Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak
"Tabe Neon Amlilat Idul Fitri Neukit", Salam Idul Fitri dalam Bahasa Dawan
Ucapan Salam Selamat Idul Fitri bagi masyarakat Timor mungkin merupakan sesuatu yang baru. Alasan pertama, ucapan dalam Idul Fitri tidak ada dalam kamus Bahasa Dawan. Pasalnya, sejak awal mula Agama Islam belum begitu familiar bagi masyarakat Dawan di Timor.
Alasan kedua karena sejak kerajaan Nusantara kuno pengaruh Islam tidak sampai ke pulau Timor. Sejak abad ke 16, tanah Timor sudah dikuasai oleh penjajahan Portugis yang membawa agama Kristen khususnya Katolik. Lalu sejak abad ke 17, datang penjajah asal Belanda yang beragama Kristen khususnya Protestan di Timor bagian barat.
Dengan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan dengan itu terjadilah pembauran kebangsaan antar suku bangsa agama dan bahasa.
Hal ini ditambah dengan adanya program perpindahan penduduk antar wilayah kesatuan RI menyebabkan suku Jawa yang beragama Islam bisa berpindah dan menetap di Timor yang dominannya beragama Kristen. Demikian pun sebaliknya orang Timor yang beragama Kristen dapat berpindah dan tinggal di Jawa yang beragama Islam.
Dengan demikian pembauran semakin terjadi. Persahabatan antar-umat beragama dengan berbagai suku pun tidak bisa dihindari lagi. Tidak ada suatu tempat pun di dunia ini yang masih terus mempertahankan eksklusivitas beragama. Bisa saja daerah yang dulunya basis agama Kristen kini bukan lagi basis agama Kristen. Demikian pun sebaliknya.
Dahulu di Timor tidak ada mesjid. Yang ada hanya gereja. Kalau ada mesjid pun itu hanya ada di Ibu Kota Kabupaten misalnya di Kupang, Soe, Kefamenanu, dan Atambua. Sedangkan di kecamatan tidak ada sama sekali. Namun sejak memasuki abad keterbukaan, di mana-mana mulai ada umat Muslim yang datang dan diterima serta menetap bersama umat Kristen di Timor.
Mereka hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Antara mereka terjalin relasi sosial yang akrab dan penuh persaudaraan. Seperti yang tertulis di dalam Kitab Mazmur 133:1-3 yang berbunyi:
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Dari sanalah kemudian muncullah syair dan ungkapan khas Timor yang berbunyi "Bolelebo Ita Nusa Lelebo. Leko kanaleko ita nusa leko neis".
Syair ini bila diterjemahkan secara bebas sebenarnya mau mengungkapkan bahwa tanah Timor bersama masyarakatnya merupakan masyarakat yang mempunyai rasa persaudaraan yang tinggi sehingga baik tidak baik tanah dan orang Timor lebih baik.
Meskipun ucapan Selamat Idul Fitri tidak ditemukan dalam Kamus Bahasa Dawan Pah Timor, namun berkat keterbukaan dan pembauran kebangsaan yang terjalin sejak terbentuknya NKRI maka Orang Timor pun mulai membuka diri dan mengucapkan Selamat Hari Idul Fitri kepada umat Islam yang merayakannya. Bahkan Tanah Timor menjadi tanah atau nusa dengan rasa toleransi terbaik.
Ucapan salam Idul Fitri dalam Bahasa Dawan Atoin Pah Meto berbunyi:
"Tabe Fesat Idul Fitri neukit al-alkit ok oke au aok biakin atoin Muslim sin ok oke. Tabe mbi neon malilat Idul Fitri. Tetus Ma Nit Nako uisneno nsaon ma mbel mbi hit monik neno-neno".
Artinya:
"Selamat Pesta Idul Fitri buat saudara-saudari umat Muslim semuanya. Salam bahagia di hari sukacita Idul Fitri ini. Semoga rahmat dan anugerah dari Tuhan turun dan menetap dalam hidup sehari-hari".
Sekali lagi. Dari lubuk hati yang terdalam sebagai Orang Timor mengucapkan "Tabe Neno Idul Fitri neukit ok-oke". Selamat Hari Idul Fitri bagi kita semua!
Atambua, 02.05.2022