Ramadan Buat Sinten
Gadis itu menatap wajah neneknya. Ada rasa sedih yang bergelayut dalam hatinya. Wanita tua itu kini satu-satunya tempat bergantung. Teman berbincang, mencurahkan segala rasa yang tengah menjerat hati.
Tapi kini wanita itu menggeletak tak berdaya. Dua hari demam tinggi. Gadis itu tak tahu, penyakit apa yang tengah diderita. Semua saran tetangga telah dicoba. Terakhir memberinya minum air kelapa muda.
"Mudah-mudahan beliau lekas sembuh." Batin gadis itu.
Tugasnya pagi ini untuk neneknya telah ia tunaikan. Menyeka seluruh kulit keriput itu dengan air hangat. Menyisir rambutnya dan menggelungnya. Kemudian menyuapinya dengan bubur kacang hijau kesukaannya.
Setelah sarapan, ketika si nenek mulai memejamkan matanya, gadis itu beranjak pergi meninggalkannya. Ia sendiri sejak subuh sudah kenakan seragam sekolah. Bergegas ia ambil tas dan bukunya. Sebelum ke sekolah ia mampir dulu ke rumah tetangga.
"Bagaimana nenekmu ? Sudah mendingan belum ?" Tanya ibu muda yang sering menolongnya ketika remaja SD itu datang ke rumahnya..
"Sudah agak turun demamnya. Air kelapa mudanya mujarab Mak." Jawabnya.
"Semua keluargaku kalau demam obatnya itu. Pergi ke dokter biayanya berat. Orang-orang seperti kita tak mampu memenuhinya."
Gadis itu menunduk.
"Titip nenek ya Mak. Aku berangkat sekolah."