10 Nostalgia Masa Kecilku Saat Ramadhan
Puasa Ramadhan 2021 sudah memasuki hari ke 6 dan sekarang malam ke 7 berarti sudah hampir sepekan umat islam melaksanakan rukun islam yang ke empat.
Nostalgia suasana Ramadhan masa kecil memang tidak bisa dilupakan oleh siapa saja yang mengalaminya. Saya yakin pasti masing-masing mempunyai kisah unik dan menarik bahkan menjadi inspiratif.
Sebagaimana dulu kisah masa kecil saya pun demikian. Apa lagi sikon didaerah Saya kala itu belum ada lampu penerangan seperti lampu listrik.
Belasan tahun yang lalu kira-kira ketika Saya berumur 10 tahun menurut orang tua Saya bocah-bocah cilik alias bocil saat puasa ramadhan masih ramai dengan aneka mainan khas jawa.
Hal ini menjadi memori sweet tersendiri buat Saya. Inilah 10 Nostalgia yang hingga kini jika mengingatnya Saya menjadi senyum-senyum sendiri.
1). Puasa Bedugan
Pernakah sedulur mendengar puasa bedugan? Ternyata bukan hanya tukang kuli saja yang kerja bedugan artinya kerja sampai bedug baru pulang jika sudah sampai bedug dhuhur dan menerima bayaran yang masih menjadi tradisi bagi sebagian para petani dikampung Saya.
Ketika masih sekolah dasar, Guru ngaji dan Guru disekolah pun menyarankan seperti itu. Alasannya agar puasa menjadi terlatih dan lama kelamaan menjadi bisa karena terbiasa melakukan hal tersebut.
Makan sahurnya sama jam setengah 4 dan imsak jam 4 lebih 20 menit. Niat puasanya juga sama yakni "nawaitu shoma ghodin an'adai fardhi syahri romadhona hadisissanati lillahi taala.
Sekitar kelas 6 SD kala itu ketika Saya puasa bedugan. Begitu imsak tiba semua sudah masuk waktu berpuasa dan berbuka ketika bedug dhuhur lalu niat kembali untuk berpuasa sampai maghreb.
2). Berebut Micropon
Setelah muadzin selesai mengumandangkan adzan di Mushola seketika itu mic speker langsung dikeroyok oleh anak-anak untuk puji-pujian sebelum melaksanakan sholat isa dan sholat taraweh secara berjamaah.
"Allah Allahumma sholi wassalim 'ala Sayyidina wa maulana Muhammad". Secara terus menerus sampai sang imam sholat datang untuk iqomat. Pujian tersebut juga dilakukan secara bergilir.
Bahkan sangkin pengin banget pujian, sampai mic spekernya menjadi rebutan. Alhasil kabel micnya terputus dari mesin amplifer karena ditarik sana ditarik sini.
Saya beserta lima teman lainnya diomelin oleh sesepuh warga setempat dan dijewer kupinge lalu dinasehatin agar pujiannya tidak usah teriak-teriak dan juga ganti-gantian dengan teman lainnya dan juga agar jangan berebut micropon.
3). Sholat Taraweh Guyonan
Inilah yang sampai sekarang jika mengingatnya menjadi senyum-senyum sendiri. Pasalnya, selama sholat taraweh berjalan tidak pernah selesai dengan sempurna satu pun karena guyonan terus.
Ketika sholat taraweh pun tidak pernah bener. Jadi antara kaki Saya dengan kaki teman itu pasti beradu betis, temen si yang mulai duluan. Jadi kek panco tapi pakai betis. Hahaha..
Sehabis iqomat memang sudah diberi peringatan oleh sesepuh setempat agar jangan bercanda ketika sedang sholat. Namun lagi dan lagi namanya juga anak-anak paling dijawab iya-iya doang.
Bahkan pernah satu shof jamaah sholat taraweh ambruk karena sangkin rapetnya. Ini ulah teman Saya yang kala itu yang jahil dan nakal. Jadi pas mengucapkan "sami Allahuliman hamidah" mau sujud langsung didorong sama temen. Ambruklah sepuluh orang.
4). Ngumpetin ponggol takjil
Ponggol adalah nasi bungkus dengan daun pisang berisi nasi dan lauknya. Ini sudah menjadi tradisi juga dikampung saya setiap hari mengadakan buka bersama di Mushola.
Sebelum bedug maghreb tiba, Saya beserta lima teman lainnya sudah ngumpul di Mushola dengan niat ngaji ta'lim sore sebelum berbuka puasa.
Selesai ta'lim bersama, biasa jadwal untuk ta'jil sudah ada bagiannya masing-masing perorang 5 ponggol jumlahnya. Jam 6 kurang 10 menit tapi ta'jil belum datang dan akhirnya Saya disuruh untuk mengambil ta'jil tersebut.
Saya dan teman mengambil ponggol (nasi bungkus) kerumah orang sekitar mushola. Satu orang 5 ponggol berarti 2 orang 10 ponggol. Namun yang dua oleh temen Saya diumpetin pakai sarung digondol lalu bawa pulang sebelum kembali mushola. Tentu saja pada nanyain kurang dua tapi tidak ada yang tahu kalau ponggolnya saya curi. Haha..
