RAMADAN

Bidadari Penghuni Surga

24 Mei 2018   14:59 Diperbarui: 24 Mei 2018   15:19 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Enggak Nak, Ibu lanjutkan cerita, ternyata kecurigaan anak-anak terbukti, awalnya Ibu juga merasa marah dan kesal, Ibu merasa sebagai istri sudah berusaha mengabdi dengan segenap jiwa raga bahkan semua harta dari pihak Ibu semua sudah Ibu serahkan untuk keluarga, disaat kami benar-benar dalam kondisi sulit Bapak justru meninggalkan tanggung jawabnya.

Suatu hari Bapak Ibu ajak berbicara baik-baik, namun Bapak tetap tidak mengakui. Namun prilakunya makin menjengkelkan, sudah semakin jauh. Saat itu anak-anak meminta Ibu untuk bersikap tegas, namun Ibu memilih untuk bertahan, karena Ibu sangat menghargai perkawinan dan yang jelas istri wajib memjaga aib suami dan mengarahkan dan selalu mendampingi saat suami khilaf, Ibu tak mungkin tega membiarkan Bapak makin terpuruk dalam kelalaian, bukankah kita diwajibkan menjaga diri kita dan keluarga dari api neraka?"

" Subhanallah ...Ibu benar-benar sosok istri ideal. Cantik, baik, sabar dan tabah, sholehah lagi. Heran saja ada orang yang rela menyia-nyiakannya. Kenapa Ibu tidak melepas Bapak saja, bukankah tak ada manfaatnya Ibu pertahankan. Ibu justru makin menderita lahir bathin. "

" Itulah Nak, Ibu mencintai Bapak karena Alloh, sehingga Ibu hanya mengharap ridho-Nya semata. Ibu anggap ini merupakan ujian kesetiaan dari-Nya. Alloh telah menjanjikan surga bagi istri yang taat pada suami dan taat kepada-Nya. Kenapa kita tak menjemput jalan surga ini dengan sabar dan doa?"

" Tarra rasa Ibu terlalu sabar dan terlalu mengalah dengan Bapak."

" Ah Nak Tarra bisa saja, namun ternyata sesuatu yang terlalu itu memang tidak baik, terlalu baik, terlalu percaya, akhirnya hilang kehati-hatian kita, terlalu longgar ternyata akhirnya terlepas. 

Dengan kejadian itu Ibu tidak hanya kehilangan suami namun juga kehilangan dua mutiara Ibu, mereka kecewa dengan sikap Ibu yang selalu membela Bapak, tak pernah mendengar nasihat mereka, namun sebenarnya semua itu Ibu lakukan agar anak-anak tidak membenci Bapaknya dan tetap menghormatinya, hanyan itu motivasi Ibu."

" Selama dua puluh tahun Ibu menyimpan ini, tanpa ada yang tahu ? bagaimana Ibu bisa menjalaninya?"

" Ibu yakin semua pasti ada hikmahnya, dan apabila kita tertimpa masalah sebaik-baik curhat hanya kepada Alloh melalui shalat ,doa, dan sabar. Ibu yakin suatu saat mereka akan disadarkan Alloh, Ibu tak pernah putus berdoa, karena hanya Alloh yang mampu membolak-balikkan hati makhluk, tak ada yang mustahil apabila Alloh berkehendak."

Ada butiran bening di ujung mata Bu Aminah, dan butiran itu mulai membasahi pipinya. sege ra ku hapus, tiba-tiba Bu Aminah menangkap tangan ku.

" Anakku, meski kau tidak terlahir dari rahim ku, namun aku rasakan kau yang terdekat, aku lega dipertemukan dengan mu. Semua sudah Ibu sampaikan, kau memberikan Ibu kekuatan , Ibu makin iklas untuk pergi, iklas meninggalkan semuanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun