RAMADAN

Bidadari Penghuni Surga

24 Mei 2018   14:59 Diperbarui: 24 Mei 2018   15:19 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Bagaimana keadaan Bu Aminah dok ?"

" Kita sudah berupaya maksimal, semoga ada keajaiban." dokter segera berlalu meninggalkan ku yang ternganga sendiri.

Segera ku tengok ke kamar, rupanya Bu Aminah belum sadar. Ku lihat beberapa alat dipasang pada tubuh Bu Aminah, tiba-tiba bulu kuduk ku berdiri, nyeri rasa di dada. Tak sampai hati aku melihat beliau dalam kondisi seperti ini. Aku sangat prihatin, dalam kondisi seperti ini, tak seorang pun keluarganya yang mendampingi. Sungguh sangat ironis seorang istri dan ibu yamg sholihah dan baik harus terlantar.

Ku peluk erat tubuh lemah ini, sementara air mata ku tak dapat kompromi lagi. Ku genggam erat tangannya , Ya Alloh selamatkan Ibu, Ibu bertahanlah....

Tiba-tiba terasa belaian lembut menyentuh kepala ku, aku terkejut ku lihat Bu Aminah tersenyum menatap ku. Mata itu begitu lembut penuh kasih, tak sedikitpun tergambar bila beliau sedang sakit, Alhamdulillah... benar-benar keajaiban Alloh, bisikku dalam hati.

" Ibu... Alhamdulillah Ibu sudah siuman, gimana Bu, apa yang Ibu rasakan, Ibu tidak sadar lama sekali , Tarra khawatir sekali, Ibu minum ya ?" tanya ku bertubi-tubi, aku tak mampu menutupi rasa bahagia.

Bu Aminah menatap ku dengan penuh kasih, senyumnya begitu damai terasa adhem... Beliau menggeleng pelan. Tangannya merengkuhku dalam peluknya, pelukan seorang ibu yang penuh kasih benar-benar serasa aku dalam pelukan ibu kandungku. Ku dengar beliau berbisik..

" Terima kasih Ya Alloh... hari ini aku sangat bahagia, tlah Kau hadirkan malaikat kecil untukku, aku bersyukur masih kau beri kesempatan untuk memeluk dan mencium anak sebaik ini. Sungguh aku benar-benar bahagia bahkan apabila Engkau memanggil ku saat ini pun aku rela."

" Ibu, kenapa Ibu berkata seperti itu, jangan Bu , Ibu akan baik-baik saja."

Aku berusaha melepaskan dekapan nya. Ku tatap Bu Aminah, wajah itu masih tersenyum.

" Nak, jangan khawatir, Ibu baik-baik saja. Ini hanya ungkapan syukur Ibu telah menemukan anak yang tlah lama Ibu rindukan, sudah lama Ibu kehilangan moment seperti ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun