Mesin dan Hasrat untuk Mengetahui
Pengetahuan menempatkan kaum obskuntaris berlari di atas sebuah lensa cekung melalui pemaksaan dirinya untuk berpikir dan memerlihatkan seluas-luasnya rentetan tanda kerawanan gairah lain. Di samping itu, kehadiran sensasi gurih atau lezatnya makanan bisa menukik melalui tubuh.
Sensasi dipengaruhi melalui hasrat untuk mengetahui sebelum keduanya terjalin kelindan antara satu dengan lainnya. Hasrat untuk mengetahui sensasi melalui tubuh. Kita bisa tergoda dengan mesin virtual.
Apa jadinya jika tidak ada wujud virtual? Kembalikah ke wujud alamiah?
Saya kira, kegiatan bisa berjalan tanpa wujud virtual atau tanpa mesin artifisial. Orang bisa kembali menggunakan sarana informasi lewat burung merpati.
Kita tahu, sebuah pos merpati ada jauh sebelum ada medsos. Saya yakin, orang tidak ingin menunggu sebulan lamanya atau lebih untuk menerima informasi lewat pos merpati.
Saya ada, saya berhasrat. Saya berhasrat di tengah hasrat dalam mesin lainnya. Ketika saya berada di titik koordinat terjauh, maka setiap retakan, lempeng, dalam, luas, tinggi, panjang-pendek, dan semburan nafsu yang dilengkapi sifat, bentuk, dan tanda melebihi sensasi. Begitulah, mesin adalah kita. Hasrat untuk mengetahui dengan tubuh digeluti di ujung teriakan malam.
Pada satu sisi, pengetahuan melintasi, menggali, dan menemukan kembali dirinya di tengah pusaran aliran darah dan aliran hasrat dalam tubuh: tinggi dan rendah, besar dan kecil. Dalam ‘tanda-tanda’: gelak tawa dan ironi, galau dan absurd. Pergerakan sensasi diambil-alih dengan mesin otomat. Saya berhasrat dalam kekaguman pada tubuh yang monoton.
Di sisi lain, daya ‘pesona’ tubuh berakhir dalam tubuh baru. Tubuh virtual.
Tubuh digumuli oleh imajinasi. Ia disentuh melalui mesin. Ia ada melalui hasrat untuk mengetahui sebagaimana tubuh lebih nyata.
Meskipun gerakan tiruannya ditampilkan penuh elegan, seperti topi sulap mencari deret ukur untuk sekedar menyenangkan penonton yang sesungguhnya tidak bisa diukur. Kecuali ia berapa banyak topi sulap mengeluarkan burung merpati. Itu sudah lain ceritanya.
Disalurkannya hasrat untuk mengetahui secara merata, muncul di tengah kerumunan mainan imajinasi sebagai cuilan mesin pengganda mimpi atau citra gairah, dimana teka-teki, guyonan, dan pesan yang tegas merenggut kualitas tubuh (citra, warna, bau, panas, dingin ala Lockean).