Ketika Agama Serupa Pil Ekstasi di Grup WhatsApp
"Pengantar tidur ye, jawabku." Iye, adami teguran dari "langit." Waktunya rehat. Begitu kata Prof. Hadi.
Besoknya, ada yang saya perlu komentari tentang kiriman video lewat Facebook (FB) dari Ustadz Khalid Basalamah. Kiriman link FB dari bestie lain bernama Dokter Iman Subekti.
"Seperti halnya di Masjid Raya, tampaknya Ustadz Khalid di hari-hari mendatang akan sulit mendapat izin ceramah di Masjid Kubah. Ini hanya prediksi," kata Iman. Terlepas dari kekhawatirannya, saya mencoba berkomentar. "
Dari rerataceramahnya Ustadz Khalid, apa dan bagaimana kontennya?"
Mendadak muncul komentar dari bestie yang lain. "Materinya Quran hadis persis dengan materi dakwah Muhammadiyah terutama tempo dulu. Saat itu Muhammadiyah juga dilabeli Wahabi dan dipersekusi di mana-mana. Maka lucu ketika saat ini ada juga oknum-oknum Muhammadiyah ikut-ikut juga menyerang model dakwah yang dilakukan saudara-saudara kita Salafi.
Sekarang Muhammadiyah berdamai dan mesra dengan NU karena sudah meninggalkan model dakwahnya Al Quran-As Sunnah," urai Doktor Siswanto.
Bestie ini paling sewot jika ada pendapat atau pandangan yang berbeda dengannya. Tipe bestie ini pukul rata. Istilahnya, gaya buldozer. Dia menjadi sparing diskusi denganku lewat grup WA.
"Oh, pantesan!" Sahutku.
"Ada apa dengan Salafi?" Tanya Doktor Siswanto. "Ini persis yang saya sebut kelucuan yang tidak lucu. Mengaku Muslim tetapi susah berdamai dengan sesama Muslim. Tapi membanggakan pemikiran atheis dan non Muslim," tambahnya lagi.
Mengutip pemikiran Profesor Sumanto. Begini kutipan, nyaris 99,99 persen.
"Fenomena tentang ke-salafi-an bukan hanya ada di komunitas Islam, tetapi juga di kalangan Kristen. Sewaktu Profesor Sumanto Al Qurtuby dua tahun tinggal di Virginia, USA, dulu, dia berkesempatan menelusuri jejak-jejak "Kristen salafi" ini.