RAMADAN

Bidadari Penghuni Surga

24 Mei 2018   14:59 Diperbarui: 24 Mei 2018   15:19 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mulai gelisah, aku lirik arlojinya sudah menunjukkkan pukul 07.15, tinggal 15 menit lagi jam kerja sudah dimulai. padahal perjalanan ke tempat kerja memerlukan waktu 30 menit. Perlahan aku bergeser untuk menyelinap dan segera berangkat, belum sempat dia melangkah tiba-tiba ada suara yang menghentikan.

" Mbak Tarra, tolong dihubungi keluarganya ya, kondisi Bu Aminah makin parah." Bu Hadi setengah berteriak.

" Maaf Bu , saya tidak mempunyai nomor keluarga Bu Aminah , kalau ada yang punya biar saya telefon nanti." jawab ku spontan.

Sambil menunggu aku menelfon ke kantor, memberitahukan bahwa aku akan datang terlambat , karena ada urusan mendadak menolong tetangga sakit . Aku merasa lega karena pihak kantor mengizinkannya. Suami dan anak-anak Bu Aminah tidak ada yang mengangkat saat ku telefon , kemungkinan karena nomor asing atau mereka sedang sibuk bekerja.

Sementara kondisi Bu Aminah makin memburuk, Perasaan ku makin gundah maka segera ku usulkan beliau  dibawa ke RSU. Ternyata para tetangga tidak ada yang mau membantu dengan alasan kesibukan masing-masing, bahkan mereka justru menyuruh ku untuk mengantar ke RSU dengan alasan aku dianggap mempunyai pengalaman dalam menangani pasien. Aku tak mampu mengelak lagi sementara para tetangga berangsur surut . Tinggal aku, Bu Hadi , dan Pak Amir, Sopir Bu Hadi.

" Bu , saya minta tolong Ibu untuk menemani saya mengantar Bu Aminah sekaligus mohon dipinjami mobilnya Bu."

" Baik Mbak Tarra, Pak Amir, tolong ambil mobilnya !" jawab Bu Hadi cepat.

Tak seberapa lama Pak Amir sudah tiba, segera kami angkat Bu Aminah ke dalam mobil. Sekejab mobil sudah melaju menuju RSU Pusat Dr. Sardjito. Aku dan Bu Hadi menjaga Bu Aminah yang masih belum siuman. Aku meraih ponsel berusaha menelfon keluarga Bu Aminah, mulai dari Pak Andik , suami Bu Aminah, anak pertama ,dan kedua tak ada yang mengangkat..Tapi alhamdulillah tersambung. Aku ceritakan semua yang menimpa Bu Aminah,

Sesampai di RSU, para perawat dengan sigap membawa Bu Aminah ke ruang IGD , sementara aku dipersilahkan mengurus ke bagian administrasi. Aku agak bingung saat petugas menanyakan identitas pasien, karena selain aku hanya tetangga kos selembarpun aku tak membawa identitas Bu Aminah, namun setelah aku ceritakan kronologinya , alhamdulillah petugas bisa menerima semua alasan ku, dan sebagai jaminan aku harus tetap di tempat sampai keluarga Bu Aminah datang dan nanti harus melengkapi semua peresyaratannya.

Aku tak ada pilihan lain, segera ku telefon pimpinan untuk menyampaikan peristiwa yang terjadi dan sekaligus mohon izin . Ya Alloh...selamatkan Bu Aminah, Beliau seorang yang baik, tiba-tiba air mata ku mengalir, ada rasa sesak menekan di dada. Bu Aminah seusia dengan ibu ku di kampung, aku terbayang ibu yang juga sering sakit-sakitan, oh semoga Alloh selalu melindungi Ibu, di sini aku menjaga Bu Aminah semoga Alloh senantiasa menjaga Ibudi sana.

Pintu terbuka, tampak dokter dan beberapa perawat keluar, aku segera menghadang,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun