RAMADAN

Ketika Agama Serupa Pil Ekstasi di Grup WhatsApp

20 Maret 2024   23:33 Diperbarui: 3 April 2024   15:57 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Agama Serupa Pil Ekstasi di Grup WhatsApp
Diskusi Lintas Agama (sumber gambar: antara.com)

Demi pengantar tidur, saya biasanya membuka grup WhatsApp (WA). Bergerebok-bergerobak chat dari para bestie bermunculan di layar grup WA. Namanya juga aplikasi peranakan medsos arus utama Facebook

Chat-chat bertengger dari atas ke bawah. Kayak bertandang-tandang buah pisang membanjiri layar WA.

Chat mereka tidak ada yang bisa diinterupsi. Kecuali mungkin Mbah admin grup sebagai kepala suku tertinggi yang bisa nge-delete kata-kata di grup WA.

Di malam suntuk itu, malam Rabu, bulan Ramadhan, 1445 H/2024 M berlangsung obrolan sembari diskusi ringan setelah saya mengusung beberapa tulisan dari pentolan intelektual beken. Profesor Sumanto Al Qurtuby namanya. Saya senang dengan tulisannya, yang relatif bebas. 

Ragam tema tulisannya menukik ke soal cara berpikir dan potret seorang atau kelompok muslim.

Dari sekian banyak tulisan agama yang mendarat di grup WA, hanya Profesor Sumanto yang merangsang para bestie. Di sana ada senior yang bikin gemes dan yunior rasa suhu yang bikin lemes.

Tentu ada yang jempol dan ada yang bikin bete habis dan tidak sreg bahkan ogahan dengan tulisan Profesor Sumanto. 

Begitulah, panas dinginnya grup WA, ia tetap grupku. Pasalnya, grup itu sebagai tele-nongkrong, yang istilah bestie di kota dulu disebut ruang silaturahim ide.

Nyatanya, tidak semua bestie, baik senior maupun yunior bersedia berbeda pendapat apalagi berdebat kusir. Setop! Debat kusir! 

Berbeda pandangan, tetapi enak tenang berdiskusi. Daripada umpet-umpetan, mendingan kita berdiskusi. 

Sudahlah, saya dan bestie memang tidak jarang berbeda pandangan. Hal itu adalah hal biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun