Hanya manusia biasa yang membiasakan diri untuk terbiasa belajar, mengajar, dan diajarkan
Idulfitri: Cara Menyikapi Pertanyaan dan Pernyataan Menyakitkan saat Lebaran dengan Stoikisme
Premeditatio Malorum memerintahkan kita untuk langsung menemukan solusi aktif maupun pasif sesaat setelah membayangkan peristiwa buruk.
Solusi aktif adalah solusi yang kita persiapkan dengan aksi atau melakukan sesuatu, sedangkan solusi pasif adalah solusi yang sebatas kita pikirkan di dalam hati demi menguatkan perasaan dan mental kita.
Misalnya: sebelum berangkat ke masjid, kita pastikan bahwa sandal yang dipakai tidak rusak dan berhati-hati ketika menggunakannya sehingga diharapkan tidak copot (solusi aktif).
Jika pun ternyata sandal itu rusak juga di tengah jalan, setidaknya kita sudah membayangkan peristiwa itu sehingga tidak akan kesal-kesal amat (solusi pasif).
Kita juga bisa menggunakan analogi Premeditatio Malorum ini ketika menghadapi pertanyaan dan pernyataan menyakitkan. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, kita dituntut untuk bisa membayangkan kondisi terburuk yang akan menimpa, sehingga kita diharapkan akan lebih mapan jika peristiwa itu menjadi kenyataan.
Oleh karena itu, stoikisme menyarankan kita untuk membayangkan pertanyaan atau ungkapan apa saja yang membuat kita sakit hati dan risih, lalu mempersiapkan jawaban apa yang akan kita berikan, seperti jawaban untuk pertanyaan seputar pernikahan, keturunan, kelulusan kuliah, prestasi, berat badan, atau bahkan hal-hal kecil berupa model pakaian, satu jerawat di wajah, dan berbagai topik-topik tidak mengenakkan lainnya.
Tanamkan dalam hati bahwa pada hari ini saya akan diberikan berbagai macam pertanyaan dari sanak saudara yang menyakitkan hati saya. Ketika kita sukses membayangkannya dan siap secara mental, kita menjadi "biasa-biasa saja" apabila pertanyaan-pertanyaan itu diajukan.
Praktik Premeditatio Malorum ini bagaikan anak panah yang sudah mengetahui arah bidikanya sehingga tepat menancap di tengah papan sasaran. Begitupun dengan kita, Premeditatio Malorum membuat kita tidak kaget dengan pertanyaan atau pernyataan menyakitkan tersebut karena memang kita sudah "meramalkan" hal ini untuk terjadi.
Akibatnya, kita tidak lagi merasakan kesal dan kecewa. Toh, gue udah ngebayangin dan memprediksi hal ini bakal terjadi. Jadi kenapa gue harus sakit hati? Santai aja kali.
2) Kamu Tidak Bisa Mengendalikan Orang Lain
Cara kedua ini merupakan jantung dari stoikisme. "Dikotomi kendali", begitulah para filsuf stoik menyebutnya. Dikotomi kendali dibentuk dari dua kata, yaitu "dikotomi" dan "kendali". Dikotomi berarti sesuatu yang terbagi menjadi dua, seperti pria-wanita, hidup-mati, dan ya-tidak.