-Nya dengan mata lahir. Pada saat itulah, hatinya dipenuhi dengan Ma’rifat Allah dan perasaan cinta kepada-Nya, Cintanya semakin bertambah sehingga tidak ada lagi tempat dihatinya kecuali kecintaan kepada Allah. Jika sudah demikian, maka segenap anggota-anggota badannya tidak akan berbuat kecuali yang sejalan dengan hati nuraninya. Inilah yang dimaksud bahwa di dalam hatinya tidak ada sesuatu melainkan Allah, ma’rifat Allah, cinta dan zikir kepada-Nya.

Kedua, bulan Ramadhan membiasakan kita untuk mengendalikan nafsu amarah hingga kita menjadi pribadi yang tidak mudah marah dan menjadi pemaaf. Nafsu amarah di dalam al-Qur’an disebut dengan nafsu yang memerintahkan kepada perilaku suu’ (kesesatan).

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Nafsu Amarah adalah nafsu yang pelengkap yang diberikan oleh Allah kepada manusia agar manusia dapat bergerak, berkembang biak, memiliki keinginan yang oleh Ibn Sina disebut dengan an-nafs al hayawaniyyah, sebagaimana nafsu yang dimiliki oleh binatang tentang keserakahan, ingin menguasai, ingin memiliki, suka menjalin permusuhan dan memiliki nafsu sahwat sebagai sifat dasar (menurut Ghazali: conatus) makhluk hidup. Maka jika nafsu ini menguasai hati dan akal fikiran manusia, Allah menggambarkannya seperti binatang bahkan lebih rendah darinya sebagaiamana tertuang dalam QS. al-A’raf [7]: 179 berikut:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ ۝١٧٩

 

Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk (masuk neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.

Baca juga: Bagaimana Awal Mula Adanya Kehidupan di Bumi?

Melalui ibadah puasa inilah, nafsu ini dikendalikan, jika seorang mukmin berbuka sebagai tanda dibolehkannya makan dan minum, serta berhubungan suami istri diwaktu malam (QS. Albaqarah[2]: 187), maka terdapat dua ciri perilaku berbuka bagi siapa saja yang mampu mengendalikan atau hanya sekedar menahan nafsunya. Jika pengendalian ini dilakukan oleh seorang mukmin maka cara berbuka puasa dapat mencontoh cara-cara Rasulullah berbuka yakni hanya meminum air putih dan 3 buah kurma (boleh diganti dengan ta’jil lain sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tertentu dengan tidak berlebihan. Akan tetapi berbeda dengan menahan hawa nafsu, baginya akan ditunaikan keserakahan dan keberlebihannya saat berbuka puasa, semua menu makanan disediakan untuk dirinya dan siap disantap habis meskipun sesungguhnya dirinya tidak mampu menghabiskannya. Dengan demikian tingkatan tertinggi dari pengendalian hawa nafsu tersebut, seseorang akan mampu menahan amarah, dan menjadi pemaaf, tidak ujub (membanggakan diri) dan sumbong, karena sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri dan sombong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun