Ketika Agama Serupa Pil Ekstasi di Grup WhatsApp
Saya sepakat dengan saran dari kawan. Saat tebar pesona tulisan seseorang, usahakan hindarilah mencap penulis atau tokoh pemikir jika belum kenal secara bulat riwayat hidupnya. Berdiskusi tidak gampang di ruang WA karena apa isi kepala yang satu belum tentu sama dengan isi puluhan hingga ratusan anggota grup.
Tadinya, saya cuma membayangkan diskusi di bidang pemikiran atau penafsiran atas teks agama. Lalu, diskusi agama berkembang ke arah lain. Diskusi ditarik ke soal laknat-laknatan Tuhan jika menghambat dakwah.
Saya salah menduga. Saya kira diskusi agama sekitar halal haram, surga neraka hingga soal gamis bin jubah. Saya pikir yang diskusikan soal mengapa tidak pakai jenggot.
Jika sudah berjenggot, pria muslim dianggap belum syar'i. Belum lengkap katanya jika bercelana jingkrang. Terus, apalagi setelah jingkrang? Setiap bid'ah dalalah, setiap dalalah neraka tempatnya. Kita pun bisa sesak nafas dibuatnya.
Memangnya agama hanya soal jingkrang dan bid'ah. Karena tidak ada tuntunannya, ada pihak yang menolak organisasi. Ia tidak ada di zaman Nabi. Absen di zaman para sahabat.
Terus, mengapa ada oknum yang aktif sebagai Aparat Sipil Negara (ASN)? Bukankah di pemerintahan ada organisasi perangkat daerah?
Masalahnya juga, mengapa sekalian naik onta karena berkendaraan roda empat hingga pesawat terbang tidak ada di zaman Nabi. Apakah semuanya masuk ke wilayah ibadah dari perkara dunia?
Itulah mengapa ruang diskusi di WA penuh warna-warni. Anda anggap salah, saya anggap benar. Tergantung darimana kita melihatnya.
Istilahnya, jika hanya memakai kaca mata kuda, saya yakin, penilaian seseorang terhadap masalah hanya satu arah.
Padahal agama dilihat dari berbagai arah. Diskusi agama mesti multipersfektif. Coba kita melihat bak di atas puncak gunung. Segala arah relatif bisa dilihat.
Bayangkan saja, orang sesekali membaca tulisan tentang pemikiran Islam dari tokoh tiba-tiba mencap agen sekuler. Diskusi dan diskusi. Barang satu jam diskusinya lantaran jika tidak dibatasi bisa tembus pagi.