5). Mencicipi Masakan
Kebiasaan yang ini juga sering dilakukan ketika Saya masih kecil saat bulan Ramadhan. Ibu sedang memasak didapur untuk menyiapkan menu berbuka puasa.
Setelah semua kumpul untuk berbuka puasa, terutama Ayah Saya yang bilang pertama "masak kok asin banget seh". Ibu lalu menegur Saya dengan marah.
Merasa bersalah Saya diam seribu bahasa tidak ngomong secuil pun. Namun dalam hati tertawa karena bapak ngomongnya asin ledreg (asin banget).
Padahal Saya juga tahu dari awal kalo masaknya asin cuman ngak enak karena sudah mateng. Ya sudah akhirnya besok lagi ngak mau disuruh nyicipin masakan meski tidak puasa karena masih kecil.
6). Mainan Mercon Cengis
Mercon berarti petasan dan cengis berarti cabai rawit dan arti secara keseluruhan bahwa mercon cengis itu petasan cabe rawit meski kecil namun keras bunyinya.
Satu bungkus berisi lima biji mercon cengis dengan harga 500 rupiah. Saya biasa menyalakannya ketika orang-orang habis berbuka puasa setelah maghreb.
Dulu ketika sekolah teman Saya juga bawa petasan kecil ini. Disaat jam pelajaran tiba dan waktu itu jam menunjukan pukul 11 siang namun ruang kelas Saya kosong tidak ada Gurunya.
"Duarr.." mercon cengis teman saya dibunyikan dikelas tersebut, sehingga membuat kaget semua Guru dikantor yang sedang rapat. Akhirnya Saya yang tidak ikut-ikutan pun ikut dipanggil kekantor bersama 3 teman lainnya guna di interograsi oleh kepala sekolah.
7). Jalan-jalan Selesai Sholat Subuh
Ta'lim setiap ramadhan hingga kini masih terus berjalan sebagai pengisi luang ba'da subuh yang dikenal dengan kultum atau kuliah tujuh menit.
Sambil jalan santai berdua bersama pacar atau pun rombongan bersama teman berjalan sekuat kaki melangkah antara Bulakamba Slatri rutenya setiap hari.
Memang menyehatkan sampai keluar keringet sangkin jauhnya berjalan antara batas desa dengan desa yang lain setiap hari dilalui ketika pagi selesai subuh.
Namun kini sudah raib entah kemana aktivitas ini. Apakah faktor usia yang sudah dewasa atau tidak ada generasi yang mengikuti tradisi tersebut.
8). Main jeblugan
Jeblugan berarti ledakan biasa yang dikenal dengan istilah kompor meledug. Begitu pula dengan jeblugan mainan khas dikampung Saya saat bulan Ramadhan.
Hanya dengan minyak tanah yang kini langka dan susah didapatnya maka jeblugan dapat dinyalakan setelah terlebih dahulu dibakar agar minyaknya panas.
Cara menyalakan jeblugan yakni dengan sebuah alat kayu semisal ranting bambu berukuran setengah meter yang ujungnya dikasih minyak lalu dibakar dan ditempelkan pada lubang jeblugan.
Biasa sebelum menempel jika kondisi jeblugan sudah panas maka akan menyambar kayu tersebut yang dibakar dan "duarrr" seperti itulah bunyi jeblugan mirip petasan hanya saja terbuat dari bambu dengan bahan bakar minyak.
9). Main Kembang Api
Kembang Api merupakan jenis mainan anak-anak saat ramadhan. Pun cara menyalakannya dengan dibakar maka akan berpijar terang berbentuk kembang.
Kini jika dibanding anak-anak sekarang lebih banyak mainan hape ketimbang kembang api. Semakin canggihnya tekhnologi masa kini semakin pudar juga tradisi kembang api untuk anak-anak.
Paling senang main kembang api. Jika kembang api sudah menyala maka akan cepat untuk menyalakan kembang api lainnya. Hanya ditempelkan saja maka kembang api yang lain menyala.
Selama ramadhan, hanya mainan kembang api yang menjadi idola sebab bisa untuk petunjuk jalan dibawa sambil berjalan laksana obor yang menyala.
10. Petak Umpet Benteng
"Hom pim pah alaiyhim gambreng" seperti itulah untuk memulai permainan petak umpet ketika selesai tarawih. Hanya membuka dan membalikan tapak tangan maka salah satu pasti akan jadi.
Tradisi petak umpet ini pun semakin langka sekarang sebab tergerus oleh arus perkembangan dari jaman ke jaman. Satu benteng berupa pohon atau kayu harus dijaga dan diawasi agar jangan sampai kecolongan disentuh temannya.
Permainan petak umpet sekalipun hanya menggunakan rembulan namun sangat ramai sekali suasana kala itu. Sungguh Indonesia kaya akan tradisi namun sayangnya tidak ada pewarisnya.
Masih banyak yang belum Saya tulis semua disini, termasuk banguni orang sahur namun karena tidak cukup ruang katanya maka sampai disini saja. Itulah tadi 10 nostalgia ketika masa kecil saya dulu dibulan ramadhan. Salam..
Samhudi Bhai
Kompasianer Brebes Community (KBC) 68 Jawa Tengah-Indonesia.