Bidadari Penghuni Surga
" Ibu mau pergi ke mana? Ibu gak boleh kemana-mana, Ibu nanti keluar dari rumah sakit tinggal bersama Tarra saja ya, biar ada yang merawat."
" Ibu sudah mantap untuk pergi, ternyata kesabaran Ibu selama ini belum dizinkan Alloh untuk menyadarkan suami dan anak ibu yang justru makin jauh. Ibu sudah sampai pada titik untuk melepas dan mengikhlaskan semua. Ibu harus melangkah menuju tempat keabadian, di sanalah ibu seharusnya berada, Ibu ingin selalu bersama mu, namun semuanya tak mungkin, Ibu pamit dulu ya, jaga dirimu baik-baik."
Aku tertegun, Ibu tak boleh pergi beliau masih sakit. Lalu apa yang harus aku katakan pada keluarganya nanti kalau keluarganya datang. Loh kenapa aku baru sadar semua alat yang menempel pada tubuh Ibu semua sudah dilepas. Meskipun sudah sembuh Ibu tidak boleh meninggalkan rumah sakit semaunya sendiri.
" Ibu...Ibu.. jangan pergi Bu... Ibuuu.. ."
Terasa pundakku dipegang seseorang , aku segera menoleh, ternyata dokter dan para perawat sudah berdiri di belakang ku.
" Iklaskanlah , Ibu sudah pergi. " Kata dokter pelan.
Aku terperanjat, ku pandang jasad terbujur di depan ku tangan kanan nya masih menggenggam tangan ku. Ya Alloh apa yang terjadi... aku benar-benar tak percaya. Baru saja Ibu berbincang dengan ku... .
Ku pandang wajah Bu Aminah yang tersenyum, tampak ayu, lembut, dan iklas.
Innalillahi wa innailaihi rojiun... selamat jalan Ibu, semoga husnul khatimah. Semoga Alloh membalas kesabaran Ibu dengan surga.