Ramadan Buat Sinten
Bu guru Kurnia setelah pamit bergegas pulang. Ia sudah tahu beban hidup yang disangga muridnya itu. Cerita hidup Sinten akan ia bawa ke sekolah. Untuk menyentuh hati murid-muridnya.
Tanpa sepengetahuan Sinten, Bu Guru Kurnia berhasil mengetuk hati siswa-siswinya. Mereka sepakat satu persatu bergantian berkunjung ke rumah Sinten. Serta tak lupa membawa takjil untuk kawan berbuka dan sahur gadis itu dan neneknya.
Sejak itu setiap sore, lepas magrib, selalu datang seorang tamu ke rumah Sinten membawa makanan. Mereka adalah teman-teman gadis itu di sekolah.
Kehadiran mereka atas saran ibu gurunya. Pesannya, di bulan Ramadan agar mereka lebih banyak berbagi. Terutama kepada kawan dekatnya, yang tengah terlilit beban hidup.
Kini wajah Sinten tak murung lagi. Cahaya mukanya lebih sumringah. Temannya datang bawa oleh-oleh, nasi sayur lengkap dengan lauknya. Makanan itu menemaninya saat berbuka dan sahur di bulan Puasa.
"Alhamdulillah."kata neneknya. Sinten mengangguk, mengamininya.
Meski mereka hidup susah, namun tak banyak berharap program makan gratis dari pemerintah. (Wahyudi Nugroho).
Bendo, 21 Maret 2024