menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)
Makna Ramadan, untuk Esok yang Lebih Baik
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka selamat datanglah kepadanya. Telah datang bulan shaum membawa segala rupa keberkahan. Maka alangkah mulianya tamu yang datang itu." (HR Ath-Thabrani)
Ramadan. Bulan penuh ampunan, harapan, berkah, rahmat, saat mana Allah SWT menjanjikan nikmat, lahir batin, kebaikan dunia akhirat, tiada batas. Segala kebaikan bahkan dilipatgandakan pahalanya.
Bulan suci ini hadir meluruskan yang kusut, merapikan yang terserak, menanamkan kembali yang tercerabut. Dalam kefanaan hidup, selalu diperlukan jeda waktu untuk berbenah. Para pekerja membutuhkan jam istirahat dan libur, mesin harus ada waktu berhenti menghindari panas dan kerusakan.
Seperti juga jiwa, hati, pikiran, ataupun tatanan sosial budaya. Semua membutuhkan jeda dan koreksi. Amarah penyebab stress membutuhkan latihan untuk diredam. Dendam perlu diobati dengan memaafkan. Ketika dilakukan secara massal dan berjamaah menjadi terasa mudah dan ringan. Bahu membahu, saling menyemangati dan mengisi. Ramadan hadir menjadi ajang kebersamaan dalam mengasah diri. Termasuk juga mengistirahatkan hati / pikiran dengan cara mengendalikan / meredam emosi yang kerap meledak-ledak menguras enerji .
Semua terwujud dalam ramadan yang hangat, menyejukkan hati, damai, menenteramkan. Bulan yang selalu menghidupkan rindu, kedekatan diri kepada Yang Maha Penyayang, kedekatan kepada keluarga, tetangga , sesama dan semesta raya. Ada muara tempat berlabuhnya rasa syukur, rindu, tentang ketulusan, cinta dan kasih sayang. Allah telah menganugerahi bulan yang indah ini, untuk kebaikan kita semua, alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin.
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena keimanan dan hanya mengharap pahala, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. al-Bukhari).
Bulan ini saatnya menempuh ritual ‘memaksakan’ dan 'mendisiplinkan' diri sendiri. Ketika segenap hati, pikiran dan tindakan diri sendiri harus kita taklukkan. Memulai kebaikan hidup dari diri sendiri. Tentu saja kita butuh komitmen kuat dalam mendidik dan mendisiplinkan diri. Shaum dapat mengubah habit menjadi lebih baik, itupun butuh enerji dan kekuatan tekad. Menjadi baik itu memang perjuangan. Kedewasaan diri perlu daya tahan dan daya juang.
Berpuasa adalah ibadah semata-mata karena Allah. Menggapai ridhoNya , menekan dan mengendalikan segala bentuk emosi negatif dan kemungkaran diri. Termasuk juga mengendalikan gaya hidup dan pola makan agar tidak berlebihan. Pada bulan ini shaum mengarahkan agar manusia lebih peduli kepada fakir miskin. Ridho Allah bukan hanya tentang ritual shalat, shaum, zakat dan ibadah haji, mengaji, doa dan zikir saja, tapi juga tentang relasi antar manusia. Tentang hak-hak yang halal atau tentang saling menolong dalam kebaikan. Bahkan juga relasi manusia dengan flora, fauna, semesta raya (bumi, laut, gunung, sungai, hutan, danau dan lain sebagainya)
Cukuplah rasa lapar haus selama shaum menyadarkan, betapa miris mereka yang berkutat dengan kerja kasar (buruh kasar ,pekerja sektor non formal), yang menguras tenaga/fisik berpacu dengan lapar dan letih. Pola hidup yang lebih sederhana,memungkinkan kita ada harta lebih untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Bukan hanya fakir miskin, tapi juga para korban bencana alam dan lainnya.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Al A’raf 31 yang artinya:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Dalam konteks yang lebih luas, melawan dorongan berbuat kesalahan bukanlah hal mudah. Kerap jika kesalahan dilakukan berjamaah, menjadi trend, hilang rasa bersalahnya. Sebaliknya kebaikan yang dilaksanakan berjamaah akan saling memupuk dan menguatkan.
Standar dan nilai tentang pemikiran, perasaan, sikap, apa saja yang masuk kriteria baik dan dianjurkan (amar ma’ruf), serta kemungkaran diri yang harus dihindari (nahi mungkar) telah Allah turunkan tatacara dan aturannya dalam Al Qur’an dan Hadits.
Ramadhan telah menautkan silaturahmi hangat kala menambah/mengasah ilmu di tempat tempat majelis ta’lim dan masjid, kenikmatan saat berbuka puasa. Kenikmatan saat bersedekah dan berbagi.
Bulan Ramadhan, seperti dilansir dalam web site Universitas Pakuan , Ramadhan berasal dari kata Romadh yang artinya ialah panas menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini (di Arab) jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Panas yang dihasilkannya lebih tinggi dibanding yang lain.
Sementara Imam Al-Qurthubi menafsirkan,dinamakan bulan Ramadhan karena menggugurkan (membakar) dosa-dosa dengan amal saleh.
Puasa ramadhan bukan hanya menguggugurkan dosa , namun berkembang menjadi manfaat-manfaat sehat pikiran, sehat jiwa dan sehat tubuh. Proses pemaksaan diri yang memberikan multiply efek.
Dr. Bagus Riyono, M.A., dosen Psikologi UGM , mengatakan berpuasa itu bermanfaat meningkatkan kontrol diri. Seperti yang beliau ungkapkan dalam kegiatan Pojok Bulaksumur di Kantor Pusat UGM (20Maret 2023) seperti dilansiri web site berita UGM (Universitas Gajah Mada) , bahwa dengan berpuasa kita dilatih delay gratification, atau menunda pemuasan dari makan, emosi dan lainnya. Jiwa dilatih disiplin dan tekun sehingga hati merasakan tenang. Proses melatih diri merespon semua hal dengan lebih tenang dapat menurunkan stress.
“Puasa Ramadan menjadi momentum untuk bersiap-siap menjalani kehidupan setelah selesai nanti. Jadi jangan sampai mengendalikan diri hanya saat puasa saja, justru ini menjadi latihan mengendalikan diri untuk persiapaan kehidupan setelah puasa,”paparnya
Sementara pada kesempatan yang sama Dietisien dari FKKMK UGM, Tony Arjuna, S.Gz., M.Nut.Diet., AN., APD., Ph.D., mengungkapkan puasa melatih tubuh dalam pembakaran kalori, membuat badan secara fisik menjadi semakin sehat.
Jiwa raga yang sehat, akan berdaya dalam meningkatkan moralitas dan etos kerja. Kinerja dan produktvitas sumber daya manusia di segala sektor akan membaik. Bekerja dan berkarya adalah bagian dari ibadah,nilai pahalanya besar sesuai manfaat dan maslahat bagi banyak orang.dan sesuai niatnya. Niat bekerja ,berkarya, berkarir yang mengharap ridho Allah, akan ditenagai dengan cara kerja yang fair, tekun, jujur, dan baik, tidak dengan cara yang merugikan atau di atas penderitaan sesama. Selalu dibarengi cara yang diridhoi Allah, penuh rasa kasih sayang kepada sesama.
Makna bulan Ramadhan begitu indah, luas , dalam , seperti juga nikmat Allah yang tiada batas. Cara menyikapi dan menjalaninya tetap bermuara pada jalan yang telah Allah tunjukkan kepada kita, dan yang Rasullullah contohkan dalam keteladanan dan sunahnya.Dari sudut pandang siapapun menafsirkan kedalaman dan keluhuran Makna Ramadhan, kebersamaan saat menjalaninya betapa selalu membuat rindu.
Alangkah indahNya janji Allah akan diijabahNya doa dan rahmat di Malam Lailatul Qadar.
Betapa nikmatnya shaum Ramadhan yang penuh berkah, saat doa-doa kita diijabahNya , saat amal kebaikan diterimaNya.
Amatlah beruntung mereka yang terus menerapkan tradisi mengelola diri ala Ramadhan di keseharian pada bulan-bulan selanjutnya, seterusnya sepanjang waktu. Belajar tentang mulianya kesederhanaan. Terus berupaya mengendalikan emosi diri, empati terhadap sesama , penuh kasih sayang, kesabaran, bijak menyantap makanan, disiplin, tekun, tertib, menjaga silaturahmi , pemaaf, dan semua kebaikan yang kita bangun menjadi lebih berkualitas di sepanjang Ramadhan.
Sebuah pelajaran lagi dari kegiatan shaum Ramadhan. Melakukan segala amal kebaikan bukan karena riya. Melainkan karena motif kuat, ingin hasil kerja, pemikiran dan karya bermanfaat bagi semesta dan sesama, sehingga mendapat ridho Allah. Banyak karya karya besar yang inspiratif lahir karena motif tersebut.
Semoga menejemen motif dan niat yang terbangun selama Ramadhan akan membentuk moralitas , ahlaq dan etos kerja positif, selalu menjadi lebih baik dan terus membaik. Menjadi esok yang lebih baik, mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan terdekat, lingkungan kerja , negara , bangsa dan semesta dunia.