Sungkowo
Sungkowo Guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Dua Siswa Kami Ngabuburit Sembari Menguatkan Jiwa Kewirausahaan

2 April 2024   22:14 Diperbarui: 3 April 2024   16:09 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Siswa Kami Ngabuburit Sembari Menguatkan Jiwa Kewirausahaan
Ilustrasi 1: Di tepi sepanjang jalan depan SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, ramai penjual takjil, 2/4/2024. (Dokumentasi pribadi)

Sebetulnya, berjualan es yang selama Ramadan dijalani ini tak terlalu lama durasinya. Sebab, begitu waktu magrib tiba, sudah selesai, tak sampai pukul 21.00 WIB.

Sehabis sekolah, katanya, ia, tentu juga Tony, mempersiapkan barang jualannya di rumah bosnya. Dari rumah bosnya hingga di lokasi berjualan, di jalan depan lokasi sekolah, barang yang dijual diantar dengan mobil.

Sampai di lokasi berjualan, mereka menata es yang dijual. Lokasi Hanafi berjualan berbeda dengan lokasi Tony berjualan. Lokasi Hanafi berjualan ada di sisi barat jalan, sedangkan Tony di sisi timur jalan.

Dengan begitu, baik masyarakat yang menggunakan sisi jalan bagian barat maupun timur dapat membeli. Mereka tak perlu menyeberang jalan untuk membeli es dengan "merek" yang sama.

Saya tak menanyakan lokasi penataan tempat mereka berjualan. Mungkin bosnya yang menginisiasi, terkait dengan ilmu pemasaran. Tapi, mereka berdua pasti memahaminya. Ini pengalaman belajar yang tak diperolehnya dari sekolah.

Sebuah pengalaman belajar yang sangat bermakna karena langsung bersentuhan dengan perihal kehidupan sehari-hari, yang sangat kontekstual. Hal seperti ini, di antaranya, yang justru kelak dibutuhkan oleh mereka untuk menjalani kehidupan.

Hanafi, sepertinya, sudah memiliki ilmu kewirausahaan yang cukup baik. Sebab, ketika memasuki  Ramadan, berjualan cilok sepi pembeli, ia beralih berjualan es. Dan, berjualan es memang ramai pembeli saat Ramadan.

"Saya berjualan sampai magrib saja, seminggu sekali bayaran saya ambil, dapatnya 280 ribu," kata Hanafi saat ditanya berapa penghasilan berjualan es pada Ramadan ini. Penghasilan ini relatif sama dengan ketika ia berjualan cilok.

Lanjutnya, kalau berjualan cilok waktunya panjang, dari sehabis pulang sekolah sampai jam sembilan malam. Dan, selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Sementara itu, Tony, belum pernah berjualan cilok. Dari awal ia berjualan es. Bahkan, berjualan es dilakukan jauh sebelum Ramadan, sama seperti Hanafi. Tapi, sempat berhenti.

Dan, kata Hanafi, Tony sempat mau bergabung dengannya berjualan cilok. Karena setelah mereka  berhenti berjualan es, Hanafi langsung alih usaha, yaitu berjualan cilok, sementara Tony belum move on.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun