Sungkowo
Sungkowo Guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Dua Siswa Kami Ngabuburit Sembari Menguatkan Jiwa Kewirausahaan

2 April 2024   22:14 Diperbarui: 3 April 2024   16:09 1735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Siswa Kami Ngabuburit Sembari Menguatkan Jiwa Kewirausahaan
Ilustrasi 1: Di tepi sepanjang jalan depan SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, ramai penjual takjil, 2/4/2024. (Dokumentasi pribadi)

Sebab, setiap siswa memiliki keunikan, termasuk keunikan untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan yang (mungkin) sudah tertanam di dalam dirinya. Tertanamnya tentu disebabkan oleh berbagai faktor.

Bisa saja karena lingkungannya telah mendidik mereka. Karena orangtua, misalnya, sudah bergerak di bidang usaha. Karena lingkungan sekitar banyak yang membuka usaha.

Tapi, dapat saja karena kondisi dan situasi keluarga mengharuskan mereka ikut berusaha. Intinya, mereka membantu orangtua karena kebutuhan keluarga belum terpenuhi.

Dan, sepertinya, kedua siswa kami  ikut usaha bosnya berjualan es karena faktor kondisi dan situasi keluarga yang mengharuskannya. Mereka membantu orangtua karena penghasilan orangtua masih perlu didukung.

Bagi saya, mereka siswa yang berbeda dengan siswa yang lain. Sebab, sekalipun mereka sekolah --seperti teman-temannya-- masih menyediakan waktu untuk beraktivitas positif. Berwirausaha, walaupun mengikut bos,  merupakan aktivitas positif.

Sekalipun memang aktivitas positif tak harus berwirausaha. Bisa yang lain. Misalnya, berolahraga, membaca buku, mengikuti ekstrakurikuler, dan bergabung di kegiatan keagamaan atau sosial.

Hanya, kedua siswa kami yang ini lebih khusus karena mereka bergerak di bidang kewirausahaan. Dan, saya, sekali lagi, hingga kini belum menjumpai siswa lain yang bergerak di bidang serupa.

Mereka berdua berada dalam satu kelas. Satunya, bernama Ahmad Rizky Fatony Adhan, yang biasa dipanggil Tony. Dan, satunya lagi, bernama Ahmad Hanafi, yang biasa disapa Hanafi.  

Tony dan Hanafi secara akademik termasuk dalam kelompok biasa. Artinya, tak tergolong sangat pintar (kelompok tinggi), juga tak termasuk tak pintar (kelompok bawah).

Mereka dapat mengikuti pembelajaran secara wajar. Saat materi yang diajarkan mudah, mereka dapat mengikutinya. Ketika materi yang disampaikan sulit, mereka, terutama Hanafi, mau bertanya kepada guru.

Memang keunikan yang mereka miliki, khususnya mengenai "keberaniannya" terjun ke bidang kewirausahaan, belum ada siswa lain di kelasnya yang menyerupai mereka. Bahkan, mungkin siswa lain di sekolah tempat saya mengabdi, belum ada yang menyamainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun