Sungkowo
Sungkowo Guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Dua Siswa Kami Ngabuburit Sembari Menguatkan Jiwa Kewirausahaan

2 April 2024   22:14 Diperbarui: 3 April 2024   16:09 1582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Siswa Kami Ngabuburit Sembari Menguatkan Jiwa Kewirausahaan
Ilustrasi 1: Di tepi sepanjang jalan depan SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, ramai penjual takjil, 2/4/2024. (Dokumentasi pribadi)

Yang utama adalah dari sisi mental. Keduanya, saya rasa, memiliki mental yang kuat. Sebab, anak seusia mereka umumnya memiliki rasa malu beraktivitas seperti yang  Tony dan Hanafi lakukan.

Apalagi aktivitas itu berlangsung di dekat lokasi sekolah mereka mengenyam pendidikan. Yang, tentu diketahui oleh teman-temannya. Tapi, sejauh ini Hanafi dan Tony tetap melakukannya dengan baik-baik saja.

Dan, sejauh saya mengetahui gambaran teman-temannya di sekolah, baik yang teman dalam satu kelas maupun satu sekolah, tak pernah ada satu kali pun saya mendengar pergunjingan tentang mereka.

Gambaran demikian menunjukkan bahwa teman-temannya memandang positif aktivitas Hanafi dan Tony.

Bahkan, ketika saya sengaja mempercakapkan di hadapan siswa (lain), baik di kelas Hanafi dan Tony maupun di kelas-kelas lain, dalam maksud untuk memotivasi, para siswa terlihat memberi apresiasi dan menyambut baik.

Hanafi, sebetulnya, sudah sejak lama bergerak di bidang kewirausahaan. Sebelum jualan es pada Ramadan ini, ia berjualan cilok keliling dengan motor. Juga sama seperti jualan es ini, ia ikut bos, bos cilok.

Ilustrasi 2: Hanafi (berkaus hitam) sedang menata jualannya bersama temannya, yang juga alumni SMP 1 Jati. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 2: Hanafi (berkaus hitam) sedang menata jualannya bersama temannya, yang juga alumni SMP 1 Jati. (Dokumentasi pribadi)

Rumah bos cilok justru dekat dengan lokasi sekolah, yang sekaligus dekat dengan rumah Hanafi. Jadi, mereka bertetangga dekat. Setiap hari sepulang sekolah, ia berjualan cilok, hingga malam, sekitar pukul 21.00 WIB.

Terkait dengan kesibukan usahanya yang tersebab oleh kondisi keluarga (ini), saya memotivasinya. Tetap semangat dan terus kerjakan dengan penuh syukur. Tapi, aktivitas sekolah tak boleh diabaikan.

Bahkan, pernah saya menyarankan begini, saat berjualan cilok keliling usahakan membawa buku. Karena, ternyata, ada saatnya ia berhenti di satu lokasi tertentu menunggu pembeli. Saat-saat belum ada pembeli, dapat diselingi aktivitas belajar.

Saat itu, ia menerima saran saya. Hanya, hingga tulisan ini saya buat, saya belum pernah menanyakan tentang hal itu kepadanya. Yang,  hingga kini saya lihat adalah ia tetap rajin bersekolah. Sekalipun saya juga melihatnya, ia tampak lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun