kaekaha
kaekaha Wiraswasta

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

"Basambang" di Rawa-rawa, Bersama Julak Mamutiki Iwak

8 Maret 2025   21:35 Diperbarui: 9 Maret 2025   08:36 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Basambang" di Rawa-rawa, Bersama Julak Mamutiki Iwak
Menyusuri Tepian Sungai Sungai dan Rawa Menuju Titik-titik Tampairay | @kaekaha

Ngabuburit di rawa, bersama Pak de mengambil/memanen ikan

Ngabuburit di rawa, bersama Pak de mengambil/memanen ikan. Begitulah kira-kira makna terjemahan dari judul tulisan diatas. Basambang atau basasambang, merupakan kosakata dalam bahasa Banjar yang mempunyai makna sepadan dengan kata ngabuburit dalam bahasa Sunda  maupun bahasa Indonesia. 

Sedangkan kata mamutiki sebenarnya memang identik dengan kata kata memetik dalam bahasa Indonesia tapi untuk makna jamak/banyak, sehingga bisa juga dimaknai sebagai mengumpulkan dan penggunaan kata mamutiki ini dalam bahasa Banjar juga cenderung lebih luas.

Baca Juga Yuk! Berusaha Melazimkan Setiap Detik Waktu Kita Bernilai Ibadah 

Sedangkan tampiray adalah sebutan Urang Banjar untuk lukah atau bubu dan sejenisnya, yaitu sebuah alat untuk menjebak ikan di rawa-rawa atau tepian sungai yang biasanya dirangkai dari bahan rotan, bambu atau sekarang sudah ada juga yang membuat dari bahan kawat 

Tampiray atau lukah ini sebenarnya banyak tersebar di berbagai daerah di nusantara. Pembedanya mungkin hanyalah bahan, ukuran dan juga desain bentuk tampiray-nya yang secara umum disesuaikan dengan target ikan yang diincar, baik jenis maupun ukurannya, juga target lokasi peletakan tampiray-nya yang biasanya di titik-titik strategis pinggiran sungai atau rawa-rawa.

Jadi, cerita ini memang perihal "basambang", ngabuburit versi kearifan lokal Urang Banjar di Kalimantan Selatan berikut diasporanya di senja hari Bulan Ramadan. Yuk, Basambang di rawa...

Tampiray yang Baru Saja Dibangkit atau Diangkat | @kaekaha
Tampiray yang Baru Saja Dibangkit atau Diangkat | @kaekaha

Merujuk pada julukannya yang telah lama melekat sebagai Kota 1000 Sungai, tentu masyarakat nusantara dan dunia sudah mafhum dengan fakta unik topografis dan juga geografis Kota Banjarmasin, mantan ibu kota Propinsi  Kalimantan Selatan ini.

Rata-rata ketinggian daratan kotanya yang hanya 60-80 cm dibawah permukaan air laut, menyebabkan sebagian besar daratannya didominasi perairan darat, berupa sungai dan rawa-rawa. Inilah asal muasal julukan Kota 1000 Sungai yang kelak menjadi identitas Kota Banjarmasin.

Baca Juga Yuk! Lho Mbah, Arah Kiblat Sholatnya Kok ke Arah Barat?

Persentuhan selama berabad-abad antara Urang Banjar dengan ekosistem perairan darat, melahirkan kearifan lokal yang kelak kita kenal sebagai budaya sungai dan salah satu kearifan lokalnya yang sampai sekarang masih eksis dan terbukti ikut berperan menjaga kelestarian ekosistem sungai dan rawa adalah tradisi maiwak atau cara menangkap ikannya yang sangat ramah lingkungan.  

Di antara sekian banyak cara menangkap ikan dalam tradisi maiwak khas Urang Banjar ini, ada satu teknik maiwak yang paling populer karena ramah lingkungan dan cocok untuk ekosistem tepi sungai dan rawa, relatif mudah, sederhana, tidak perlu skill khusus, tapi setiap hari hasilnya bisa dipanen, yaitu teknik maiwak dengan menggunakan tampiray. 

Nah, sore ini kita akan basambang alias ngabuburit produktif dengan mamutiki  atau memanen ikan dari puluhan sampai ratusan  tamparay yang tersebar dipinggir sungai dan rawa-rawa belakang rumah. Yuk siap-siap!  

Tampiray dari Bahan Kawat Siap Dipasang kembali Setelah Ikannya Dikeluarkan | @kaekaha
Tampiray dari Bahan Kawat Siap Dipasang kembali Setelah Ikannya Dikeluarkan | @kaekaha

Secara keseluruhan, aktifitas mamutiki atau tepatnya mamanen ikan dari dalam tampiray ini biasa disebut Urang Banjar sebagai mambangkit (mengangkat;bahasa Banjar) tampiray

Aktifitas ini sangat mengasyikkan, karena dilakukan dengan menyusuri anak-anak sungai dan jalur air rawa-rawa di sela-sela berbagai jenis kumpay, sejenis rerumputan rawa dengan menggunakan jukung atau perahu kayu kecil khas Banjar yang sensasinya tuh dijamin ngangeni banget!

