Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.
Filosofi dari Bunga Setaman yang Laris Saat Ramadan
Bunga setaman tidak asing lagi karena sering digunakan untuk ziarah kubur ke makam.
Bunga setaman bukan nama bunga, tetapi sebutan untuk satu paket bunga yang terdiri dari bunga kantil, kenanga, melati, mawar merah, mawar putih, daun pandan dan minyak wangi.
Di Madiun, bunga setaman banyak di jual di pinggir trotoar Pasar Besar, Pasar Sleko juga Pasar Sepur. Ada juga di desa-desa, tetapi stok tidak banyak.
Dari sekian banyak penjual bunga setaman, yang menarik perhatian saya adalah pedagang bunga yang ada di trotoar Pasar Sepur, Mbah Jaerah, usianya 83 tahun. Menurutnya berjualan di Pasar Sepur sejak usia 18 tahun. itu artinya dia akrab dengan bunga sudah 65 tahun.
Dia pun menceritakan jualan di Pasar Sepur sejak Madiun belum bagus, perkembangan dari tahun ke tahun dia tahu. Tentu hapal, Mbah Jaerah buka lapak tikar sejak tahun 1957 sebelum saya lahir.
Bunga setaman di Madiun seperti tidak ada habisnya dan layu karena bunga setaman ini datang secara rutin di pasar Sleko. Para pedagang akan mengambilnya di sana.
Mbah Jaerah mengatakan jika bunga itu datang dengan truk, putranya akan antri untuk membeli dan Mbah Jaerah sendiri yang jaga di pasar Sepur. Jika ramai terkadang ditemani putrinya.
Harga untuk satu paket bunga setaman Rp10.000 jika Ramadan hingga lebaran harga itu berubah bisa dua kali lipatnya.
Bunga setaman bukan saja digunakan untuk ziarah. Namun bisa juga untuk ritual lain, seperti pernikahan, bayi baru lahir, hamil sepasar (usia hamil 35 hari) dan masih banyak lagi.
Filosofi Bunga Setaman
Bunga setaman menjadi tradisi ziarah kubur tentu ada filosofinya yang terkadang kita tidak tahu. Secara umum bunga melambangkan keharuman. Harumnya bunga setaman mewakili pengharapan agar kita senantiasa mendapatkan keharuman para leluhur.
Keharuman bunga yang dimaksud yaitu perilaku baik para leluhur berupa nasihat, pelajaran, berkah, dan kekayaan spiritual bisa diwariskan secara turun-temurun.
Bunga melati jika dalam bahasa jawa "Rasa melat saka njero ati". bermakna nasihat agar jika mengucapkan sesuatu sesuai dari isi hati yang bersih, biasakan berkata jujur.
Contoh lain adalah bunga kantil, bunga kenanga dan bunga mawar yang ada pada bunga setaman. Semuanya memiliki filosofi yang berbeda.
- Bunga Kantil
Bunga kantil dinyatakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI sebagai flora identitas Jawa Tengah. Tumbuh subur di dataran rendah maupun dataran tinggi beriklim tropis dan bisa kita temui di berbagai daerah dengan nama berbeda.
Nama-nama bunga kantil, seperti. cempaka bodas (Sunda), campaka (Madura), jeumpa gadeng (Aceh), campaka putieh (Minangkabau), sampaka mopusi (Mongondow), bunga eja kebo (Makasar), bunga eja mapute (Bugis), capaka bobudo (Ternate), capaka bobulo (Tidore).
Bunga Kantil dalam bahasa Jawa adalah menggantung. Jika diartikan memiliki makna ritual kemantil-kantil artinya selalu ingat di mana pun berada atau tetap mempunyai hubungan yang erat walaupun alamnya sudah berbeda. Alasan ini pula bunga kantil diabadikan dalam bentuk karya lain, seperti ada pada lukisan batik.
- Bunga Kenanga
Bunga kenanga wanginya khas, dari jauh pun jika sedang berbunga akan tercium. Keharuman bunga kenanga diartikan sebagai keharuman para leluhur. Keharuman ini maksudnya tentang keberkahan seseorang dan diharapkan keberkahan tersebut dapat mengalir kepada generasi selanjutnya.
filosofi bunga kenanga di Jawa yaitu Keneng-a yang artinya generasi sekarang harus mencontoh para perilaku baik para pendahulu agar tercapai keberkahan hidup dunia dan akhirat.
- Bunga Mawar
Bunga mawar memiliki variasi warna yang menarik dari hasil rekayasa genetik atau warna alami sendiri. Memberikan bunga mawar kepada orang lain juga memiliki filosofinya tersendiri, yakni sebagai ungkapan kasih sayang.
Bunga mawar juga menjadi salah satu bunga yang sering dibawa untuk ziarah kubur dan ritual lain, meski harganya lebih mahal dari beberapa jenis bunga di atas.
Bunga setaman sebuah tradisi turun temurun, jika kita mau ziarah kubur dan tidak mendapatkan bunga setaman, janganlah mempersulit diri. Namun, sebuah tradisi tidak ada salahnya dilestarikan karena dari tradisi ini kita bisa mengambil makna yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.