Jadwal mamutiki atau memanen iwak dari Tampiray ini idealnya dua kali dalam sehari, pagi dan sore. Jadi pas banget untuk aktifitas basambang atau ngabuburit.

Baca Juga Yuk! Memaknai Produktivitas Berkelas ala Cak Udin "Rombeng"

Hal di lakukan untuk meminimalisir kematian ikan yang terjebak dalam tampiray, terutama ikan dengan badan besar yang juga sering terperangkap. Karena kalau ikan terlanjur mati, biasanya hanya bisa diolah menjadi iwak karing dan iwak asin (ikan kering/ikan asin;bahasa Banjar) saja, nggak bisa diolah menu lain. Sayang kan!?

Apalagi kalau hari panas dan banyu (air;bahasa Banjar) sedang surut, biasanya saat begitu ikan yang terjebak di tampiray jauh lebih banyak daripada saat banyu tinggi akibat air pasang karena hujan atau sungai konektor dapat kiriman banjir dari hulu. 

Anak Sunagi yang Menjadi Tempat Memasang Tampiray Sekaligus Jalur Basambang Kita sore ini | @kaekaha 
Anak Sunagi yang Menjadi Tempat Memasang Tampiray Sekaligus Jalur Basambang Kita sore ini | @kaekaha 

Oiya, tipikal rawa di Banjarmasin rata-rata merupakan rawa pasang surut atau rawa lebak yang terhubung dengan sungai, handil, anjir atau jalur-jalur pengairan tradisional khas Banjar lainnya dengan kedalaman bervariasi. Untuk rawa-rawa lebak yang menjadi obyek penempatan tampiray ini, kedalamannya antara 0,5 meter sampai 1 meter yang biasanya akan semakin dalam jika semakin dekat dengan sungai konektor.

Baca Juga Yuk! Semua Menang, Semua Senang di "War Takjil" Pasar Wadai, Banjarmasin

Di Banjarmasin, iwak atau ikan yang menjadi target maiwak dengan menggunakan tampiray ini umumnya adalah ikan-ikan berukuran kecil seperti sapat atau ikan sepat (Trichopodus trichopterus), ikan Sapat Siam (Trichopodus pectoralis), Papuyu atau ikan bethik/bethok (Anabas testudineus).

Meskipun terkadang ada juga ikan-ikan berbadan lumayan besar ikut terjebak, seperti haruan atau ikan gabus (Channa striata), pentet atau sejenisikan lele asli Kalimantan, walut atau belut (Monopterus albus), kadang-kadang ada juga ikan mas atau nila, bahkan juga ular rawa yang terjebak dan tidak bisa keluar lagi dari tampiray.

Ikan Hasil Mambangkit Tampiray Pertama | @kaekaha
Ikan Hasil Mambangkit Tampiray Pertama | @kaekaha

Sejak bahari (dulu;bahasa Banjar), aktifitas mambangkit tampiray ini menjadi salah satu aktifitas favorit Urang Banua, termasuk para galuh alias gadis-gadis Banjar, bahkan juga anak-anak, karena sensasi mengangkat tampiray itu memang nggak ada obat! Apalagi kalau di dalamnya banyak terdapat ikan dengan jenis yang beragam dan cukup besar-besar. Duh ... berjuta rasanya mas bro!

Sebenarnya, daya tarik aktivitas yang satu ini bukan hanya sensasi pas mambangkit dan mautiki iwak-nya saja lho! Karena tampiray ini diletakkan terpisah dengan jarak yang lumayan berjauhan dan jumlahnya cukup banyak, bisa puluhan sampai ratusan, maka dengan mendayung jukung, saat menuju ke masing-masing lokasi tampiray, bisa menjadi olahraga alternatif untuk membantu membakar lemak.

Dan satu lagi! Di sepanjang perjalanan mendayung jukung, kita juga akan disuguhi kekhasan sekaligus keunikan ekosistem rawa dan sungai atau jalur pengairan tradisional khas Kalimantan Selatan yang juga ijo royo-royo bikin adem mata, hati dan pikiran.

Baca Juga Yuk! Segera Mulai, Sebesar Apapun Langkah untuk Meraih Dunia dan Akhirat

Selain padi khas rawa tanaman milik warga yang ditanam di sawah yang juga bagian dari rawa lebak dangkal, rawa-rawa ini juga menjadi habitat berbagai jenis tanaman-tanaman rawa berdaun hijau segar seperti Genjer (Limnocharis flava), Jariangau (Acorus calamus L. Acoraceae), Kalakai atau pakis (Stechnolaena palustris),  supan-supan atau sayuran putri malu (Neptunia oleracea), talipuk atau bunga teratai (Nymphae pubescens Willd) dan banyak lagi yang lainnya.

Gimana, sudah siap basambang bersama Julak, mambangkit dan mamutiki iwak dari tampiray?

Hayuk bajajalanan ka Banjarmasin!(BDJ8325)

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!


"Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1446 H"


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

10 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG
Mindful Eating saat Sahur & Berbuka
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 8 
11 Mar 2025
Tetap Olahraga di Bulan Puasa
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 9
12 Mar 2025

MYSTERY CHALLENGE

Mystery Challenge 2
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 10
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Cara Seru Nunggu Bedug di Ketemu Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun